Waktu menunjukkan hampir pukul dua siang ketika pesawat mendarat sempurna di bandara İstanbul. Kini mereka tengah menunggu bagasi muncul di conveyor belt dan Ayla memanfaatkan waktu itu untuk menghubungi local guide mereka.
Sesudah itu, ia kembali mengibarkan bendera tur dan sesekali berseru, "Bapak-bapak, Ibu-ibu, yang sudah dapat koper kumpul di sini dulu. Nanti kita sama-sama keluar."
Setelah menunggu hampir dua puluh menit, akhirnya semua peserta mendapatkan koper mereka. Ayla mulai menghitung jumlah peserta, memastikan tidak ada yang tertinggal.
"Oke, semua tunggu disini, saya cari local guide kita dulu," kata Ayla bersamaan dengan tangannya yang sibuk mencoba menghubungi local guide mereka.
Tiba-tiba seseorang menepuk pelan pundaknya dari belakang. Ia menoleh dan mendapatkan seorang pria berperawakan tinggi tengah tersenyum sambil melambaikan hapenya. Mata Ayla tertuju pada namanya yang terterah di layar hape pria itu
"Arslan?"
"Hai, salam kenal," katanya sambil mengulurkan tangan.
"Salam kenal. Saya Ayla," balasnya, menjabat tangan Arslan.
"I know. You look exactly the same."
Untuk sesaat Ayla merasa jawaban itu sedikit aneh, tapi dia tak ambil pusing. Mungkin yang dimaksudkan Arslan adalah wajahnya yang terlihat sama dengan profile picture WhatsAppnya.
"Jadi berapa total peserta?" tanya Arslan.
"Tujuh belas."
Arslan mengangguk sekilas lalu berpaling pada peserta dan meminta mereka semua mendekat. "Bapak-bapak, ibu-ibu, selamat datang ke Turki. Perkenalkan, nama saya Arslan. Saya akan menjadi pemandu kalian selama disini. Saya sangat..." tutur Arslan lumayan fasih sekalipun aksennya seperti orang bule yang berbicara bahasa Indonesia.
Diam-diam, Ayla kembali mengamati Arslan. Pria itu sungguh tinggi besar. Benar-benar besar. Dia memiliki bahu yang lebar dengan lengan berotot yang tak kalah besar. Kulitnya putih sedikit kemerah-merahan, tipikal pria timur tengah. Rambutnya agak coklat keemasan sama dengan warna matanya yang unik. Hidungnya agak sedikit besar tapi cukup mancung dan terdapat belahan pada bibir bawahnya. Seolah-olah, itu semua belum cukup, dia juga memiliki garis rahang tegas yang membingkai wajahnya dengan sempurna. Tapi yang paling menyita perhatiannya justru tatapan pria itu. Tatapannya memang tajam, tapi tidak mengintimidasi sama sekali, justru tatapan itu menghadirkan sebuah perasaan familiar di hatinya.
Gue pernah lihat dimana ya? And how should I describe him?
"Jadi kalau tidak ada pertanyaan lagi, kita akan berangkat sekarang. Periksa barang kalian sekali lagi. Jangan sampai ada yang ketinggalan," pesan Arslan. Lalu dia berpaling pada Ayla untuk meminta bendera yang berada dalam genggamannya.
"Hmmm... ya, it's like a lion," gumam Ayla pelan, tak menyadari Arslan yang tengah berbicara dengannya.
"Sorry, what did you say?"
Ayla tersentak. Dia dapat merasakan pipinya memanas. Baru kali ini dia tertangkap basah melamun, di hari pertama lagi! Dia berdeham pelan dan memasang sikap seolah tidak terjadi apa-apa, "Kita jalan sekarang?"
"Kita akan berangkat setelah Bu Ayla memberikan bendera itu," tunjuknya pada bendera yang berada di tangan Ayla.
"Oh!" Ayla segera memberikan bendera itu sedangkan Arslan menerima sambil mengulum senyumnya.
"Bapak-bapak, Ibu-ibu, silakan ikuti saya," seru Arslan.
🎈🎈🎈
"Bapak-bapak, ibu-ibu, perkenalkan ini adalah Pak Hasan. Beliau akan menjadi supir kita selama delapan hari kedepan. Mari bilang halo dengan Pak Hasan," ajak Arslan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOURITHJOU
RomansaAyla Astrella, seorang tour guide dengan satu mimpi, mengunjungi Türkiye. Dan dalam satu petang, mimpi itu menjadi kenyataan. Ia mendapat kesempatan untuk membawa tour ke negeri impiannya. Tak pernah terlintas dalam benak Ayla bahwa ketakutan dan t...