Chapter 6

1.4K 63 9
                                    

Rei terlihat berbicara pada wanita itu (entah apa yang mereka bicarakan, aku tak perduli)
Wanita itu berdiri, berjalan menuju pintu melewatiku tanpa mengacuhkan kehadiranku, membuatku sedikit jengkel tapi sudahlah itu tak penting, yang terpenting sekarang adalah menyelesaikan tugasku agar segera bisa makan siang. Oh tuhan, aku lapar sekali.

"Duduk" ucapnya menyuruhku duduk, maka akupun duduk di sofa yang ada di sampingnya. Sofa yang kududuki menghadap langsung ke arah jendela besar yang memperlihatkan hiruk-pikuknya jalan ibukota.

Tanpa kusadari, Rei sedang menatapku. Dia menatapku?
Segera ku pasang wajah datar tanpa ekspresi. Hey lihat itu, dia menatapku dengan cara yang berbeda. Dia seperti hewan buas yang akan menerkam mangsanya. Aku berusaha keras untuk tetap memasang wajah datarku. Agar dia berpikir bahwa dapat mempengaruhiku.

"Kau masih ingat? Aku paling benci pada orang yang sudah menggangguku" ujarnya memulai pembicaraan.

"Saya tidak akan minta maaf, karena saya tahu anda tidak akan menerima perminta maafan saya. Saya datang kesini karena atasan saya yang menyuruh. Jadi ada perlu apa anda memanggil saya?"

Aku sedang tak ingin basa-basi. Aku lapar, kau tahu.

"Mencoba mengalihkan pembicaraan nona?" tanyanya sarkastik

"Tidak, saya hanya menjalankan perintah atasan"

"Wow formal sekali, kemana perginya gadis kasar yang kukenal? Apakah dia sudah menyesali perbuatannya?"

Dia selalu saja mengungkit masalah itu. Aku disini untuk bekerja, bukan untuk membahas hal tak penting yang terjadi waktu itu.
Sabar Kei sabar

"Apa kau ingin minta maaf karena sudah menamparku?" Tanyanya percaya diri.

"Minta maaf? Aaahh yang benar saja. Saya tidak salah, karena saya rasa anda memang pantas mendapatkannya"

Aku sudah tak bisa menahan emosiku lagi. Aku memang selalu mudah marah saat sedang lapar. Jadi jangan salahkan aku, dia yang memulai.

"Kau sudah mengganggu hobby ku, dan kau bilang kau tidak salah?"

Aku berdiri dari dudukku, menatapnya meremehkan.

"Oh jadi hobby anda adalah berbuat mesum di tempat kerja. Hobby yang sangat unik. Lagipula saya memang tidak salah, setidaknya dengan kedatangan saya yg mengganggu hobby mesummu itu, bisa menjaga kesucian ruangan ini tetap terjaga. Atau jangan-jangan tempat ini memang sudah tak suci lagi, karena sudah anda jadikan tempat prostitusi" jelasku panjang lebar.

Dia berdiri, menatapku tajam tapi tak membalas kata-kataku. Apa kata-kataku terlalu kasar?
Tapi bukankah dia memang suka bergonta-ganti pasangan. Jadi tak heran jika beberapa diantaranya dia pernah melakukan hal yg tak senonoh di ruangan ini. Setidaknya itulah kesimpulan yang bisa ku ambil setelah dua kali memergokinya.

Hening

Kulihat dia semakin menatapku tajam dengan rahang yang mengeras.

"Kau tak pantas berbicara tentang kesucian ruangan ini. Kau tak tau apa-apa, jadi sebaiknya jaga mulutmu" bentaknya marah

Dia marah?
Wow, dia benar-benar mengerikan saat marah.
Tiba-tiba aku merasakan sakit di perutku, terasa ada yang melilit di dalam sana. Kupegangi perutku, menahan sakit.
Kepalaku juga terasa pusing. Seluruh tubuhku terasa lemas.
Ada apa ini?
Pandanganku berkunang-kunang, aku tak bisa melihat apa-apa dan Gelap.

* * *

Reinand POV

" . . . setidaknya dengan kedatangan saya yg mengganggu hobby mesummu itu, bisa menjaga kesucian ruangan ini tetap terjaga. Atau jangan-jangan tempat ini memang sudah tak suci lagi, karena sudah anda jadikan tempat prostitusi"

You're My PetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang