chapter 23

2.9K 382 0
                                    

Happy Reading~!












#













#
















#















#






















#























"tampaknya hari ini anda sangat tak bersemangat, tuan putri” ucap Serry sembari menyeduh tehku. Ha…bukan nya tak bersemangat, aku hanya sedang berusaha menutupi  ketidaknyamanan ku ini.
Setelah insiden malam itu, tepatnya 2 hari yang lalu, aku memutuskan untuk menjaga jarak dengan Axton.

Ya, walau aku tahu bahwa selamanya aku tak bisa terus seperti ini, setidaknya untuk saat ini aku sedang tak ingin berada di dekatnya.

padahal aku sudah tahu kalau dia itu seorang psikopat, tetapi ketika melihat secara langsung mayat dari korbanya, aku merasa takut. Aku takut ketika membayangkan mungkin saja aku akan menjadi korban selanjutnya. Huhu! Aku ingin pulaaanggg!!

Ck! Pulang ya? hahaha itu hanya sebuah angan-anganku saja. bagaikan mimpi, keluar dari istana ini saja aku tak di izinkan oleh Axton. Jadi, apa maksud dirinya mengurungku di sangkar emas ini? bahkan pengawalan dan pengawasan yang di berikannya semakin bertambah banyak setelah kejadian malam itu. ha! mungkin saja ia takut aku akan kabur dari sini dan menyebarkan sosok dirinya yang sebenarnya. He! Tak ada gunanya aku melakukan itu!

“tuan putri, gaun berwarna apa yang akan anda kenakan hari ini?” Tanya Serry sembari memandang bingung 2 lemari besar berisi gaun-gaun ku. Sementara Vivian hanya diam menyaksikan interaksi antara aku dan Serry.

“terserah kau saja. aku hanya ingin yang berwarna cerah karena setelah ini akan pergi memetik beberapa bunga” ucapku. Serry menganggukkan kepalanya patuh sebelum memilih sebuah gaun berwarna biru langit yang tampak indah.

🍁🍁🍁

Ini adalah kedua kalinya aku berada di taman pribadi milik Axton. Ck! Hal-hal yang berbau manis seperti ini sangat tak cocok untuk pria menyeramkan sepertinya. Sampai detik ini, aku juga belum mengetahui untuk siapa pria itu membuat taman indah ini.

Entah bagaimana reaksinya nanti jika tahu aku memetik bunga-bunga di kebun tersayangnya. apa ia akan marah dan menjadikanku korban selanjutnya? Ck! Sial, membayangkanya saja mampu membuat bulu kudukku berdiri.

Ha…tenang-tenang, tak perlu memikirkan hal-hal seperti itu. tak mungkin Axton akan membunuhku hanya karena aku memetik beberapa bunganya kan?

Terlalu asik memetik bunga mawar ini, aku bahkan tak lagi berhati-hati. Kini jari telunjuk ku menjadi santapan nikmat para duri. Darah segar berhasil mengalir begitu saja. lukanya memang tak besar, tetapi mampu membuatku meringis. Rasa perih menjalari telunjukku.

“siapa yang menyuruhmu memetik bunga-bunga ini?” Tanya Axton yang tiba-tiba saja berdiri di hadapanku. Seperti biasa, ia menatap diriku dengan ekspresi datarnya itu. seakan tak ada yang terjadi, seakan kejadian 2 hari lalu bukan apa-apa untuknya. Ia terlihat begitu santai, seakan tak berdosa. Dasar bajingan.

“aku. Lihat kan, aku yang memetiknya. Lalu apa? Kau ingin marah?” Tanya ku dengan nada mengejek. Aku hanya terlampau kesal dengan sikap santai nya itu. hanya aku yang terbebani di sini. ia bahkan merasa tak berbuat dosa setelah melayangkan nyawa orang lain.

“kau berdarah” alih-alih menjawab  pertanyaanku, pria di hadapanku ini malah membahasa hal lain. Ia menatap khawatir pada jariku yang berdarah. Ck, apa-apaan tatapanya itu? 

Ia berusaha menggapai jariku yang terluka, tetapi dengan cepat aku menghindarinya. Aku hanya tak ingin jatuh cinta dengan seseorang yang belum dapat berdamai dengan masa lalunya. Karena aku tahu, pada akhirnya itu hanya akan membuatku sakit hati dan terluka.

“ya, duri dari bunga mawar itu tak sengaja menusuk jariku. aku akan segera pergi mengobatinya” ucapku, kemudian dengan cepat meraih keranjang bungaku yang tadinya berada di atas tanah. Tetapi langkahku terhenti karena tiba-tiba Axton menahan lenganku.

“lupakan” ucapnya yang tentu saja membuatku bingung. aku mengangkat sebelah alisku ke atas sebagai responku untuk ucapanya yang tak jelas.

“lupakan kejadian malam itu” lanjutnya lagi. ha! kalau bisa, aku juga ingin melupakanya. Tentu saja, aku tak ingin menyimpan kenangan mengerikan seperti itu. aku memilih untuk tak menjawab ucapanya. tak perlu ia minta, aku juga akan melakukanya, mengingatnya hanya akan membuatku mual dan tak berselera.

🍁🍁🍁

“huwaaaaa! Akhinyaa putri ayah pulang~!” teriak ayah mendramatis. Ia berlari dengan gerakan ala-alanya, kemudian memelukku erat seakan kami tak bertemu berabad-abad. Ha… ada-ada saja kelakuan ayah ku ini. tetapi tetap saja, aku tak bisa menahan senyumku ketika melihatnya.

Ya, kini aku berkunjung ke rumah ayah. Tentu bukan hal mudah untuk dapat keluar dari istana. Aku tak mungkin meminta izin pada Axton untuk keluar, aku meminta izin kepada permaisuri Lilyana. Dan aku pun di izinkan dengan mudah walau harus di kawal oleh puluhan prajurit elit milik istana.

“ayah sangat merindukanmu” ucap ayah sembari mencium pipiku berkali-kali. Huhuhu rasanya aku adalah gadis paling beruntung di dunia karena memiliki seorang ayah yang sangat hangat dan penyayang.

“aku juga rindu ayah” ucapku balik mencium pipi ayah. tetapi tiba-tiba seseorang menganggu waktu bahagia kami.

“ah~! Kakak sepupu akhirnya datang!” teriak seorang gadis yang ku rasa tak terpaut jauh dariku. Datang-datang langsung memelukku. Apa-apaan gadis ini, membuat risih saja. karena merasa jengkel, aku bahkan sama sekali tak berniat untuk menutupi rasa tak suka ku itu.

“ayah, siapa dia?” Tanya ku sembari menunjuk gadis di hadapanku itu dengan dagu. Ayah nampak tersenyum canggung sebelum menjawab pertanyaanku.

“ternyata kau sudah lupa ya? dia adalah sepupu mu sayang, Belinda Calista” jawab ayah sembari mengelus puncak kepala gadis itu. ck! Aku tak suka melihat ayah memberi perhatian pada gadis bernama Belinda itu.

Selama ini aku tak tahu bahwa ada karakter bernama Belinda Calista. Gadis ini terasa tak jelas, bahkan di ingatan Violet asli ia tak terlihat. Menyebalkan, mengapa ia menatap binar padaku. Tatapanya mirip anjing. Aku tak menyukainya.

YOU ARE MY SUN✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang