20.30 WIB
Wendy dan Lay sedang makan malam di sebuah restoran tak jauh dari apartemen Wendy.
"Hari-hari kamu di sana baik, kan?" tanya Wendy sambil mulai menyuapkan makanannya.
"Baik kok. Kamu sendiri gimana liburan kali ini?" tanya Lay sambil mengiris daging steaknya.
"Masih sama kayak liburan liburan semester lalu. Sendirian aja."
"Kasiannya mbul. Doain tahun ini aku lulus ya?"
"Tahun ini??? Serius?"
"Iya. Doain aja."
"Semoga sukses ya?"
"Iya, amin."
Mereka kemudian sibuk dengan makanan mereka masing masing. Sampai Wendy menyadari sesuatu hal yang seharusnya sudah ia sadari sejak pagi.
"Cincin kamu kemana?" tanya Wendy dengan spontan.
"Aku lepas waktu mandi. Aku lupa pake lagi gara-gara keburu jemput kamu."
"Suruh aku nggak boleh lepas, tapi kamu sendiri yang lepas."
"Aku nggak nyaman mandi pake cincin, Wen."
"Kamu sering lupa nggak pake ya di sana?"
Aku justru gak pernah pakai, Wen.
Lay hanya diam menatap makanannya yang masih tersisa cukup banyak di piring.
"Aku nggak mau ribut sama kamu cuma gara-gara cincin. Jadi, lupain aja," ujar Wendy.
Setelah itu mereka hanya diam, sibuk dengan pikiran masing masing sampai Lay mengantar Wendy di depan gedung apartemennya.
"Mau mampir?" tawar Wendy sebelum ia turun dari mobil Lay.
"Nggak hari ini, Wen."
"Terus kapan? Kamu lusa sore, kan dah balik."
"Besok seharian sama kamu di rumah gimana?"
"Oke, deh. Aku tunggu."
"Good night, Wen."
"Good night."
**
Wendy melangkahkan kakinya menuju lift dengan malas. Lalu menekan tombol lift sambil berharap pintu lift segera terbuka.
"Sering lupa atau emang nggak pernah pakai?"
Ting!
Pintu lift terbuka, membuat Wendy segera melangkahkan kakinya masuk. Kemudian menekan angka lantai tempatnya tinggal.
Saat sedang menunggu lift sampai di lantai yang ia tuju. Ponselnya berdering menandakan ada sebuah panggilan masuk.
Wendy cepat-cepat mengambil ponselnya yang berada di dalam tas sebelum deringnya berhenti. Ketika ia membaca nama di layar, Wendy bergumam.
"Aku kira Lay yang telfon."
Wendy menggeser tombol hijau kemudian mendekatkan ponselnya ke telinga kanannya.
"Halo?"
"Kak Wendy di rumah?" suara serak yang masih bisa Wendy kenali itu membuat ia mengulum bibirnya.
"Mau ngapain, Vin?"
"Gavin ke situ sekarang boleh?"
"Mau ngapain?"
"Ya pengen ke situ aja. Ngedate Kak Wendy hari ini udah selesai, kan?"
"Kamu mau ngapain ke sini malem malem?"