Ch. 31 - Missing Piece

9 1 1
                                    

Satu per satu peserta tur mulai pamit dengan Arslan sebelum masuk ke terminal keberangkatan hingga yang tersisa hanyalah Ayla dan Teddy. Ayla tampak membisikkan sesuatu pada Teddy sebelum berjalan mendekati Arslan.

"Arslan, terima kasih buat semua yang udah kamu lakukan, tapi... maaf, aku tidak dapat menerima perasaanmu."

"Kenapa?"

"Karna LDR, Arslan. Aku gak bisa. Jadi... aku milih Teddy."

Arslan terenyak. Dia sangat yakin Ayla mempunyai perasaan yang sama dengannya. Tapi kenapa Teddy yang di pilih?

Ketika Arslan masih berkutat dengan pikirannya, tahu-tahu saja Teddy sudah ada di samping Ayla. Dia mengecup puncak kepala Ayla sekilas, lalu merangkulnya, seakan ingin menunjukkan kepemilikannya. "Sayang... kita masuk sekarang?"

Ayla mengangguk pada Teddy, lalu mereka pamit dan berjalan menuju pintu terminal keberangkatan. Arslan menatap punggung Ayla yang bergerak semakin jauh dan semakin jauh.

Hatinya sesak bercampur sakit, tidak dapat menerima kenyataan ini. Dan sebelum ia sadar, kakinya telah berlari mengejar mereka. Arslan terus berlari tapi jarak yang terbentang di antara mereka semakin lebar. Dalam keadaan panik, ia mulai berseru, memanggil nama gadis itu...

AYLAAAAA!!!

Arslan terjaga dalam posisi duduk di atas ranjang. Napasnya masih terengah-engah. Sama dengan irama jantungnya yang masih tak beraturan. Dia kembali memejamkan mata, berusaha mencoba menenangkan diri, lalu membukanya kembali.

Ada sinar terang yang tertangkap oleh ekor matanya. Ia menoleh ke sisi kanan ranjang, ternyata sinar itu berasal dari ipad yang masih menyala sepanjang ia tertidur tadi. Halaman dengan judul '7 Ways to Convince a Girl to Try a Long Distance Relationship' masih terpampang di layar ipad.

Arslan menghela napas lelah. Ia tahu keadaannya terdengar sangat menyedihkan. Tapi sungguh... situasinya jauh lebih parah dari orang yang gak tahu perasaannya dibalas atau enggak.

Kalau orang ditolak karna gak ada feeling yah tinggal berusaha lebih lagi. Tapi kalau ditolak karna LDR, ia benar-benar tak tahu harus bagaimana. Dan barusan mimpi itu memperburuk keadaan.

Ia melirik jam yang tertera pada sebelah kanan atas layar ipad, baru pukul 04:34 pagi. Lebih baik ia mandi saja. Berharap air dingin cukup menyegarkan kepenatan akibat mimpi buruk ini!

🎈🎈🎈

Kapal telah mulai berlayar mengarungi selat Bosphorus. Semua peserta tampak begitu senang menikmati pemandangan yang disuguhkan di hadapan mereka kecuali Arslan. Matanya tak lepas dari Ayla yang seperti sedang menjaga jarak darinya.

Ya - seperti. Karna Arslan sendiri tidak tahu harus bagaimana melukiskan situasi mereka saat ini. Ketika ia menanyakan sesuatu, Ayla masih menjawab. Tapi jawabannya selalu ala kadarnya, seperti tidak memberikan kesempatan untuk pertanyaan berikutnya.

Apa karna dia sudah memutuskan....

Raut wajah Arslan menegang. Ia teringat akan mimpi buruknya tadi pagi. Efek mimpi itu masih terasa jelas dan perlahan mulai menggerogoti kesabarannya. 

I think I'm just gonna ask her, putus Arslan. Percuma ia menebak-nebak. Lagian ia tidak mau hari terakhir mereka bersama berakhir seperti ini. 

Sewaktu Arslan hendak berjalan menuju tempat Ayla berdiri, Pak Adrian memanggilnya.

"Itu bangunan apa ya? Bagus banget," tanyanya, mata Arslan mengikuti arah yang ditunjuk Pak Adrian.

"Oh, itu Istana Dolmabahçe. Istana kedua yang dibangun pada masa kekaisaran Ottoman setelah Istana Topkapı. Ada enam sultan yang pernah tinggal disana, salah satunya Presiden Atatürk. Dia sempat menempatinya selama beberapa waktu hingga menutup usia."

"Nanti kita sempat ke sana gak?" tanya Bu Rosa

"Maaf, Bu, waktu kita tidak cukup. Setelah cruise, kita akan langsung ke bandara. Mungkin istana ini bisa jadi alasan Ibu untuk kembali ke sini."

"Bener juga ya," kata Bu Rosa sambil mengangguk-anggukan kepalanya, lalu berpaling kepada suaminya, "Dengar tuh, Pa," katanya sambil tersenyum manis.

Pak Adrian tertawa sambil menepuk-nepuk pelan punggung tangan istrinya yang tengah bergelayut manja padanya. Arslan tersenyum melihat keharmonisan mereka.

Tanpa dicegah, ia kembali mencari sosok Ayla. Matanya bertemu tepat pada mata Ayla. Baru saja ia hendak melangkah ke arahnya, Ayla sudah kembali mengobrol dengan Teddy. Keduanya tampak begitu akrab, berbeda jauh dengan sebelum ini.

Arslan menatap bingung, seolah ada kepingan puzzle yang hilang tanpa ia sadar. Dan seakan keakraban itu tak cukup membuatnya bingung, kini ia melihat Ayla tertawa lepas di depan Teddy!

Loh??!!!!!

"Arslan, kalau yang ditengah sana itu menara apa ya?" pertanyaan Pak Bambang berhasil menarik kembali perhatiannya.

"Oh, itu namanya Maiden's Tower. Dulunya, Sultan membangun Istana tersebut ditengah laut sebab ada seorang peramal yang mengatakan bahwa putrinya akan mati disengat oleh seekor ular berbisa."

"Lalu, lalu?" tanya Bu Maya dengan antusias.

"Ramalan itu tetap menjadi kenyataan. Sang putri tetap meninggal pada akhirnya. Ular tersebut menyelundup ke dalam keranjang buah anggur yang dibawa pelayannya."

"Ah.. kasihan Sultan. Dia pasti sangat sedih," celutuk Omah Lisa.

"Begitulah. Tapi sebenarnya cerita Maiden's Tower ada banyak versi. Yang baru saya ceritakan itu paling populer diantara semuanya. Oh ya, bangunan ini juga pernah menjadi salah satu lokasi syuting film James Bond yang berjudul The World is Not Enough."

"Oh, film waktu saya masih muda itu. Dulu saya nonton kan demi lihat Pierce Brosnan. Dia cakep banget loh di film itu," sahut Bu Kinanti.

"Hahaha! Ibu sekarang masih muda kok."

"Ah! Arslan bisa aja. Umur saya sudah empat puluh loh."

"Itu hanya angka saja, Bu. Yang penting kan orangnya masih awet muda."

Bu Kinanti tertawa senang mendengarnya, begitu juga dengan Arslan. Tanpa sengaja matanya kembali bertemu dengan mata Ayla, tapi tatapan Ayla begitu serius, seperti sedang menuduhnya... 'DASAR TUKANG GOMBAL!'

Oh no!

Arslan bermaksud mendekati Ayla untuk menjelaskan tapi cruise mereka telah mendekat ke dermaga sehingga ia harus siap-siap memimpin mereka turun dari cruise.

Aaaarghhh, moga dia gak salah paham!

TOURITHJOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang