Chapter 1

2.4K 71 4
                                    

"Kei, duluan yah"

Vanya melambaikan tangan padaku

"Oke" balasku dengan pandangan mata tetap fokus ke komputer yang ada di depanku.

"Belum selesai yah Kei?" tanya Gio menghampiriku

"Yah begitulah, tanggung. Mendingan lembur sedikit dari pada besok tambah numpuk" jawabku tanpa melirik kearahnya.

"Ooh"

"Masih lama?" Tanyanya lagi, membuatku sedikit merasa risih

"Lumayan" jawabku tak acuh, berharap dia segera pergi

"Hmmm"

"Kenapa?"

"Malam minggu nanti ada acara gak?" Tanya Gio gugup

"Enggak"

"Jalan yuk!" ajaknya cepat, sangat cepat

Lagi dan lagi, entah ini ajakan yang keberapa ratus kalinya yang dia lontarkan padaku. Dan selalu berakhir dengan penolakan tentunya. Mungkin kali ini juga.

"Maaf Gi, aku ga bisa"

Aku berusaha menolaknya sehalus mungkin. Walaupun aku jengkel setengah mati dengan ajakannya yang tanpa henti itu, tapi aku tetep ga tega melihat wajah murungnya setiap kali aku menolak ajakannya.

Jika biasanya setelah mendengar penolakanku Gio akan pergi dengan senyum manis yang dipaksakan, maka kali ini tidak.

"Kenapa? Aku cuma ngajak jalan, mungkin nonton atau cuma makan-makan. Aku gak ngajak kamu kencan"

Gio berusaha menahan emosinya.

"Gi, ini bukan masalah kencan atau bukan. Kamu tahu kan aku ga pernah pergi sama siapapun diluar pekerjaan"

Aku mencoba menjelaskan, berharap dia mengerti.

"Tapi kenapa?"

Hadduh, pekerjaanku belum selesai. Ga ada waktu untuk ku menjelaskan lebih detail lagi. Toh walaupun aku menjelaskannya, kamu belum tentu mengerti. Batinku geram

"Gi, aku punya alasan sendiri. Dan ga mungkin aku ceritain sama kamu. Jadi aku mohon hargain privasi aku" ujarku berusaha sehalus mungkin

"Kei"

"Sebaiknya kamu jangan pernah ngejar-ngejar aku lagi. Karena semua usaha kamu akan sia-sia dan kamu akan sakit hati. Aku ga mau nyakitin kamu"

Gio menunduk memandangi ujung sepatunya. Aku tau ini kejam, sebuah penolakan besar. Tapi aku juga ga tega ngeliat dia terus-terusan kecewa setiap aku tolak ajakannya. Aku tau dia sudah naksir aku sejak pertama aku kerja disini. Tapi aku tak pernah sekalipun meresponnya. Bukan karena dia tak menarik, Gio tampan dan juga baik.
Tapi aku sudah berjanji pada diriku sendiri, tidak akan pernah terlibat terlalu jauh dalam suatu hubungan, walaupun itu hanya sebuah hubungan pertemanan, kecuali jika itu hanya sebatas teman kerja.
Eitts, jangan tanya kenapa.
Karea aku punya alasan kuat untuk ini, dan aku yakin keputusanku ini tepat.

"Aku minta maaf kalo selama ini aku selalu gangguin kamu" ujar Gio tetap tanpa menatapku.

"Ga apa-apa, aku ga merasa terganggu"

"Tapi kita masih bisa berteman kan?"

"Tentu, sebagai teman kerja"

"Ck baiklah, partner kerja. Semoga pekerjaanmu cepat selesai partner kerja. Aku duluan, Bye"

"Bye"

Aku terkekeh geli melihat tingkah Gio, yang selalu memberi penekanan setiap mengucapkan kata partner kerja.
Yah, mungkin dia kesal karena untuk bertemanpun harus melibatkan pekerjaan.
Tapi aku bersyukur, dia tak bertanya lebih jauh lagi. Aku tak bisa membayangkan apa yang harus aku jelaskan padanya, jika dia menuntut penjelasan lebih jauh lagi.
Karena aku rasa aku tak punya waktu untuk mencari alasan agar tidak menjelaskan hal yang tak bisa kujelaskan. Tidak disaat pekerjaan ini menuntut untuk segrra diselesaikan.
Hadduh pekerjaanku.

Aku melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul 5 sore.

Aku harus segera menyelesaikan pekerjaan ini, agar aku bisa segera memeluk Qyu.

Oh Qyu, aku merindukanmu.

Membayangkan bulu-bulu lembut Qyu dalam pelukanku, membuat hatiku menghangat.

You're My PetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang