09.45 WIB
Wendy berjalan tepat di belakang Gavin sambil menenteng jaketnya karena di dalam pasar terasa pengap dan sedikit panas.
Mereka berjalan sangat hati-hati di antara banyaknya barang antik tersebut. "Masih jauh gak sih?" tanya Wendy yang mulai terlihat berkeringat.
"Dikit lagi," jawab Gavin.
Setelah berbelok di ujung lorong mereka sampai di tempat dimsum yang Gavin maksud.
Tempatnya tidak terlalu besar. Namun, setidaknya tempat itu tidak masuk area pengap dalam pasar karena terletak di lantai dua dan pinggir bangunan yang menghadap ke sisi jalan yang lain.
"Lo mau pesen apa, Kak?" tanya Gavin yang sambil memperhatikan Wendy yang sibuk membaca menu. "Minumnya es jeruk. Dimsumnya pesen apa, ya? Kok keknya enak semua ya, Vin?" ucap Wendy tanpa mengalihkan pandangannya dari lembar menu yang disediakan.
"Mau semua?"
"Ya nggak semua juga, Vin."
"Mbak, pesen semua yang ada di menu masing-masing satu porsi, ya. Minumnya es teh sama es jeruk." Wendy membelalakkan matanya dan menoleh ke arah Gavin dengan cepat. Gavin hanya tersenyum kemudian duduk di kursi yang menghadap ke jalan supaya bisa merasakan angin jalan.
"Vin, nggak gitu juga kalii," ucap Wendy panik.
Gavin menarik kursi disebelahnya kemudian mengisyaratkan Wendy supaya duduk di kursi itu. "Vin!!!" panggil Wendy dengan setengah merengek.
"Kok panik sih?" tanya Gavin.
"Lo kenapa pesenin semuanya?"
"Ya biar Kak Wendy bisa ngerasain semuanya."
"Kalo ga habis gimana??"
"Kalo mau dibungkus ya dibungkus. Kalo gak mau ya ditinggal aja gapapa."
"Anjir, gak gitu juga kali, Vin."
"Udah santai aja, Kak Wendy duduk dulu gih."
Wendy duduk dengan masih melihat ke arah Gavin yang terlihat santai-santai saja dengan yang ia lakukan. Padahal di dalam diri Gavin sedang menahan rasa gemas melihat tingkah panik Wendy.
Paniknya Kak Wendy emang selalu bisa bikin gue gemes sendiri.
"Dih, kenapa sih lo, Kak? Ngeliatin gue mulu dari tadi. Suka loh, ntar," ucap Gavin sambil mengeluarkan ponselnya dari kantung jaket.
Wendy yang mendengar ucapan Gavin dengan cepat langsung memukul lengan Gavin karena kesal. "Kenapa sih??" tanya Gavin.
Wendy hanya diam lalu mengubah posisi duduknya menjadi menghadap ke jalan.
Aihhhh gemes banget woii, ni orang kalo pacar gue udah gue uyel-uyelin pipinya.
"Gue yang bayar santai lah. Ngapa sih??" ucap Gavin sambil melepas jaket yang ia kenakan.
"Gue gak enak sama lo anjir."
"Emangnya kenapa??"
"Lo baik banget ke gue. Bukan cuma sekarang. Tapi, dari dulu."
"Terus?"
"Ya, kenapa lo baik sama gue, Vin?"
"Emang gak boleh??"
"Boleh, sih. Tapi,..."
"Yaudah kaliii. Ada orang baik ke Kak Wendy kenapa harus dipertanyakan?"
"Lo gak ada maksud lain ke gue kan?"