Ch. 11 - One Fine Sunset

13 4 3
                                    

Tempat wisata terakhir hari ini adalah Pamukkale atau yang terkenal dengan sebutan istana kapas. Arslan sendiri telah menanti-nantikan kunjungan kali ini. Memang, dia sudah sangat sering mengunjungi Pamukkale sehingga tempat ini tak lagi spesial. Tapi mulai hari ini Pamukkale akan kembali spesial. Dia akan mengukir sebuah kenangan di tempat ini!

"Lumayan jauh juga ya dari tempat parkir sampai sini. Hampir lima belas menitan ada. Untung kaki ini masih kuat jalan," kata Pak Adrian sedikit terengah-engah, satu-satunya peserta yang tiba di puncak Istana Kapas bersama Arslan.

"Iya, Pak. Setelah ini Bapak bisa rendam kaki di kolam sama Ibu. Lumayan untuk rileks setelah jalan jauh."

Pak Adrian menanggapi dengan mengangkat kedua jempolnya, "Pasti. Pasti. Sudah jauh-jauh kesini, sayang kalau tak dinikmati. Eh istri saya mana?"

Arslan tertawa kecil sambil menunjuk Bu Rossa dengan tim Ibu-ibu lain yang berada tak jauh dari tempat mereka menunggu. Pak Adrian menjulurkan kepalanya ke arah yang ditunjuk Arslan.  Dia tadi terlalu fokus mengajak Arslan mengobrol sepanjang jalan naik ke puncak Istana Kapas sampai-sampai ia tak sadar istrinya tertinggal jauh.

Selang lima menit kemudian, akhirnya semua peserta terkumpul kembali. Arslan pun mulai menjelaskan tentang asal mula terbentuknya Istana kapas sampai kegunaan berendam di kolam Pamukkale.

"Kalau sudah tidak ada pertanyaan, saya akan memberikan waktu bebas sekarang. Kita akan berkumpul kembali di depan toko souvenir ini satu setengah jam lagi."

Seusai Arslan menjelaskan, para peserta mulai meninggalkan tempat berkumpul. Beberapa peserta memilih menuju lokasi reruntuhan Hierapolis dan lainnya memilih untuk berendam di kolam Pamukkale.

"Ci, barengan lagi, yuk," ajak Thania.

"Kalian duluan aja. Gue mau istirahat di sini dulu," tolak Ayla secara halus. Dia tahu, seperti sebelumnya Teddy pasti ikut turut serta. Itu sebabnya ia harus menolak ajakan si kembar.

"Yah.. gak seru kalau gak ada Ci Ayla," timpal Thalia.

Keduanya pantang menyerah membujuk Ayla sampai ia mulai goyah. Ayla memang tipe yang susah mengatakan tidak, apalagi permintaan yang datang dari peserta tur. Belum lagi godaan untuk menghabiskan waktu bersama Teddy juga ikut melambai-lambai padanya.

"Ayo dong, Ci. Pleaseeee," pinta Thania dengan wajah memelas.

Ayla tampak menimbang-nimbang untuk sesaat. Mungkin tidak bahaya untuk mengiyakan permintaan kembar. Toh kali ini mereka pasti akan berendam berempat, bukan benar-benar berduaan saja dengan Teddy. Jadi harusnya ini gak salah-salah amat kan? Dan dengan keyakinan itu, ia pun mengangguk pada ajakan si kembar.

Tepat sebelum mereka meninggalkan titik kumpul, Arslan memanggilnya. Ayla meminta si kembar untuk mendahuluinya ke kolam, sedangkan ia sendiri beringsut ke tempat dimana Arslan duduk.

"Ransel kamu tinggalkan di sini saja. Aku jagain," kata Arslan.

"Kamu gak pergi rendam atau jalan-jalan?"

"Aku sudah sering ke sini. Oh ya, nanti kamu usahakan kembali ke sini lebih awal. Ada yang mau aku diskusikan."

"Mau sekarang saja?"

"Nanti saja, kamu enjoy dengan mereka dulu."

"Alright. See ya," pamit Ayla.

Baru beberapa langkah saja, Arslan kembali memanggilnya, "Usahakan kembali ke sini jam enam."

Ayla terlihat bingung tapi ia kembali menganggukan kepalanya lalu melangkah menuju kolam dimana si kembar dan Teddy menunggunya.

***

TOURITHJOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang