Note from Panpan:
Merhaba Touridersss,
Panpan mau kasih tahu, di bab ini ada lagi scene yang beneran kejadian sewaktu tour 😊
Hayooo..kira-kira yang mana? Hehe
Panpan tunggu komen dari kalian yaaa!
•
•
•
•
"Gilaaaa! Ini sunset tercakep yang pernah gue lihat!" seru Thania heboh, membuat beberapa peserta yang baru saja memejamkan mata, melek kembali.Ayla tersenyum mendengar celotehan Thania dan Thalia yang saling bersahutan, diikuti beberapa Ibu-ibu yang mulai mengeluarkan kamera mereka dan menempelkannya pada jendela bus.
Ayla sendiri mengaku matahari yang tampak bulat sempurna dengan warna kuning kejinggaan itu memang begitu indah. Bahkan mereka dapat menikmatinya dengan naked eyes karna tidak menyilaukan sama sekali. Tapi sunset ini tak sebanding dengan sunset yang dia lihat di Pamukkale. Ah... kenangan yang satu itu betul-betul spesial dan membekas di hatinya. Tanpa di cegah, sebuah senyuman terukir di wajahnya.
Sementara semua masih terpana dengan keindahan sang mentari, Pak Sudiro - Mertua Bu Helen malah mendadak berjalan ke bagian depan, menuruni tangga bus menuju pijakan dekat pintu. Terang saja Arslan dan Ayla kaget, begitu juga Bu Helen dan Pak Bambang.
Dengan sigap Arslan menyusul. "Pak, Bapak kenapa di bawah?"
"Aku mau ambil video jembatan itu," tunjuknya pada jembatan Bosphorus yang sebentar lagi akan mereka lalui.
"Tapi bahaya kalau diri di sini. Kita kembali ke tempat duduk aja ya."
"Dari tempat duduk aku gak jelas."
"Pa, kita kembali ke tempat duduk aja ya.. nanti kalau bus tiba-tiba rem dadakan, bahaya loh," bujuk Pak Bambang yang juga telah menyusul di belakang Arslan.
Bukannya mendengar, Pak Sudiro malah duduk di anak tangga bus, membelakangi Arslan dan Pak Bambang.
"Gini aja... gimana kalau Bapak duduk di bangku saya? Coba lihat, dari bangku saya terlihat jelas loh," bujuk Arslan.
Pak Sudiro menoleh ke arah bangku Arslan, lalu ia menoleh kembali ke kaca depan bus dan terakhir menoleh pada Arslan lagi dengan satu anggukan.
Kemudian Arslan mengulurkan tanggannya utk membantu Pak Sudiro bangkit berdiri dan naik kembali ke atas, ke tempat duduknya.
Setelah memastikan Pak Sudiro telah duduk dengan baik dan aman, dia hendak melangkah ke bangku baris ke empat, dimana tadinya Pak Sudiro duduk.
"Eh Nak Arslan, tetap duduk di depan aja sama Ayla. Boleh kan, Ay?" seru Bu Rosa, berhasil menarik perhatian seisi bus ke arah Ayla. Arslan juga ikutan menoleh pada Ayla, menunggu jawabannya.
Yang namanya kalau di todong rame-rame ya sudah pasti jawaban cuma satu.
"Tentu saja boleh." Dia pun memindahkan ranselnya ke atas pangkunya sehingga bangku sebelahnya kosong.
Arslan beringsut ke bangku sebelah Ayla. Ini kali pertama mereka duduk berdampingan begitu dekat, mana tubuh Arslan besar, membuat jarak antara mereka tak bersisa. Ayla dapat merasakan lengannya bersentuhan dengan Arslan. Samar-samar dia juga dapat mencium wangi bergamot dari tubuh Arslan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOURITHJOU
RomanceAyla Astrella, seorang tour guide dengan satu mimpi, mengunjungi Türkiye. Dan dalam satu petang, mimpi itu menjadi kenyataan. Ia mendapat kesempatan untuk membawa tour ke negeri impiannya. Tak pernah terlintas dalam benak Ayla bahwa ketakutan dan t...