chapter 21

3.1K 387 1
                                    

Happy Reading~!






#
















#















#














#











Aku menatap datar sebuah kamar mewah bernuansa merah muda di hadapanku. Bukannya aku membenci warna merah muda, aku menyukainya. tetapi…jika semuanya berwarna serupa, mata ku sakit melihatnya.

Bukan hanya masalah kamar saja, tetapi juga letak kamar ini yang tepat bersebelahan dengan kamar milik Axton. Dan tempat ini terletak di pavilum naga, tempat tinggal Axton yang terpisah dari istana utama. Aku benar-benar tak mengerti apa yang sedang pria itu pikirkan. Tidak mungkin ia merencanakan sebuah pembunuhan untukku bukan? Ha! memikirkan nya saja membuatku merinding.

Lebih baik aku mati tenggelam atau mati karena jatuh dari ketinggian seperti sebelumnya dari pada harus mati di tangan seorang psikopat. Aku tak bisa membayangkan rasa menyakitkan yang di berikan dari seorang psikopat untuk korbannya.

“Vivian, tolong rapikan barang-barangku” ucapku sembari menunjuk barang bawakan ku dari kediaman ayah. ya, tidak banyak sih. Hanya beberapa gaun dan barang lainya yang ku rasa penting dan di butuhkan. Aku sengaja tak membawa banyak pakaian karena memang Axton telah menyiapkan dua lemari besar berisi gaun-gaun baruku.

Omong-omong tentang Vivian, aku memang sengaja meminta kepada Axton dan ayah untuk mengizinkan ku membawanya. Aku memberikan alasan bahwa aku tak biasa dengan orang baru. Dengan mudahnya Axton menyetujui, tetapi entah mengapa ia tak memperbolehkan Alfred untuk ikut. Ya, kini babu ku berkurang satu orang.

“jika butuh sesuatu, kau bisa mencariku di sebelah” ucap Axton datar. Setelah mengatakan itu, ia pergi meninggalakn ku dan Vivian. Ha! sungguh menyebalkan. bukan tanpa alasan aku mengajak Vivian untuk ikut, aku tahu bahwa Vivian memiliki kemampuan dalam bertarung. Sebab itu aku mengajaknya untuk menjagaku. Jangan salahkan aku, karena aku hanya bersikap waspada saja. aku tak sepenuhnya mengenal penghuni istana ini.

Setelah barang bawakan ku tersusun rapi, aku memastikan kembali bahwa ruangan ini aman. Ya, maksudku…siapa tahu saja di sini ada pintu rahasia menuju kamar pria gila itu. hahaha aku terlalu percaya diri memikirkan hal itu, tetapi tak ada salahnya untuk mencari tahu kan? Bukan apa-apa, aku hanya tak mau nantinya Axton diam-diam menyelinap ke kamarku kemudian mencekik leherku. Ha…jangan sampai hal itu terjadi.

🍁🍁🍁

“ini adalah jalan menuju ruang rapat” ucap permaisuri Lilyana sembari menunjukkan lorong yang sedang kami lewati, di depan sana memang terdapat sebuah ruangan yang kini ku ketahui sebagai ruangan rapat para petinggi kekaisaran.

Ya, kini aku dan permaisuri Lilyana sedang  mengelilingi istana yang  super besar ini. aku sangat terkejut karena pagi-apgi buta ternyata wanita paruh baya di sampingku ini telah berdiri manis di depan pintu kamarku. Ku pikir ada urusan apa, ternyata beliau mengajak ku untuk berkeliling istana bersama dengan alasan agar aku mengenali tempat-tempat yang ada di istana ini dengan baik.

Sesekali aku melirik ke arah tanganku yang kini di genggam lembut oleh permaisuri Lilyana. Kami bahkan sama sekali tak di temani oleh pelayan. Tapi anehnya aku sudah tak canggung ataupun waspada. aku merasa…nyaman berdekatanya denganya.

“salam kepada permaisuri dan putri mahkota” ucap seseorang yang sontak menghentikan langkah kami berdua. aku tak menyadari bahwa ada seseorang karena terlalu sibuk dengan pikiran ku sendiri. aku mengenal suara ini, ku harap suara ini bukanlah miliknya.

“oh Marquiss Rafael...ada keperluan apa anda berkunjung?” Tanya permaisuri Lilayana sembari menatap datar Rafael. Sial, kenapa harus bertemu lagi sih?! Bukan apa-apa, aku hanya merasa tak nyaman akan tatapan yang ia berikan padaku. Itu adalah tatapan yang dulu juga ia berikan padaku di kehidupan sebelumnya. Tak mungkin ia menyadari bahwa aku adalah Lesya bukan? Ya! tak mungkin! Karena tak ada yang mengetahui fakta itu selain diriku sendiri.

“seperti yang anda ketahui yang mulia…saya baru saja menerima gelar sebagai kepala keluarga karena ayah saya yang tiba-tiba sakit parah. karena itu saya datang ke istana untuk menyelesaikan beberapa urusan” jawab Rafael. Wah...berita apa ini? aku bahkan baru mengetahui bahwa Marquiss Dorothy jatuh sakit. Ck, Greisy sama sekali tak memberi tahu ku perihal masalah yang menimpa keluarganya. Tapi…Makin ke sini aku semakin merasa tak nyaman, ia selalu mencuri pandang ke arahku. Dan ku rasa Permaisuri juga menyadari ketidak nyamanan ku ini.

“oh benarkah? Kalau begitu aku dan putriku akan kembali melanjutkan perjalanan” ucap permaisuri dengan ekspresi datarnya. Dari nada bicaranya, aku dapat merasakan ketidak sukaan permaisuri untuk Rafael. Ha... bodoh amatlah. Aku juga sudah tak ingin berurusan dengan mantan ku itu. karena aku telah membayar hutang budiku, jadi ku anggap kami sudah tak memiliki urusan. Aku dan permaisuri pun segera meninggalakn tempat itu, meninggalkan Rafael yang masih menunduk hormat.

🍁🍁🍁

Setelah selesai mengelilingi istana, kini aku dan permaisuri memutuskan untuk bersantai ria di taman utama istana yang terletak tepat di depan istana itu sendiri. ya, ku akui taman ini begitu luas dan jenis tanaman yang ada di sini juga sangat banyak dan beragam. Sebuah kolam mancur pun turut membuat tempat ini semakin enak di pandang.

“putriku…aku tak suka melihat Marquiss muda itu. sebaiknya kau menjauhi nya. terlihat dari tatapan matanya yang melihatmu dengan cara berbeda” ucap permaisuri sembari mengelus lembut puncak kepalaku. ah…apa ini rasanya kasih sayang dari seorang ibu? Rasanya menyenangkan. Aku bahkan tak memperdulikan ucapannya karena perasaan baru yang sedang melandaku.

“baik ibu” jawabku cepat. Senyuman manis lolos begitu saja dari bibirku. Hati ku terasa berbunga-bunga ketika mendapat perlakuan seperti ini dari permaisuri. Aku mulai membayangkan jika wanita di hadapanku ini benar-benar adalah ibuku. Aku begitu senang karena mendapat perhatianya, karena ini adalah kali pertama aku mendapat perhatian dari seorang ‘ibu’. Ya, walau aku tahu bahwa permaisuri bukanlah ibuku. Tetapi tetap saja, aku merasa senang.

“salam kepada permaisuri dan putri mahkota” ucap seseorang yang lagi-lagi menganggu kami. Sesaat aku sedikit tersentak ketika melihatnya. Ternyata itu adalah Iris. Ha…mengapa akhir-akhir ini kami jadi sering berjumpa? Ah tidak. Dialah yang akhir-akhir ini sering datang ke istana, dengan alasanya yang serupa.

Aku melirik kecil pada permaisuri yang kini sedang memasang mode dingin. Ya, setidaknya ini sama seperti di novel. Permaisuri tak menyukai Iris. kini beliau tengah memandang datar dan dingin Iris yang juga sedang menatap takut-takut padanya.

“ya, kau boleh pergi” ucap permaisuri dingin, bahkan ia sama sekali tak ingin repot-repot menatap lawan bicaranya. Ia malah sibuk merapikan rambutku yang sedikit berantakan karena terkena hembusan angin.

“apa kau tuli? aku menyuruhmu pergi” ucap permaisuri lagi karena memang Iris yang tidak juga beranjak dari tempatnya. Mungkin ia telah berdiri sekitar 2 menit di sana.  Jika aku jadi dirinya, tentu saja aku akan langsung pergi ketika di usir secara terang-terangan begitu. apa ia tak punya malu?

“ba—baik yang mulia” ucap Iris terbata-bata. Ia memungkuk hormat dengan sedikit kaku sebelum akhirnya pergi meninggalkan kami. Sekilas aku dapat melihat matanya yang memerah, entah memerah menahan tangis atau Karena marah akibat permaisuri yang mengusirnya.

“ha..dasar sampah. Hanya bisa merusak suasana saja” gumam permaisuri yang masih dapat ku dengar. Wah…ucapanya sedikit kejam. Tetapi berbanding terbalik dengan ekspresi wajahnya yang kini tersenyum hangat menatapku.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
YOU ARE MY SUN✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang