chapter 12

3.8K 434 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.











#












#










#










#

















Kereta kuda yang ku tumpangi akhirnya sampai tepat di depan gerbang kediaman Marquiss Dorothy. Ya, hari ini aku memutuskan untuk berkunjung ke tempat ini karena Greisy tak henti-henti nya mengirimi ku surat yang berisi ajakan atau mungkin paksaan, agar aku segera berkunjung ke kediamanya.

Aku yang tadinya sangat malas keluar dari kediaman terpaksa harus beranjak dari ranjang empukku. Tak apa, ku rasa tak terlalu buruk jika aku pergi bermain ke sini. karena dengan begitu aku dapat melihat Rafael. Orang yang ku duga sebagai mantan ku yang juga mendapat kesialan dengan bertransmigrasi ke dunia novel mengerikan ini.

“Vi!! Akhirnya kau tiba!!!” teriak Greisy sembari menerjangku dengan pelukan tiba-tibanya itu. nyaris saja aku terjungkal jika Alfred tak sigap menahan tubuhku.

“hati-hati lady, anda dapat mencelakakan nona kami” ucap Vivian datar dengan aura yang mengerikan, seketika Greisy melepaskan pelukannya kemudian beralih bersembunyi di belakang punggung ku. Menatap ngeri pada Vivian juga sedang menatapnya datar.

“ohh cahayanya sangat terik” ucapku mencoba mencairkan suasana yang sedikit mencekam. Greisy yang tampaknya peka dengan maksud terselubungku dengan cepat menjawab ucapanku.

“ya! benar sekali vi. Kalau begitu langsung saja kita menuju tempat lukis hari ini” ucap Greisy sembari tersenyum canggung, kemudian menggandeng lenganku. Menuntun kami berjalan menuju tempat yang ia maksud, yaitu danau.

Hari ini kami memang berencana untuk melukis bersama dengan pemandangan danau indah yang terletak di samping kediaman Marquiss Dorothy. Ya, setidaknya kami memiliki beberapa kesukaan. Melukis contohnya, hingga lama kelamaan kami semakin akrab karena memang mempunyai hobi dan kesukaan yang sama.

🍁🍁🍁

“lukisan mu sangat indah. Berbeda sekali dengan lukisan ku yang jelek dan acak-acakkan” ucap Greisy sembari menatap lukisan ku dengki.

“kau ini bicara apa? Jelas-jelas lukisan mu terlihat jauh lebih indah dari milikku. Kau sengaja merendah untuk meroket bukan?” Tanya ku sembari menatapnya sinis. Greisy tak menjawab ucapanku, pipinya memerah entah karena apa. Tak mungkin ia merasa malu hanya karena aku memujinya bukan?

“hei! Ada apa denganmu? Pipimu memerah, apa kau kepanasan?” tanyaku, karena cuaca saat ini memang sedang panas-panasnya. Tetapi aku memang sangat menyukai sinar matahari, karena sensasi hangat yang di berikanya.

YOU ARE MY SUN✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang