Dugaan Ayla benar!
Teddy masih sama seperti dulu. Setiap kali ia membuat Ayla marah, maka ia akan mengambil seribu satu jarak darinya. Ayla sendiri tidak tahu apa ia harus senang atau sedih melihat kenyataan ini. Dulu ia akan sedih, tapi untuk sekarang, mungkin sikap Teddy yang menghindar itu yang terbaik. Semakin sedikit interaksi antara mereka berarti semakin sedikit hatinya diuji!
Kini mereka baru saja selesai makan siang dan kembali melanjutkan perjalanan menuju Museum Mevlana di Konya. Perjalanan masih cukup jauh dan terasa tiga kali lipat jauh lebih membosankan hingga Ayla tidak tahan.
Ia menoleh pada Arslan, hendak meminta pria itu untuk mencairkan suasana bus, ternyata yang di cari juga sedang menoleh padanya. Ayla memberikan kode lewat tatapan mata dan Arslan mengangguk.
Hal itu justru membuat Ayla heran. Tak biasanya ada yang dapat menangkap kode tatapan matanya. Bahkan Teddy yang dulu pacaran dengan dia hampir tiga tahun, tidak pernah mengerti kode matanya. Bukannya ia ingin membanding-bandingkan Arslan dan Teddy. Hanya saja, ini terlalu aneh. Bagaimana bisa Arslan yang baru mengenalnya mengerti?
Ketika Ayla masih tenggelam dalam lamunannya, Arslan telah bangkit berdiri dan bersandar pada pegangan besi di depan bangkunya, menghadap ke arah peserta.
"Bapak-bapak, Ibu-ibu, perjalanan kita sampai ke Konya masih cukup lama, jadi gimana kalau kita cerita-cerita saja. Selama beberapa hari ini apa kalian cocok dengan makanan Turki?"
"Cocok, Arslan. Apalagi menu makan siang tadi, cocok dengan lidah kami," jawab Pak Bambang yang biasanya tak banyak bicara.
"Wah, saya senang sekali kalau Bapak menikmatinya. Bapak paling suka makanan apa?"
"Dessert, Arslan," kali ini Bu Helen - Istri Pak Bambang yang menyahut, "Itu loh, yang mirip puding terus ada nasinya. Kami sangat suka yang itu. Namanya apa ya?"
"Sütlaç. Puding ini memang terbuat dari nasi yang dimasak sampai matang kemudian dicampur dengan susu," jelas Arslan.
"Pak Arslan ada resepnya? Saya mau coba bikin dirumah."
"Nanti saya mintakan resepnya dengan ibu saya ya."
"Saya juga mau, Pak Arslan," sahut Bu Rosa yang sedari tadi ikut mendengar.
"Saya juga," timpal Bu Maya yang tak mau kalah.
Mendadak suasana bus jadi ramai sampai kedua Omah pun tak mau ketinggalan topik resep makanan.
"Wah, sepertinya ibu-ibu disini suka memasak ya. Bapak-bapak pasti sangat bahagia," puji Arslan.
"Ah, nak Arslan bisa saja. Kalau nak Ayla bisa masak juga?" tanya Bu Rosa yang membuat semua mata kini tertuju pada Ayla.
"Saya? Kalau saya pinter makan, Bu," jawabnya terkekeh.
"Yah gak papa, dulu Ibu seumuran kamu juga nggak bisa masak. Semua ada waktunya. Nanti habis nikah pasti bisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
TOURITHJOU
RomanceAyla Astrella, seorang tour guide dengan satu mimpi, mengunjungi Türkiye. Dan dalam satu petang, mimpi itu menjadi kenyataan. Ia mendapat kesempatan untuk membawa tour ke negeri impiannya. Tak pernah terlintas dalam benak Ayla bahwa ketakutan dan t...