21

1.4K 248 9
                                        

Sunghoon terbatuk-batuk akibat bau asap yang entah datang dari mana. Tidak mungkin juga tetangganya membuat api unggun pada dini hari seperti ini.

Masih dalam keadaan bingung dan mengantuk, akhirnya Sunghoon bangun hanya untuk menyalakan lampu kamar. Namun betapa terkejutnya dia saat melihat seluruh kamar itu telah dipenuhi oleh asap tebal.

"Apa yang terjadi? Jake! Jake, bangun!"

Sunghoon kalang kabut membangunkan lelaki itu, namun saking paniknya ia langsung menggendong tubuh Jake agar bisa segera pergi dari sana. Langkah Sunghoon terasa berat setelah membuka pintu kamar, kondisi di sekelilingnya sangat kacau, dalam kepulan asap itu dia dapat melihat api yang berkobar dari arah dapur.

"Eum ... ada apa?"

Jake bergumam pelan, dia tidak sadar sampai akhirnya mereka tiba di depan rumah dan melihat sudah banyak warga yang berkumpul.

"Ya ampun, kalian baik-baik saja?" tanya salah seorang ibu muda begitu dia melihat Jake dan Sunghoon.

"Pemadam kebakaran sedang menuju ke sini, tenangkan diri kalian dulu," sahut warga yang lain.

Sunghoon terpaku menatap rumahnya yang nyaris hangus dilahap api. Raut wajah Sunghoon yang tampak putus asa seperti itu sungguh membuat Jake terenyuh, dia terus menggenggam tangan Sunghoon guna menenangkan hatinya.

"Kau harus tenang, Sunghoon—ah tidak! Jangan! Sunghoon!" Jake terpekik kaget karena Sunghoon tiba-tiba lari menuju kobaran api.

Pria itu nekat masuk ke dalam rumahnya tanpa peduli dengan apa pun, bahkan teriakan para warga yang melarangnya untuk masuk juga ia hiraukan.

Karena yang ada dalam pikiran Sunghoon saat ini hanyalah benda itu, lukisan besar yang tergantung pada dinding kamar tidur. Namun nahas, ternyata api sudah merambat ke dalam kamarnya.

"Tidak! Jangan bakar itu!" Sunghoon berteriak rusuh, dia berlari cepat untuk menggapai lukisan tersebut sebelum api benar-benar menghabisinya.

"Ah, panas! Matilah kau api! Ya Tuhan, bagaimana ini?"

Lukisan Jake, lukisan pertamanya terbakar. Mahakarya itu tidak lagi indah, setengah bagiannya sudah hangus dan menyisakan luka di hati Sunghoon. Apa yang akan terjadi setelah ini? Dia tidak siap. Namun dia juga hanya bisa berpasrah.

Setelah mengambil lukisan itu serta koper hitam dari lemari, Sunghoon bergegas menjauhi rumah dan seisinya yang tidak bisa diselamatkan. Sunghoon dapat melihat beberapa petugas yang sedang memadamkan api di depan rumahnya, ada juga warga yang langsung menghampiri dirinya dengan penuh kekhawatiran, termasuk Jake.

"Sunghoon, apa yang kau lakukan? Itu berbahaya!"

Jake segera memeluk tubuh hangat pria itu dengan kencang, dia merasa sangat cemas hingga tak dapat menahan air matanya. Sungguh, ini pertama kalinya Jake menangis. Dan bukan karena kebahagiaan.

"Maaf, aku tidak bisa menyelamatkan ini. Apa ini adalah hal yang buruk? Kau bilang, lukisan ini bisa membuatmu tinggal lebih lama, tapi sekarang sudah terbakar," lirih Sunghoon, dia menyimpan lukisan itu di atas tanah agar Jake dapat melihatnya dengan jelas.

Namun Jake terus bergeming, tidak ada niatan untuk membalas pertanyaan Sunghoon dan justru kembali memeluk tubuh pria itu. Mereka sama-sama menangis dalam diam, bergulat dengan perasaan tak menyenangkan di hati masing-masing.

"Tolong jangan pergi, aku sudah cukup menderita," gumam Sunghoon. Tidak apa jika dunia ini mengambil semua yang Sunghoon punya, asalkan Jake tetap berada di sisinya.

"Aku ada di sini, jangan khawatir."

Sesaat kemudian, mereka yang berada di sana mulai merasakan rintik-rintik air dari langit. Hujan lebat akhirnya mengguyur tempat itu seolah sedang menolong mereka yang kesusahan.

_____

MASTERPIECE [SungJake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang