26

1.1K 216 40
                                    

Pandangan Jake terus tertuju pada jam dinding di depan sana, sudah pukul enam sore, dan hari ini adalah tanggal 18 Juli. Sementara itu, tangan Jake asyik membelai rambut Sunghoon yang hampir tertidur di sampingnya.

"Apa kau percaya pada reinkarnasi? Aku percaya. Dan aku ingin kita kembali bersama di kehidupan kedua sebagai pasangan yang serasi," kata Sunghoon. Sudah mengantuk tapi tetap berbicara.

"Hanya takdir yang bisa menentukan. Tapi jika kau ingin itu terjadi, aku juga akan berharap hal yang sama."

Sunghoon bergumam, "Semoga saja. Nanti kita akan hidup normal dan bahagia, menikah lalu punya anak, dan terus bersama sampai tua."

"Bagaimana jika aku meninggal lebih dulu?" tanya Jake kemudian.

Cukup lama Sunghoon termenung, kemudian ia menjawab dengan lembut, "Tidak apa-apa, aku akan tetap mencintaimu."

Jake terkikik geli dalam hati, sejak dulu kelakuan Sunghoon memang sangat manis dan tidak pernah berubah. Baru saja Jake akan berbalas, namun tiba-tiba Sunghoon menguap, maka Jake terdiam dan kembali mengelus rambut Sunghoon dengan lembut.

"Selamat tidur, Sunghoon." Jake berbisik pelan, membuat Sunghoon tersenyum dalam perjalanan menuju mimpinya.

"Selamat tidur," gumam Sunghoon.

Tidak butuh waktu lama sampai Sunghoon benar-benar tidur lelap. Meski begitu, Jake tetap berhati-hati saat menyelimuti tubuh Sunghoon agar tidurnya tidak terganggu.

Jake mengusap pipi Sunghoon untuk kesekian kalinya, merekam wajah tampan itu dalam ingatan agar bisa ia kenang. Sedih rasanya karena Jake harus pergi, dia tidak bisa tinggal di dunia ini lagi.

"Kau akan bertemu dengan seseorang yang bisa menemani dan mencintaimu seumur hidup, dan orang itu bukan aku," lirih Jake.

"Terima kasih atas semuanya, aku senang saat kau merasa bahagia karena kehadiranku, kuharap kau terus bahagia meski tanpa aku nantinya. Sunghoon, aku pasti merindukanmu, tapi kau tidak akan merindukanku."

Jake tersenyum halus, kemudian bergeser sedikit agar bisa mencium bibir Sunghoon. Ciuman lembut untuk terakhir kalinya.

Sosok cantik itu perlahan-lahan turun dari kasur, waktunya hanya tersisa 30 menit. Dia segera mengambil sweter dari dalam lemari karena tubuhnya merasa kedinginan. Jake juga mengamati kamar itu sebelum keluar, dan perhatiannya teralihkan oleh vas bunga kosong di atas meja. Dia berjalan ke arah meja itu seraya menggigit ujung jarinya hingga berdarah.

Darah itu menetes ke dalam vas, kemudian tumbuhlah sebuah bunga mawar merah yang sangat cantik dan harum.

"Bunga ini akan layu saat kau bertemu dengan penggantiku, dengan takdirmu yang sebenarnya. Maaf, dan selamat tinggal, Sunghoon."

Dia benar-benar akan merindukan semua ini. Merindukan momen ketika Sunghoon menciumnya, momen ketika Sunghoon tersenyum padanya, momen saat Sunghoon mencurahkan keluh kesah lalu memeluknya, dan momen-momen lain yang telah terjadi selama Jake ada di sini.

Dengan berat hati Jake melangkahkan kaki, pergi dari rumah mewah itu menuju sebuah museum seni baru di tengah kota. Gedung besar itu belum buka untuk umum dan hanya diramaikan oleh beberapa orang, namun Jake segera masuk dan bertemu dengan dua sosok yang telah menunggunya. Si kakek tua berjanggut dan wanita paruh baya pemilik galeri.

"Sudah selesai, kau sudah bisa pergi dari sini. Bagaimana perasaanmu?" tanya kakek itu kepada Jake.

Lantas Jake tersenyum manis selagi berkata, "Bahagia, aku sangat bahagia. Pahatkan sayap untukku, Davinci, aku akan hidup abadi dengan kebahagiaan yang tiada henti."

_____

abis ini end😙

MASTERPIECE - [SungJake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang