Note from Panpan:
Salah satu scene di ch. 10 ini ada yang berdasarkan kejadian selama tour loh. Ayok ditebak bagian yang mana 😉
Bisa dengan tinggalkan komen yaa!
•
•
•
•
"May I join?"Ayla berhenti membaca berita di google news dan menengadah ke sumber suara yang tengah menunggu balasannya. Lagi-lagi perasaan familiar itu menyerbu hati Ayla ketika matanya bertemu dengan tatapan tajam Arslan. Tapi kali ini ada sesuatu yang lebih. Ada satu perasaan baru yang bergejolak di dada Ayla ketika ia melihat bibir Arslan yang sedang terbuka, menampilkan deretan giginya yang rapi. Aneh, bagaimana bisa satu senyuman dari Arslan menimbulkan debaran-debaran yang ia sendiri sudah lupa kapan terakhir merasakannya? What happened to me?
"May I?" ulang Arslan sekali lagi, berhasil menarik Ayla kembali dari lamunannya.
Ayla berdeham pelan menutupi kegugupannya, lalu ia mengulurkan tangan kanannya mempersilakan Arslan duduk.
"Kamu pecinta kopi?" tanya Arslan, sekilas melirik isi cangkir Ayla.
"Coffee is my job saviour."
"Kalau begitu kamu wajib minum kopi Turki di Kapadokya."
"Kenapa harus disana?"
"Karna kita harus bangun pagi-pagi sekali untuk acara balon udara."
Ayla manggut-manggut sambil menyuapkan potongan kentang ke dalam mulutnya.
"Efek kopi Turki itu sangat kuat. Kamu cukup minum satu cangkir kecil saja dan dijamin bisa tahan seharian," lanjut Arslan.
Mata belo Ayla melebar. "Sehebat itu?"
"Sungguh. Aku tidak bohong. Kamu akan mengerti setelah mencobanya sekali."
Ayla tertawa kecil, "Iya, Arslan. Aku percaya."
🎈🎈🎈
Setelah tiga hari di Turki, para peserta mulai terbiasa dengan perubahan cuaca yang tak menentu. Terkadang cuaca terasa seperti dingin-dingin manja, namun tak jarang tiba-tiba menjadi panas menyengat, termasuk hari ini.
Awalnya ketika mereka memasuki pelataran Efesus, cuaca masih sangat bagus. Sama sekali tidak ada tanda-tanda akan berubah jadi panas, malah terasa angin sepoi-sepoi yang sesekali menyapa mereka. Tapi ketika Arslan mulai membawa mereka menjelajahi reruntuhan kota itu, mendadak sang surya memutuskan untuk menampakkan diri bahkan gak tanggung-tanggung menunjukkan sisi garangnya juga.
"Bapak-bapak, Ibu-ibu, tur kita masih akan berlangsung selama empat puluh menit kedepan. Jangan foto-foto dulu. Nanti saya akan memberikan waktu bebas. Sekarang, silakan ikuti saya lagi." Arslan kembali mengingatkan para peserta yang tersisa setelah ada beberapa peserta yang memilih kembali ke titik awal untuk berteduh karna tidak sanggup di panggang hidup-hidup dibawah terik matahari.
Tur terus berlanjut menuju berbagai titik poin penting di Kota Efesus. Kota itu memang hanya tersisa reruntuhan dari zaman dulu, tapi justru itu yang menjadi daya tariknya tersendiri. Bahkan para peserta masih tetap berdecak kagum sekalipun sesekali mereka juga mengeluh kepanasan.
"Lu gak mau ikut mereka balik aja?" tanya Ayla yang melihat bercak-bercak merah mulai bermunculan di lengan maupun leher Teddy. Pria itu memang alergi dengan keringat.
Teddy sedang menggaruk lengan kanannya, menoleh pada Ayla dengan sorot mata teduh. "Lu.. barusan khawatir? Berarti lu udah gak marah kan?" tanyanya penuh harap.
Lidah Ayla kelu saat matanya bertemu dengan mata Teddy. Tentu saja dia khawatir! Tapi secepat seruan hatinya, secepat itu juga Ayla teringat akan peringatan Tata sehingga jawaban acuh tak acuh yang terlontar dari bibirnya, "Gue cuma gak mau nanti keadaan lu tambah parah terus kita harus cari dokter."
KAMU SEDANG MEMBACA
TOURITHJOU
RomanceAyla Astrella, seorang tour guide dengan satu mimpi, mengunjungi Türkiye. Dan dalam satu petang, mimpi itu menjadi kenyataan. Ia mendapat kesempatan untuk membawa tour ke negeri impiannya. Tak pernah terlintas dalam benak Ayla bahwa ketakutan dan t...