İstanbul, 8 P.M.
Hari sudah mulai gelap sewaktu Arslan tiba dirumah. Dia baru saja pulang dari mengantar Handoko's Family ke bandara. Untung saja setelah tur yang satu ini, dia bisa istirahat selama empat hari sebelum rombongan baru sampai.
Hari ini benar-benar melelahkan. Seluruh badannya terasa sangat pegal dan lengket. Dia ingin segera mandi, lalu merebahkan diri di kasur. Tepat ketika Arslan hendak melangkah ke kamar mandi, hapenya berdering nyaring. Mau tak mau, dia melangkah kembali ke meja kerjanya dan mengangkat telepon itu.
"Ada apa, Yağmur?" tanya Arslan seraya mengaktifkan loudspeaker agar dia bisa mendengarnya sambil membalas pesan-pesan yang belum sempat dibalasnya. Bukan karna dia tidak menghargai yang menelepon, tapi karna dia sudah bisa menebak arah pembicaraan ini.
"Abi[1], masih berani bertanya ada apa? Seharusnya Abi tahu dengan jelas alasan aku telepon!"
See... dugaannya benar, dan sepertinya sang adik sedang sensi tingkat tinggi. "Jangan galak-galak, gak bagus untuk kulit wajahmu."
"Jangan coba-coba mengalihkan topik. Sekarang jawab aku.. kapan Abi resign dan kembali mengurus hotel kita?"
"Yakında, Yağmur.[2] Lama-lama kamu semakin terdengar seperti Baba." Memang belakangan ini Yağmur sangat gencar meminta Arslan kembali mengurus bisnis keluarga mereka yang bergerak di bidang perhotelan. Dan kenapa dia berakhir di pariwisata? Karna dari dulu passion-nya memang di bidang ini.
Sebetulnya sejak awal Arslan sudah tahu ia tidak dapat terus menekuni bidang yang ia cintai. Hanya saja, ia tidak mengira hari itu akan tiba secepat ini.
"Waktu itu Abi bilang hanya gantikan satu tahun. Tapi Abi terus mengulur waktu dari tahun ke tahun. Please Abi, empat bulan lagi aku akan menikah. Masalah penyerahan tidak bisa diselesaikan dalam waktu satu, dua hari."
"Tamam[3]. Kalau begitu beri aku waktu setengah tahun lagi," jawab Arslan sambil lalu. Perhatiannya sudah tercurah pada pesan yang terpampang dilayar hapenya.
"Seriously? Abi, aku akan menikah empat bulan lagi dan itu juga berarti empat bulan lagi aku akan pindah ke Indonesia! Sebaiknya Abi mulai membuat surat resign, lalu mu..."
Arslan tak lagi mendengarkan celotehan Yağmur. Kini matanya tertuju pada foto si pengirim pesan. Wajah gadis itu tidak banyak berubah, mata belonya masih sukses menyedot perhatian Arslan sejak pertemuan pertama mereka. Yang berubah mungkin hanya potongan rambut, yang dulunya berponi, sekarang tidak dan itu tidak akan mempengaruhi penilaiannya. Untuk orang lain mungkin gadis itu terlihat biasa saja, tidak ada hidung mancung on point atau bibir sexy ala top model. Namun bagi Arslan, gadis itu akan selalu terlihat sempurna dimatanya!
"Abi, kamu masih di sana?"
"Üzgünüm, Yağmur.[4] Apa yang baru saja kamu katakan?"
"Aku minta Abi resign dan mulai training Senin ini."
"Tidak bisa, Yağmur, aku sudah terlanjur menerima order baru dan ini sangat penting. Aku harus bertemu dengan tour leader mereka."
"No more excuses, Abi. Pokoknya Senin depan..."
"It's her!" sela Arslan.
"Her?" untuk sesaat Yağmur bingung dengan 'her' yang dimaksukan Kakak-nya, namun detik berikutnya dia memekik girang, "Serius, Abi? Can I meet her too?"
"Tentu saja, senin depan aku akan ke Kapadokya. Kita bisa sarapan bersama."
"Deal! And I'm really happy for you! Aku tahu dia lah alasan Abi masih single sampai sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
TOURITHJOU
Любовные романыAyla Astrella, seorang tour guide dengan satu mimpi, mengunjungi Türkiye. Dan dalam satu petang, mimpi itu menjadi kenyataan. Ia mendapat kesempatan untuk membawa tour ke negeri impiannya. Tak pernah terlintas dalam benak Ayla bahwa ketakutan dan t...