18

1.4K 259 15
                                    

Jake pernah bilang bahwa Sunghoon harus mencari banyak inspirasi, namun bagaimana jika inspirasi Sunghoon adalah Jake sendiri?

Ada dua lukisan kecil yang diselesaikan dalam waktu dua minggu, memuat Jake sebagai figur utamanya. Meski yang tergambar hanyalah tubuh tanpa wajah dan tangan yang sedang menggenggam bunga mawar. Semua itu Sunghoon buat selagi memikirkan betapa indahnya sosok Jake, tak jarang ia malah terhanyut dalam imajinasi daripada menyelesaikan lukisan itu.

Sunghoon merasa sangat senang, hidupnya tidak lagi sia-sia semenjak kehadiran Jake. Siang hari ia pakai untuk bekerja di toko kecil, namun sangat cukup untuknya yang sudah lama mendambakan pekerjaan. Lalu dari sore hingga malam hari sebelum tidur, dia habiskan waktunya bersama Jake, entah itu hanya berbincang-bincang atau melakukan hobi baru.

Tetapi sore ini mereka tidak mau buru-buru pulang ke rumah, karena ada sebuah pameran seni di taman kota yang berhasil menarik perhatian Jake. Maka Sunghoon dengan senang hati menemaninya untuk berkeliling di sana.

Mereka berjalan santai memasuki gerbang utama tempat pameran diadakan, banyak stan-stan yang memamerkan karya seni atau kerajinan tangan, ada pula yang berjualan makanan agar para pengunjung tidak bosan. Semacam festival biasa, namun di sini siapa pun bisa menunjukkan hasil karyanya dan pengunjung bisa membeli barang-barang menarik dengan harga murah.

"Oh, lihat ini! Sunghoon, ini benar-benar mirip denganmu! Dan ada yang mirip denganku juga!" Jake berseru gembira ketika melihat ukiran kayu kecil yang sangat mirip dengan wajah mereka.

Sunghoon mengernyit, "Wah, kau benar. Bahkan bentuk bibirnya sama persis sepertimu, apa ini kebetulan?"

"Aku tidak tahu, tapi ini bagus, aku akan membelinya dan kita bisa memajangnya di rumah!" ucap Jake, lalu memberikan selembar uang kepada nenek tua pemilik barang-barang tersebut.

"Tidak usah, Nak. Tidak perlu membayar, ambillah." Nenek itu berkata pelan-pelan, lalu menampilkan sebuah senyum di wajahnya yang telah berkeriput.

Jake ikut tersenyum cerah, "Benarkah? Terima kasih banyak, Nek."

Setelah mendapatkan dua ukiran kayu itu, si cantik langsung berbalik menghadap Sunghoon dengan gembira, namun Sunghoon malah menunjukkan raut kebingungan.

"Kau punya uang dari mana?" tanya Sunghoon.

"Oh, dari Ibu Sun. Dia bilang aku dapat bonus karena anaknya menyukaiku, dia juga bilang kalau aku bersedia jadi kekasih Jeno, aku bisa dapat bonus lebih banyak."

"Apa-apaan?" Sontak saja Sunghoon merengut dan berkata dengan sinis, "Kau menerimanya begitu saja?"

Jake bergeleng, "Tidak, aku tidak menjawab apa-apa. Tapi sudah pasti kalau aku menolaknya, aku 'kan sudah punya kekasih." Dia menyerahkan ukiran kayu tadi kepada Sunghoon, lalu berjalan lebih dulu dan meninggalkan Sunghoon yang masih termenung di belakang sana.

Benar juga, bukankah mereka sudah berpacaran? Sunghoon sering lupa bahwa sekarang Jake adalah kekasihnya, padahal mereka berciuman setiap hari. Diam-diam Sunghoon tersenyum, rupanya Jake sangat setia, rela menolak harta demi dirinya yang bodoh. Benar, memang bodoh karena dia malah melamun di tempat ramai seperti ini. Alhasil Jake menghilang dari pandangannya.

"Jake? Jake, kau di mana?"

Sunghoon segera beranjak untuk mencari keberadaan Jake, celingak-celinguk mengabsen kerumunan orang di sekelilingnya. Sungguh, hati Sunghoon menjadi cemas tak karuan. Dengan panik dia menelusuri sepanjang pameran namun tak kunjung bertemu dengan sosok cantik itu.

"Permisi, apa kau lihat lelaki yang memakai sweter putih di sekitar sini?" tanya Sunghoon kepada salah satu pengunjung.

"Tidak, maaf."

Dia tak menyerah, kembali menghampiri orang asing untuk ia tanya, "Apa kau melihat lelaki dengan sweter putih di sini?"

Tidak, jawabannya selalu tidak. Sunghoon tidak tahu harus mencari ke mana lagi, dia juga tidak punya petunjuk. Jake seperti menghilang begitu saja tanpa jejak. Tidak mungkin jika dia pergi sekarang, bukan?

Hari sudah mulai gelap, tetapi Sunghoon masih setia duduk di kursi taman yang cukup jauh dari kerumunan. Menatap dua papan kayu berukir di tangannya. Sunghoon hampir menangis, dia benar-benar khawatir pada Jake, dia juga merindukan lelaki itu.

Sesekali pandangan Sunghoon tertuju ke arah pameran, masih berharap kalau Jake akan keluar dari sana dan menemuinya.

"Sunghoon!"

_____

mungkin udah pada lupa, tapi aku bakal namatin book ini walaupun up nya males2an😭

MASTERPIECE - [SungJake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang