Ayla tahu, dia pasti akan menghadapi tantangan setiap kali membawa rombongan tur. Tidak akan ada yang namanya 'tur impian' a.k.a bebas masalah. Hanya saja, dia tidak menyangka tur kali ini akan dirudung masalah secara beruntun sejak hari pertama. Belum lagi masalahnya naik level - sudah seperti game saja ada levelnya.
Untungnya mental Ayla sudah terlatih selama bertahun-tahun menjadi tour guide. Jadi ketika Omah Lisa dan Omah Lia menghampirinya dengan kabar koper hilang, ia tidak ikutan panik.
"Omah tenang dulu ya, sekarang saya pergi check dengan Pak Hasan. Siapa tahu kopernya sudah di bawa ke bus. Koper Omah yang warna merah dengan ukiran mawar putih di tengah kan?"
"Iya, yang itu. Kalau tahu servis gak becus gini mending kami yang bawa turun sendiri," gerutu Omah Lisa.
Tanpa menyia-nyiakan waktu lebih lama lagi, Ayla segera keluar dari hotel mencari Pak Hasan yang memang bertugas memasukkan koper ke bagasi bus.
Begitu sampai di luar, ia tidak menemukan sosok Pak Hasan. Hanya Arslan yang tengah sibuk menyusun koper satu per satu ke dalam bagasi bus.
"Arslan, Pak Hasan mana?" tanya Ayla sambil matanya menjelajah sekeliling.
"Lagi ke toilet, ada apa?" Arslan berbalik tanya tanpa memalingkan mukanya.
"Ada lihat koper merah dengan ukiran mawar putih?" tanya Ayla sekali lagi.
"Hmmmm...." Arslan sedikit menjulurkan kepalanya masuk ke dalam bagasi bus, mencari koper yang disebut Ayla. Namun tak ditemukan koper yang sesuai dengan deskripsi Ayla, "Di sini tidak ada koper merah sama sekali," katanya.
Tidak ada balasan lagi. Arslan menoleh ke belakang, ternyata Ayla telah beranjak masuk ke dalam bus. Merasa ada yang tidak beres, ia segera menyusul Ayla.
"Ada apa?" tanya Arslan.
"Koper Omah Lisa hilang," balas Ayla sambil celingak-celinguk ke setiap tempat duduk, berharap ada kemungkinan si koper nyasar di salah satu sudut bus.
"Di atas sini gak ada," kata Arslan, seolah tahu apa yang sedang Ayla harapkan, "Kita cek CCTV sekarang," lanjutnya.
Ayla menghentikan langkahnya, Oh iya! CCTV!
Dia menoleh pada Arslan, mengangguk setuju dan keduanya segera turun dari bus dan masuk kembali ke hotel.
Begitu Omah Lisa melihat mereka, dia langsung menodong keduanya dengan pertanyaan. Diam-diam Ayla memberi isyarat pada Arslan untuk pergi mengurus ijin cek CCTV, sedangkan dia mencoba menenangkan kedua Omah.
"Gini aja, Omah tunggu kami di bus. Kita akan cek dengan pihak hotel sekali lagi dan secepatnya kabarin Omah."
"Pokoknya harus ketemu ya!" tandas Omah penuh emosi.
Sepeninggalan kedua Omah, Ayla mendekati Arslan yang sedang menunggu di depan kaunter resepsionis, "Gimana?"
"Itu managernya, yuk," ajak Arslan, mengikuti manager hotel yang membawa mereka menuju ruang CCTV. Mereka mulai memperhatikan rekaman dari dua jam yang lalu. Dari hasil rekaman, terlihat salah satu bellboy yang mengurus grup lain terambil koper Omah Lisa.
"Thank God, kopernya bukan dicuri," Arslan menghela napas lega.
"Tapi kita nggak tahu grup itu. Gimana ambil kembali?"
"Itu grup temanku. Masih ingat yang semalam ngobrol dengan aku?"
Samar-sama Ayla mengingat wajah pria yang berbicara dengan Arslan semalam.
"Aku akan menghubungi dia sekarang, kamu duluan ke bus aja. Pastikan jumlah peserta sudah lengkap."
Ayla mengangguk tapi wajahnya masih tegang. Bagaimana pun kehilangan koper bukanlah masalah kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOURITHJOU
RomanceAyla Astrella, seorang tour guide dengan satu mimpi, mengunjungi Türkiye. Dan dalam satu petang, mimpi itu menjadi kenyataan. Ia mendapat kesempatan untuk membawa tour ke negeri impiannya. Tak pernah terlintas dalam benak Ayla bahwa ketakutan dan t...