25

1.6K 253 7
                                        

Esok harinya, Jake mendapati Sunghoon sedang asyik berkutat dengan peralatan lukis di dalam studio. Mungkin karena tempat dan suasananya yang menyenangkan, Sunghoon jadi sangat rajin. Dalam minggu ini, sudah ada dua karya yang dia buat.

Tanpa disadari, Jake berjalan ke arah Sunghoon dan memeluk lehernya dari belakang. Sontak saja Sunghoon terkejut, namun dia langsung memasang senyuman lebar saat melihat wajah Jake. Sudah mirip adegan di film Hollywood, batin Sunghoon.

"Wah, apa itu aku? Manis sekali. Tapi kenapa hanya bibirku saja yang terlihat jelas? Kenapa mata dan kepalanya diburamkan?" Jake mengamati lukisan  itu dengan heran.

"Aku tidak tahu, rasanya sangat sulit untuk menggambar wajahmu, jadi kubuat seperti ini saja."

Jake tidak berniat untuk membalas ucapan itu, dia hanya terdiam dan memandang goresan tangan Sunghoon yang sangat apik. Jake senang karena akhirnya Sunghoon bisa bangkit lagi setelah kejadian hari itu, bisa melanjutkan hobi yang mungkin akan jadi profesinya di masa depan. Dan jika Jake benar-benar pergi, dia hanya berharap kebahagiaan untuk Sunghoon.

Tidak lama kemudian, samar-samar Jake mendengar suara bel rumah dari depan, maka dia segera beranjak dari tempat itu untuk menghampirimu sang tamu.

Jake langsung tersenyum cerah setelah melihat siapa yang datang.

"Selamat pagi. Masih ingat dengan saya? Saya Namjoon." Sosok pria tinggi itu lantas menjabat tangan Jake dengan ramah. "Apakah Sunghoon tinggal di sini?" tanyanya kemudian.

"Benar! Aku akan memanggilnya, mari masuk!"

Si cantik berlari kecil ke arah studio dan memberi tahu Sunghoon tentang tamunya, lalu menyimpang ke dapur untuk mengambil dua gelas minuman. Tak lama hingga akhirnya Sunghoon menampakkan diri, pria itu terus tersenyum ramah kepada Namjoon sembari berjabat tangan. Tentu Sunghoon masih ingat dengan Namjoon, orang pertama yang ingin membeli lukisannya.

"Bagaimana kabarmu, Sunghoon? Apa kau masih sering berkarya?" tanya Namjoon.

"Kabarku baik, dan masih berkarya juga."

"Ah, senang mendengarnya. Kalau begitu kau pasti suka dengan tawaran ini. Jadi, di kota ini ada suatu komunitas resmi yang bisa menunjang para seniman berbakat, karya-karya mereka akan selalu dihargai dan mereka juga punya peluang untuk dikenal lebih banyak orang. Kedatangan saya ke sini adalah untuk mengajakmu bergabung dengan komunitas itu, apa kau tertarik?"

Sunghoon mengerjap tak percaya, "Benarkah? Aku pernah dengar tentang komunitas itu, tapi apa aku pantas untuk bergabung?"

"Tentu saja bisa."

"Itu bagus! Sunghoon, kau harus bergabung!" seru Jake yang baru saja datang dengan membawa beberapa suguhan.

"Baiklah, aku sangat tertarik."

Namjoon tersenyum senang, "Ada syarat kecil untuk bisa menjadi anggota, kau harus menunjukkan setidaknya satu karya kepada para anggota lain agar mereka yakin kepadamu."

"Setuju," balas Sunghoon dengan antusias.

"Baik, mungkin besok saya akan datang lagi dan mengajakmu ke gedung komunitas kami. Sekarang saya harus pamit, ada pekerjaan lain yang akan saya lakukan. Tapi biarkan saya mencicipi ini dulu, terima kasih." Namjoon terkekeh seraya mengambil gelas minuman yang disediakan oleh Jake.

"Sunghoon, jangan pernah berhenti berkarya dan berusaha, kesuksesanmu ada di depan mata." Namjoon akhirnya berdiri setelah mengatakan hal itu kepada Sunghoon, lalu pergi meninggalkan rumah tersebut dan para penghuninya.

Tiba-tiba saja Jake menyenggol tubuh Sunghoon dengan gemas, "Selamat ya, salah satu keinginanmu tercapai! Dulu kau sering membicarakan komunitas itu karena ada banyak seniman terkenal di dalamnya, dan sekarang kau bisa bertemu mereka."

"Ini semua berkatmu." Sunghoon tersenyum, kemudian memeluk tubuh Jake tanpa permisi.

"Kau yang sudah menemaniku sampai ada di titik ini, kau membantuku bangkit, kau membuatku bahagia, semuanya karena dirimu. Tidak bisa kubayangkan bagaimana hidupku tanpamu. Terima kasih banyak, Jake, aku sangat menyayangimu."

"Kau juga harus terus menyayangi diri sendiri, janji ya?" tanya Jake.

Sunghoon mengangguk pelan, "Janji, aku akan menyayangi diri sendiri dan tidak akan berbuat hal bodoh lagi."

"Baguslah! Aku juga menyayangimu, tampan."

Jake terdongak menatap wajah kekasihnya, begitu pula Sunghoon yang asyik mengagumi kecantikan Jake dari dekat. Mereka saling memberikan senyum hingga Sunghoon merasa malu dan berpaling dari wajah si manis.

"Kau sangat cantik, aku tidak kuat," gumam Sunghoon. Dia terus membenamkan kepalanya di bahu Jake, menghirup aroma bunga mawar yang selalu berhasil membuatnya terlena.

_____

MASTERPIECE [SungJake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang