Epilog

1.2K 53 7
                                    

Sentuhan lembut di pipi Rei mengusik tidurnya, tapi tak mampu membuat Rei terbangun. Dia kembali mendengkur halus.

Sentuhan itu kembali terasa di pipi Rei. Awalnya lembut lalu menjadi kasar dan berubah menjadi sebuah cakaran. Hal itu langsung membuat Rei terjaga dari tidurnya.

Rei meringis mengusap pipinya yang terasa perih. Saat matanya yang sayu melihat telapak tangannya yang terdapat sedikit darah, Rei berdecak kesal. Ia berlari menuju cermin dan melihat ada cakaran yang lumayan panjang di pipinya.

"Ouw J, apa yang kau lakukan?" Teriak Rei frustasi.

Rei menatap kesal pada biang keladi yang sudah membuat goresan di pipinya. Sedangkan yang dituju hanya diam di atas ranjang tanpa menunjukkan sedikitpun rasa takut akan kekesalan Rei.

Rei sudah berada di atas ranjang bersama si biang keladi.

"Seharusnya pertemuan pertama setelah satu bulan terpisah, aku menampilkan wajah terbaikku bukan wajah dengan cakaran di pipi seperti ini."

Rei menatap garang si biang keladi yang masih tak meresponnya. Diraihnya tubuh si biang keladi ke dalam pangkuannya.

"Kau sukses menghancurkan kesan pertamaku di depan Keira." Ucap Rei masih kesal.

"Sebagai hukuman untukmu J, pertemuannya aku tunda."

"Meeaww..."

J melepaskan diri dari pangkuan Rei dan mengeong keras. Rei sempat kaget dengan respon J yang mendadak.

Sedetik kemudian dia mengerti maksud dari ulah J.

"Baiklah J, aku tidak akan menunda pertemuannya."

Rei mengusap kepala J pelan. "Sepertinya kau sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya."

"Meeaww."

"Sekarang aku mengerti kenapa kau mencakarku. Kau hanya berusaha membangunkanku, jadi tanda cakaran di pipiku ini memang resiko yang harus kuterima."

Rei mengangkat J dan menggoyangkan badannya di udara saking gemasnya. "Karena kau tidak sabaran."

"Meeaww..."

"Oke J, saatnya bertemu dengan ibumu."

J diam tidak merespon ajakan Rei.

"Kau kenapa J?"

J tetap diam. Dari perubahan ekspresi J yang mendadak, Rei tahu ada yang tak beres dengan kesayangannya itu.

Rasa takut mendapat penolakan dari majikannya nanti. Hal yang wajar, karena saat kehadirannya dulu majikannya langsung menjerit histeris.

"Kau tak perlu takut J, dia pasti menerimamu. Kau harus percaya padaku."

Rei mengusap-usap puncak kepala J, berusaha meyakinkannya.

"Meeaww..."

J kembali mengeong dengan semangat.

"Good Boy."

   ***

Keira menatap ponselnya kesal. Sudah siang begini Rei belum juga menghubunginya. Padahal kemarin dia membatalkan janjinya untuk menjemput Kei di bandara.

Mengingat kejadian kemarin bagaimana dia menunggu Rei di bandara, selalu membuatnya kesal.

"Padahal hubungan kami baru seumur jagung, tapi dia sudah berani ingkar janji." Gerutu Kei kesal pada kekasihnya itu yang tidak jelas keberadaannya.

You're My PetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang