Ch. 27 - Confrontation

8 1 1
                                    

Berulang kali Teddy berjalan kian kemari di taman Aya Sofya. Sesekali ia menjulurkan kepala ke arah 'Entrance', mencari sosok yang ia tunggu. Namun orang tersebut masih belum kembali juga. Ia mulai kehilangan kesabaran.

Teddy memang bukan orang yang sabar, apalagi di suruh menunggu. It's the last thing he would do but now he has no choice! Kesempatan untuk ngobrol empat mata dengan Arslan terlalu langka.

Ia berniat untuk mengkonfrontasi Arslan sejak ia menyadari Ayla telah jatuh hati pada pria itu. Memang, Ayla tidak mengaku, tapi Teddy juga tidak bodoh. Ia dapat menilai dari hasil observasinya selama semingguan ini. Jadi ia akan memastikan Arslan tidak sedang mempermainkan Ayla.

Tak peduli apa keputusan Ayla pada ujungnya, Teddy hanya ingin melindunginya saat ini. Ia tidak akan membiarkan Arslan menyakiti Ayla. Baginya, cukup satu orang brengsek di hidup Ayla. Tidak perlu ditambah satu orang lagi.

Teddy melirik jam tangannya sekali lagi, sepuluh menit telah berlalu. Tepat ketika ia menengadah, ia melihat Arslan tengah berjalan kearahnya.

"Saya mau bicara sebentar," kata Teddy begitu Arslan sampai di hadapannya.

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Saya tahu kamu sedang mendekati Ayla," balas Teddy tanpa basa-basi, "Kalau kamu dekati dia hanya untuk main-main, saya minta kamu cari orang lain saja. Jauhi Ayla!"

Arslan tersenyum, "Apa yang membuat kamu berpikir saya hanya main-main?"

"Bukankah sudah jelas? Hubungan kalian itu gak mungkin. Besok kami sudah harus pulang ke Indonesia. Jadi untuk apa kamu masih dekati dia?"

Raut wajah Arslan tetap tenang. "Memang benar, besok kalian akan pulang, tapi itu tidak akan menghentikan saya memperjuangkan Ayla. Lagipula, saya telah mencintai dia selama sepuluh tahun. Jadi menurutmu apa saya akan main-main saja?"

Teddy tampak terkejut. "Dulu waktu kami..." ia berhenti sejenak, "Kamu... sudah tahu hubungan kami?"

Arslan mengangguk.

"Dulu dia tidak pernah cerita tentang kamu. Jadi bagaimana mungkin?"

"Dia tidak cerita karna dia melupakan pertemuan singkat kami. Tapi saya tidak pernah melupakannya dan sekarang kami dipertemukan kembali. Ayla sangat berarti buat saya dan saya tidak akan melepaskan kesempatan ini!"

Teddy menatap ke dalam mata Arslan, mencari keseriusan dalam perkataan Arslan dan yang ia temukan hanya ada satu kata. Tulus. Justru itu membuatnya semakin berkecil hati.

"Satu hal lagi, saya akan menikahinya," tambah Arslan.

"Whattttt???"

Perkataan Arslan sukses membuat Teddy melongo sejadi-jadinya.

"Saya akan menikahi Ayla," ulang Arslan sekali lagi.

"Bentar... kamu udah nembak dia? Kalian belum jadian, kan?"

"Saya berencana akan menembaknya malam ini. Hanya saja..." Arslan tidak melanjutkan kalimatnya, membuat Teddy jadi penasaran. Ia memicingkan mata, mencium bau takut yang menguar dari diri Arslan.

"Takut di tolak?"

Arslan menggeleng, "Saya khawatir dia akan merasa gak nyaman, sedangkan kita besok masih ada tur bersama."

Lagi-lagi Teddy tercengang kala mendengar jawaban Arslan. Ia jadi malu mendengar pemikiran Arslan yang mau tak mau harus ia akui sangat dewasa dan pria ini sungguh teramat mencintai Ayla.

Teddy mulai membandingkan dirinya dengan Arslan. Dulu ketika ia nembak Ayla, ia tak berpikir sejauh itu, bahkan kali ini juga. Yang ia pikirkan hanya gimana meyakinkan Ayla untuk menerimanya dan voila, gadis itu kembali menjadi pacarnya.

"Apa masih ada yang kamu mau tanyakan? Kalau tidak ada, saya akan meminta mereka semua berkumpul sekarang."

Teddy menggeleng lemah. Niat untuk mengkonfrontasi Arslan malah berbalik menampar telak pada dirinya sendiri.

Arslan pun mengeluarkan hapenya dari kantong celana, mengetik pesan kepada Ayla, lalu ia menengadah lagi, menatap tajam pada Teddy.

"Saya tahu kamu sudah bertunangan dan sekarang sedang mendekati Ayla. Sedikit masukkan dari saya, seorang pria sejati tidak akan membiarkan wanita yang dicintainya kehilangan rasa aman," tandasnya tegas.

Teddy tertegun mendengar perkataan Arslan. Tanpa di cegah, bayangan wajah Bella seketika itu memenuhi benaknya disertai rasa bersalah dan..... penyesalan. Ia mulai ragu dengan keputusan yang ia buat.

Apa salah gue melepaskan Bella? Tapi gimana dengan kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahan dulu?

TOURITHJOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang