Ch. 2 - Flashback

27 5 6
                                        

Empat hari sebelum keberangkatan...

Ayla selalu punya satu kebiasaan sebelum tur berangkat. Dia akan membuat grup WhatsApp untuk memudahkan dirinya dalam memberi pengumuman. Namun kali ini dia terserang virus malas. Berkali-kali dia mengambil hapenya lalu meletakkannya kembali ke atas meja. Sebenarnya cuma satu alasan yang membuatnya senewen - Teddy.

Dia sama sekali belum siap menghadapi Teddy jikalau pria itu menghubunginya. Berulang kali Ayla berdebat dengan dirinya sendiri bahwa ada kemungkinan Teddy tidak akan menghubunginya. Toh, terakhir kali juga Teddy yang memutuskan kontak di antara mereka. Tapi membayangkan Teddy tidak menghubunginya malah membuat dadanya terasa sesak.

"Aaaarghhh!!!!" teriaknya gusar. Dia bahkan tak mengerti apa mau dirinya. Di hubungi takut, gak di hubungi sedih.

Lari gak akan pernah nyelesaikan masalah! samar-sama Ayla teringat akan ucapan Tata. Ya, dia tahu lari memang tidak akan pernah selesaikan masalah dan dia memang tidak bisa terus menerus lari. Pada akhirnya dia memang harus menghadapi Teddy. It's just a matter of time!

Sekali lagi ia menarik napasnya dalam-dalam, kemudian menghembuskannya, seolah dengan melakukan itu dapat memberikan kekuatan pada dirinya. Ayla kembali meraih hapenya, lalu mulai membuat grup Whatsapp untuk tur kali ini.

Setelah grup itu jadi, Ayla mengetikkan sederet pengumuman dan mengirimkannya. Satu per satu peserta mulai memperkenalkan diri serta menyapa satu sama lain. Dalam hitungan detik, grup itu sudah menjadi ramai.

Tiba-tiba Ayla menerima notifikasi chat baru. Jantungnya berdegup kencang kala melihat nama sang perngirim.

Teddy Gunawan
Hai Ayla, masih ingat gw?

Ayla tertegun membaca sebaris pesan singkat itu. Dia belum berani membuka chat tersebut, hanya membaca dari notifikasi yang muncul di layar hape. Ini kali pertama Teddy menghubunginya lagi setelah lima tahun putus kontak. Perasaan rindu, kesal, senang, sedih semua bercampur jadi satu.

Ia menatap nanar pada layar hapenya yang masih menampilkan notifikasi chat tersebut. Perlahan ingatan dari masa lalu berlomba-lomba muncul ke permukaan. Sepertinya ia ditakdirkan untuk tidak akan pernah bisa keluar dari lubang gelap itu seumur hidup!

🎈🎈🎈

Lima tahun yang lalu, tepat sehari sebelum anniversary mereka yang ketiga. Teddy mengajak Ayla untuk dinner bersama Mami Papinya. Tentu saja Ayla senang karna itu berarti Teddy ingin membawa hubungan mereka ke level yang lebih serius. Jadi Ayla langsung menyetujui ajakan itu tanpa curiga.

Malamnya, Teddy menjemput dan membawa Ayla ke rumahnya. Sewaktu mereka tiba, Tante Melly - Mami Teddy, menyambut Ayla dengan sangat ramah. Semua terlihat begitu sempurna, hingga sesi makan malam, disitulah nerakanya dimulai.

"Ay, Tante dengar kamu dari SMP tinggal berdua saja bareng Mama kamu ya?"

Perasaan Ayla mulai tidak enak tapi ia menepisnya, "Iya, Tante."

"Papa kamu sekarang dimana?" kali ini Om Hadi - Papi Teddy yang bertanya.

"Ngg.. aku nggak tahu, Om."

"Kamu tahu kenapa Papa Mama kamu cerai?" Kali ini Tante Melly bertanya lebih blak-blakan.

Ayla semakin tidak nyaman dengan sesi tanya yang terasa lebih seperti sesi interogasi. Diam-diam Ayla menyenggol lengan Teddy, berharap pria itu membantunya. Namun Teddy malah pura-pura sibuk dengan makanan dipiringnya.

"Aku.. aku gak tahu, Tante." Ayla memilih berbohong. Dia belum siap menceritakan alasan kedua orang tuanya bercerai. Cukup orang-orang yang terlibat saja yang tahu.

TOURITHJOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang