Chapter 12

1K 48 1
                                    

Hari ini aku punya kabar baik dan juga kabar buruk. Karena aku benci kabar buruk, jadi akan kuberi tahu kalian kabar baiknya dulu. Ini tentang Qyu, dia masih disana bersama pria itu. Itu artinya pria itu belum menjualnya. Dan aku masih punya kesempatan untuk merebutnya kembali, tapi bukan dengan cara pangintaian yang berakhir menjijikkan itu. Karena gara-gara pengintaian itulah si pria brengsek itu menciumku dengan paksa. Itulah kabar buruknya.

Ingin rasanya aku mencabik-cabik bibirku ini. Mencucinya selama mungkin, agar bibir si pria itu tak berbekas di bibirku. Kalau perlu aku ingin mengganti bibirku dengan yang baru. Seandainya itu bisa kulakukan, mungkin sudah kulakukan.

Kulirik jam di dinding, jarum pendeknya berada di antar angka 11 dan 12 , sedangkan jarum panjangnya berada di antara angka 5 dan 6.

Ku alihkan pandanganku ke arah jendela, memperlihatkan sinar cerah sang surya yang terhalang oleh tirai. Ini sudah siang, sudah sangat siang. Itu artinya aku tidak masuk kerja hari ini, bolos.

Ini semua gara-gara semalam aku baru bisa tidur saat matahari mulai terbit, itu artinya aku baru tidur setelah pagi hari. Meski kurang tidur selama beberapa hari ke belakang, tadi malam aku tetap tak bisa tidur karena terlalu memikirkan nasib bibirku ini. Oke, aku memang lebay. Itu memang bukan ciuman pertamaku. Tapi aku tak rela dicium secara paksa, apalagi oleh pria itu. Ini sama saja menjatuhkan harga diriku.
Tidak, tidak akan kubiarkan dia merasa menang.

Aku melangkah menuju kamar mandi, namun langkahku terhenti saat melihat tempat makan berisi makanan Qyu yang tersisa. Aku merasa ada sesuatu yang hilang dalam hatiku, hatiku kosong. Aku merindukannya.
Sudah hampir satu minggu aku tak melihatnya, memeluknya, tidur bersamanya.
Pertahanku runtuh tangispun tak terelakkan.

"Hiksss hikss Qyu, aku merindukanmu Qyuuu"

Aku harus bertemu dengannya, bagaimanapun caranya. Walaupun hanya melihatnya dari kejauhan, aku rela.

* * *

Karena terlalu merindukan Qyu, aku memutuskan untuk pergi ke pet shop. Tadinya aku kira, aku bisa membeli kucing lain untuk menggantikan Qyu. Tapi setelah sampai disana aku justru merasa begitu jahat karena telah menghianati Qyu. Jadi selama di pet shop aku hanya melihat-lihat tanpa berniat untuk membeli seekorpun.
Karena aku sadar yang kubutuhkan bukan hanya sekedar kucing atau binatang peliharaan. Yang kubutuhkan hanyalah Qyu. Karena Qyu bukan hanya seekor kucing peliharaanku, tapi Qyu adalah hidupku.

Aku berjalan keluar dari petshop tanpa semangat. Aku terus berjalan di pinggir jalan tanpa tujuan. Hingga pandanganku menangkap sesuatu yang sangat familiar.
Sebuah mobil sport warna hitam, terparkir di depan sebuah gang. Itu mobil Rei dan lihat pria itu keluar dari mobil dan masuk ke gang.

"Mau apa dia kesana?" Tanyaku pada diriku sendiri, lebih terdengar seprti sebuah gumaman.

Aku merasa penasaran dan Ingin mengikutinya tapi aku takut jika nanti akan berakhir seperti tadi malam. Iiihh mengingatnya saja sudah membuatku jijik.

Tapi entah kenapa tubuhku selalu saja menentangku jika sudah menyangkut pria itu. Kalian tau aku sedang apa sekarang?
Aku sedang mengendap-endap mengikuti pria itu, memasuki gang.

Dia terus berjalan menyusuri gang, hingga di sebuah rumah kecil langkahnya terhenti membuatku refleks mencari tempat sembunyi. Ternyata beberapa hari melakukan pengintaian membuat kemampuanku dalam hal menguntit jadi bertambah.

Kembali ke pengintaian.

Dia masuk ke rumah tersebut, mengetuk pintu beberapa kali hingga pintu terbuka dan seorang wanita paruh baya keluar dari pintu dan langsung memeluk Rei. Wanita itu menitikkan air mata, tapi raut wajahnya memancarkan kebahagiaan.

You're My PetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang