"Sunghoon, Ibu menyuruhmu untuk mengantar beberapa pesanan. Cepat ambil di dapur, biar aku yang menjaga di sini," ucap Jake selagi menghampiri tempat duduk di belakang lemari kaca.
Baru saja Sunghoon selesai merapikan meja dan kursi, dia menoleh dengan letih kepada Jake yang sialnya sedang dibuntuti oleh Jeno. Sedari pagi, atau agaknya sejak dua hari lalu Jeno selalu kedapatan mencuri-curi perhatian dari lelaki manis itu. Sunghoon yang melihatnya hanya bisa merapalkan umpatan dalam hati, mana mungkin dia mencaci anak pemilik toko.
"Kenapa tidak dia saja?" tunjuk Sunghoon pada Jeno.
"Ibu menyuruhmu, bukan aku," balas Jeno tak ingin kalah, kemudian mengambil tempat duduk di samping Jake yang kurang peduli dengan perdebatan keduanya.
Meskipun Jake terlihat tidak acuh dengan usaha Jeno, namun siapa yang bisa santai jika kekasihnya digoda oleh orang lain? Bukan Sunghoon tentunya.
"Jangan membuat Jake tidak nyaman, jangan terus-terusan mendekatinya, toh dia tidak akan suka padamu!" seru Sunghoon.
Jeno mendengus kesal, "Siapa bilang dia tidak menyukaiku? Dia hanya malu berkata karena ada kau di sini, sebaiknya kau segera antarkan pesanan!"
Tentu saja Sunghoon terpicu dengan ucapan tersebut, raut wajahnya berubah marah seolah siap untuk melemparkan kursi kepada Jeno.
"Sialan, dia itu kekasihku!" cetus Sunghoon.
Sesaat Jeno tampak terkejut, namun senyuman mengejek lantas muncul di bibirnya, "Kalian 'kan belum menikah, aku masih bisa merebut Jake darimu!"
"Aduh kalian ini, bisa diam tidak?" seru Jake, menghentikan Sunghoon saat ingin datang memberi pelajaran pada saingannya itu.
"Sunghoon, cepat ambil dan antarkan kuenya ke para pelanggan." Suara lembut milik Jake ditambah senyum manis dan wajah berseri-seri seketika membuat Sunghoon luluh.
Lelaki itu mengangguk patuh dan beranjak mengambil beberapa plastik berisi kue dari dapur. Sangat berat untuk meninggalkan Jake, sebelum pergi pun Sunghoon empat memberi peringatan pada Jeno lewat tatapan tajamnya, dia tidak akan diam saja jika setelah pulang nanti Jake-nya ternodai.
Sunghoon lekas melajukan sepeda motornya di jalanan ramai, setiap saat ia mencocokkan arah dengan alamat yang dituju.
Yang pertama dari dua pesanan cukup membuatnya bingung, dia dibawa menuju gang sepi dengan banyak pohon rimbun pada setiap sisi jalannya. Meskipun hari belum cukup gelap, suasana sore dan angin semilirnya membuat bulu kuduk Sunghoon berdiri.
Rupanya terdapat sebuah permukiman kecil di ujung jalan itu, Sunghoon bersyukur karena masih ada tanda-tanda kehidupan layaknya lingkungan biasa.
Dia berhenti tepat di depan sebuah rumah kayu yang cukup besar, melangkah hampiri pintu beraksen pahatan bunga dan sebuah papan nama milik penghuninya. Sunghoon mengangguk yakin bahwa ini memang alamatnya.
Tok tok tok!
"Pesanan untuk tuan Davinci?"
Belum genap tiga puluh detik, pintu kayu itu terbuka dan mengejutkan Sunghoon saat seorang kakek tua muncul bersama cangkir kopi di tangannya.
"Loh, Kakek?"
Tercengang, Sunghoon tak menyangka pelanggan ini adalah sosok kakek berjanggut yang dahulu pernah menghentikannya dari percobaan terjun, mungkin juga orang yang mempertemukannya dengan Jake.
"Terima kasih telah datang, ini bayarannya, dan ini tip untukmu," ucap kakek itu seraya memberikan dua lembar uang dan selipat kertas kepada Sunghoon.
"Terima kasih banyak, Kek."
Sunghoon yang masih syok itu tak dapat berbicara apapun lagi sampai si kakek kembali menutup pintu, padahal dalam hati ingin sampaikan ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya karena telah menjadi perantara untuk bisa bertemu dengan Jake.
Namun biarlah hal itu terus ada di hatinya. Sunghoon beralih memisahkan uang dan lipatan kertas tadi dalam kantong, kemudian pergi dari tempat tersebut dengan sebuah senyuman cerah.
_____

KAMU SEDANG MEMBACA
MASTERPIECE [SungJake]
Fanfiction[REPUBLISH] Hanya tentang Sunghoon yang menemukan kebahagiaan dari sebuah mahakarya, begitu indah dan membuatnya jatuh cinta, hingga sulit untuk percaya bahwa dialah penciptanya. ☆ SUNGHOON X JAKE ☆ Low Fantasy - Romance - Fluff! ☆ Drabble/Short A...