Part 22 - Dimulainya Wisata Masa Lalu

539 75 21
                                    

07.43 WIB

Gavin membelah jalanan kota dengan motornya. Oya, kalian jangan membayangkan Gavin menggunakan motor laki-laki seperti ninja, atau yang lainnya.

Motor yang digunakan Gavin adalah motor NMAX 155 berwarna hitam yang benar-benar tampak cocok untuknya yang memiliki tinggi badan sekitar 180an cm.

Sebenarnya saat duduk di bangku SMA ia juga menggunakan motor laki-laki sejenis ninja. Namun, pada saat itu ia memutuskan mengganti motornya menjadi vario karena pernah membuat Wendy tidak nyaman dengan jok belakang motornya.

*keliatan kan sesayang apa Gavin ke Wendy dari dulu:)

Mereka sampai di tempat pertama. Wendy turun dari motor lebih dahulu kemudian melepas helmnya.

"Inget gak?" tanya Gavin sambil melepas sarung tangannya. Wendy tersenyum sambil mengangguk

"Kayaknya biar vibes wisata masa lalunya kerasa kita pake 'lo gue' aja deh," ucap Gavin.

"Boleh tuh."

"Yuk, masuk."

Mereka berdua masuk ke warung yang tampak sederhana, namun tetap terlihat bersih itu. Warung itu adalah tempat mereka sarapan di hari pertama mereka bertemu dan memilih untuk membolos bersama hingga jam istirahat datang.

Mereka duduk di meja yang sama seperti beberapa tahun yang lalu. Warung itu tidak banyak berubah, hanya warna catnya yang mulai memudar dan mengelupas dari dinding.

"Mau bubur ketan apa kacang ijo? Pasti kacang ijo, soalnya Kak Wendy gak doyan ketan," ucap Gavin sambil melepas jaketnya.

Wendy tersenyum, "masih inget aja."

"Masih lah. Pake es juga kan?"

"Of course"

ya kali gue gak inget, kak.

**

Wellington, New Zealand
13.43

Sejak tadi, Lay tampak gelisah dengan berjalan mondar-mandir di teras rumah Lia.

Kalo dia dipengaruhi sama temennya itu gimana? apa jangan-jangan kemarin dia waktu marah-marah juga karena ada campur tangan temennya itu?

Lay sibuk dengan pikirannya yang tidak jelas arahnya. Hingga akhirnya ia memberanikan diri untuk menghubungi Wendy.

Mbul💙

wen?
udah bangun?
kalo udah, lagi ngapain sekarang?
sibuk gak?
aku kangen

Lay menatap room chat mereka yang kini sepi. Bahkan mereka sudah tidak saling berkabar sejak hari dimana Wendy marah besar.

"Kak?" panggil Lia yang datang dari dalam rumah. Lay menoleh dengan cepat. "Ya?" jawab Lay.

"Kok keliatan gelisah gitu?" Lay tidak tay harus menjawab apa. Ia hanya diam sambil mematikan layar ponselnya.

"Kenapa?" tanya Lia lagi.

Lay menggeleng, "gapapa kok. Kamu udah selesai yang bikin cookies?" ucap Lay.

Lia mengangguk cepat. "Udah. Coba yuk, masih anget tuh."

"Kamu duluan aja. Aku mau telfon sebentar."

"Okei, aku siapin dulu, ya"

16.16 [My Killer Lecturer 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang