Part 24 - Tato

363 55 14
                                    

flashback on!!

"Ah, dikunci, Kak" ucap Gavin setelah tangannya merogoh masuk ke sela pintu gerbang belakang.

"Kalo lewat depan bisa habis kita. Guru piket masi jaga sampe istirahat kedua," ucap Wendy.

"Tau banget lo?"

"Biasalahh, pelajar tingkat akhir"

"Yodah mo gimana, ni?"

Wendy diam sejenak untuk berpikir. Ia menperhatikan sekeliling dengan membuat skenario yang bisa mereka lakukan.

"Kita manjat tembok," ucap Wendy yang kemudian ia masuk ke warung kaki lima yang berada tak jauh dari mereka.

"Hah?? Dah gila ni cewe. Untung cantik."

**

Wendy kembali sambil membawa sebuah kursi kayu yang terlihat masih baru.

"Lo tetep gaakan nyampe si, Kak" ucap Gavin sambil melihat Wendy yang mengangkat kursi kayu.

"Kalo sama lo nyampe kok."

"Ha? Maksudnya?"

"Gue naik ke pundak lo dulu, kalo gue udah naik ditembok baru lo naik"

"Pinter juga ya lo"

Beberapa menit kemudian...

"JANGAN NGINTIP YA LO, VIN!!! KALO SAMPE NGINTIP GUE TENDANG PALA LO!"

Wendy berdiri dipundak Gavin dengan tambahan pijakan oleh kedua tangan Gavin.

Wendy berdiri dipundak Gavin dengan tambahan pijakan oleh kedua tangan Gavin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

kurang lebih kek gitu ya

"Aihh, mana sempat ngintipin. Buruan naik, kursinya langsung jadi reyot nih gara gara kita naikin. Kalo gue jatuh pokoknya bayar gue lima ratus ribu"

"Bacot lo!"

"Lo yang bacot, buruan!"

**

flashback off!!

"Udah kenyang belom?" tanya Gavin sambil memakai helmnya.

"Lumayan, jangan bilang lo mau ngajak makan lagi?" ucap Wendy sambil melotot ke arah Gavin.

"Hahaha, nggak lah."

"Vin?"

"Iya?"

"Anterin gue bikin tato mau gak?" mendengar pertanyaan Wendy, Gavin langsung terdiam dan menoleh menatap Wendy.

"Serius mau tatoan?"

"Udah pengen dari lama si sebenernya"

"Ijin dulu, kalo belom ijin aku gak berani nganterin Kak Wendy bikin tato"

"Ijin ke sapa?"

"Semua. Ortu, abangnya Kak Wendy, pacar, temen secirclenya Kak Wendy juga. Emang si itu badannya Kak Wendy, tapi takutnya nanti dikira aku yang ngajakin Kak Wendy kek gitu. Aku gamau dipandang jadi temen yang bawa pengaruh buruk ke Kak Wendy. Terus kan Kak Wendy juga anak perempuan satu satunya, ya biasanya paling di sayang. Jadi, ya gitu lah. Pasti ngerti kan maksud aku? Bukannya aku gamau nganterin, aku mau kok tapi kalo Kak Wendy udah ijin."

Kalo harus ijin ke Lay pasti gaboleh lah anjir. Lagian tu orang juga gak nyariin gue sampe sekarang.

Wendy mendengus mendengar penjelasan dari Gavin. Lalu memakai helmnya. "Maaf ya, kali ini aku gabisa langsung turutin," Wendy menjawab Gavin hanya dengan anggukan.

"Aku ajak ke tempat lain aja ya? Tapi, ambil mobil dulu di apart. Tempatnya jauh soalnya."

"Iya, aku ngikut aja."

"Mau ambil hape Kak Wendy dulu gak?"

"Gak usah, jauh kalo balik."

"Iya deh"

**

"Kak?" panggil Gavin sambil tetap fokus menyetir sambil sesekali menengok ke arah Wendy yang duduk disebelah kursi kemudinya

"Hmm?"

"Diem mulu dari tadi. Kesel ya sama aku?"

Wendy hanya diam menatap jalanan tanpa menjawab Gavin. "Fiks sih ini kesel sama aku. Aku dah minta maaf loh," ucap Gavin

Bodo ya pokoknya gue kesel sama lo! -wendy

"Mau ice cream?" tanya Gavin.

"Ice cream apa?" ucap Wendy dengan nada yang masih ketus.

"Ya, Kak Wendy mau ice cream apa? Baskin roobins? Gelato? Walls? Campina? Apa yang lain? Aku beliin se-abangnya deh."

Wendy diam sejenak, "Mau es roti."

"Hah? Es roti? Es krim pake roti?"

"Bukann, air santan terus dikasi roti ada es serut sama susu kental manisnya dulu kita pernah jajan itu di deket sekolah."

Gavin diam berpikir hingga dahinya tampak berkerut memikirkan makanan yang Wendy maksud.

Wendy tiba tiba menepuk jidatnya dan membuat Gavin menoleh cepat kearahnya. "Kenapa?" tanya Gavin.

"Itu aku sama Vito, bukan sama kamu hehe."

Nasib gue selalu begini dah, sabar ya Vin -gavin

Gavin menghela napasnya. "Terus gimana ni? Aku gatau tempatnya, Kak Wendy inget tempatnya gak?" tanya Gavin.

"Enggak, udah lama banget gak kesana."

"Terus ini kita mau kemana? Aku jadi bingung mau ajakin Kak Wendy kemana"

"Emang sebenernya kamu mau ajak kemana?"

"Dufan."

Mata Wendy melebar dan tampak bersinar. "Dufan?" tanya Wendy dengan nada yang terdengar sangat bersemangat.

Gavin menghentikan mobilnya ketika lampu merah menyala. Lalu menoleh ke arah Wendy yang menatapnya penuh semangat.

cantik -gavin

"Iya, kenapa? Keknya semangat banget," ucap Gavin sambil menatap Wendy lekat.

"Aku dah lama pengen ke dufan tapi gak ada temen."

"Ya udah kita kesana ya?" Wendy mengangguk dengan cepat, wajahnya kini tampak senang. Gavin tersenyum karena gemas melihat Wendy.

Kenapa gemes banget siiiii??? -gavin

"Nanti kalo mau es yang kak Wendy maksud itu, kita bikin sendiri aja gimana?" tanya Gavin sambil kembali fokus pada jalan karena lampu sudah berubah menjadi hijau.

"Bisa emang?"

"Apa sih yang Gavin gak bisa??"

"Diihh"

"Hehehe, habis ini mampir pasar bentar baru ke dufan."

"Ngapain ke pasar?"

"Katanya mau es roti. Santannya kan bikin dulu."

"Pake santan instan aja ngapa?"

"Aku ga suka. Enak bikin sendiri dari kelapa"

"Sama aja deh perasaan."

"Nanti kita bandingin deh kalo ga percaya."

"Oke."

tbc.

hellooowww i'm backk
maap ya cuma dikit
nulisnya dadakan soalnya hehe
ketemu di part selanjutnya yaa

16.16 [My Killer Lecturer 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang