BAGIAN 29

648 55 28
                                    

÷÷÷

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

÷÷÷


Mereka sudah keluar dari penjara berbentuk gedung itu. Juga sudah mengelabui pak sopir untuk pulang dahulu. Robin sedang tak ingin ke rumah.

Sepasang pemuda tanpa ikatan yang jelas itu hanya berjalan berdampingan. Robin melihat aneh gadis di depannya yang terus saja bergerak ke kanan-kiri, persis seperti anak TK. Rambutnya bergerak selaras dengan langkahnya.

Dari tangan beralih ke kaki mereka yang terlihat unik. Zahin dengan sepatu hitam dan Robin sendiri hanya memakai kaos kaki.

"Makasih," kata Robin tiba-tiba.

"Buat?" tanya Zahin tanpa melihat Robin, ia sedang asik memandangi pemandangan sekitar. Kadang kala tepuk tangan dengan sendirinya.

"Semuanya."

Zahin nengok ke samping. "Aku terima ucapan makasihnya kalo jawab pertanyaan aku."

"Apa?"

Zahin memegang tangan Robin, membawa Robin duduk di pinggir jalan, di trotoar lebih tepatnya.

Dia memegang kedua pundak Robin, lalu di dorong ke bawah. Sedangkan jas yang berada di pundak Zahin di taruh di samping Robin lalu mendudukinya. Sayang kalo pakaian barunya kotor, padahal itu cuma stelan pembantu.

"Oke! jadi aku kena penyakit apa? inget kan pas di mall Robin bilang mau kasih tau. Emang separah itu ya sampai dada aku sesek," kata Zahin seserius mungkin. Walaupun seriusnya Zahin tetap terlihat bercanda di mata Robin.

Robin membuang muka. "Nggak mau jawab."

"Kok gitu? Ish, emang perkataan cowok nggak bisa di pegang!"

Zahin pernah dengar kalimat itu di jalan. Lalu perempuannya bilang 'putus', dan di pukul menggunakan tas. Saat itu Zahin langsung merubah objeknya, dari pemandangan Monas menjadi sepasang kekasih yang akan kandas.

"Perkataan emang nggak bisa di pegang, cuma bisa di denger. Kalo perkataan bisa di pegang, teksturnya bakal kaya gimana coba?" Robin sedang mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Iya juga sih... " Robin tersenyum kecil—caranya berhasil, dia pasti sedang berpikir tentang perkataannya.

"TAPI!"

Ucapan Zahin yang tiba-tiba membuat Robin memegang dadanya karena terkejut.

"Robin tetep harus bilang aku kena penyakit apa!"

"Nggak mau."

"Ngeselin! kembaliin pipi yang tadi udah aku cium!" Zahin sudah menekuk kedua tangannya di dada.

"Dih, mana bisa."

"Ya udah kasih tauuu!" gemas Zahin sambil menghentak-hentakan kakinya.

"Ga mau."

Zahin to Robin | IIIWhere stories live. Discover now