Ch. 12 - He is Sweet, isn't He?

20 4 7
                                    

There is always a peace before someone ruin your mood. Nothing could be more true than this!

Hari ini semestinya menjadi hari terbaik buat Ayla. Pertama, Arslan telah memastikan bahwa mereka akan tiba di Kapadokya malam ini dan yang kedua, mereka akan menghabiskan lebih banyak waktu dalam bus sepanjang hari ini.

Beberapa peserta pastinya akan mengeluh karna mereka harus duduk berjam-jam dengan ruang gerak yang terbatas, tapi hal itu sama sekali tidak berlaku untuk Ayla. Satu hal yang ia syukuri sebagai tour leader adalah mendapat tempat duduk exclusive. Ia dan Arslan masing-masing mendapat dua tempat duduk paling depan tanpa harus berbagi dengan peserta.  Dan tempat duduk baris ke dua telah di monopoli oleh keluarga Pak Adrian. Jadi Ayla sama sekali tidak perlu memusingkan cara menjaga jarak dari Teddy. So isn't it a good news?

Setidaknya itu yang ada di pikiran Ayla sejak ia bangun hingga sekarang ketika ia sedang menikmati sarapannya.

"Hanya satu simit dan kopi susu?" tanya Arslan yang baru saja meletakkan piring berisi salad dan keju di depan Ayla.

"Eh, Hai. Pagi," sapa Ayla riang.

"Selamat Pagi. Kamu terlihat sangat senang hari ini," Arslan ikut tersenyum, "Tapi kenapa kamu makan sangat sedikit?"

"Tadi aku mau ambil omelette, tapi katanya lima belas menit lagi baru ada."

Arslan kembali menjulurkan kepalanya ke arah stand omellete berada, "Sepertinya sudah siap. Mau aku ambilkan?" tawar Arslan.

"It's okay, aku habiskan ini dulu. Kamu sendiri makan salad doang?"

"Sama se...." Arslan tak menyelesaikan kalimatnya karna kemunculan Teddy yang langsung mengambil posisi duduk di sampingnya.

"Pagi semua," sapa Teddy sumringah tanpa mempedulikan tatapan terkejut keduanya.

Arslan yang terlebih dulu menangkap maksud kedatangan Teddy segera mengambil alih situasi.

"Selamat pagi, Pak Teddy," balasnya.

"Jangan panggil Pak. Kesannya kayak saya tua banget. Teddy saja." Arslan mengangguk menyetujui permintaan Teddy.

"Oh ya Ay, ini gue ambilkan omelette favoritemu," kata Teddy sambil menggeser piring berisi omelette ke depan Ayla.

Ayla mengernyit, tak mengerti apa yang sedang Teddy lakukan.

"Ayok dimakan sebelum dingin. Lu kan paling suka yang fresh from kitchen," lanjut Teddy.

Ayla bergeming, sehingga Teddy mengambil inisiatif untuk memotong omellete menjadi beberapa potongan kecil dan meletakkannya pada piring Ayla, sedangkan Arslan memerhatikan semua itu dalam diam.

"Oh ya, Arslan, do you mind if I ask you some questions?"

Arslan menaikkan kedua alisnya, tanda ia mempersilakan.

"Kamu sudah berapa lama kerja jadi tour guide?"

"Kurang lebih sekitar delapan tahun."

Teddy magut-magut, "Kamu itu freelance atau staff tetap?"

"Staff tetap."

"Berarti pendapatan kamu fix tiap bulan ya."

Arslan tidak menjawab, hanya memberikan sebuah senyum simpul.

"Kalau saya sekarang mengurus bisnis keluarga. Pernah dengar Gunawan Hatajasa Group?"

Kerutan pada kening Ayla semakin bertambah. Dia tahu jelas arah pembicaraan ini. Teddy akan berujung memamerkan harta kekayaan keluarganya dan memandang rendah yang dianggapnya tidak setara.

TOURITHJOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang