Sesuai kesepakatan, aku datang ke apartemen Rei setiap hari.
Anehnya, setiap aku datang pagi-pagi Rei selalu sudah siap dengan setelan kantornya. Dia selalu memaksaku untuk ikut sarapan bersamanya, dan aku tak pernah bisa menolaknya.
Semua perubahannya yang drastis sempat membuatku was-was, namun aku bisa tetap tenang karena dia tak pernah menghalangiku berangkat ke kantor dengan alasan kuliah tentunya.
Ada satu lagi perbedaan, bukan hanya sarapan yang harus kusediakan untuk Rei, tapi juga makan malam. Dan aku tidak boleh pulang sebelum dia pulang. Saat dia sudah pulangpun, aku tidak diperbolehkannya pulang sebelum menemaninya makan.
Ahh apartemen ini sudah seperti rumahku saja, karena dari 24 jam waktuku dalam sehari, aku lebih banyak menghabiskan setiap detiknya di apartemen ini dari pada di rumahku sendiri.Instesitas pertemuanku dengan Rei pun jadi semakin bertambah. Terkadang kami mengobrol setelah makan, ternyata dia asyik juga diajak ngobrol.
Aku memang tak pernah mengatakan aku menbencinya, aku hanya tak menyukai sikapnya yang selalu menuntut itu.
Saat libur di kantor, aku dan Rei selalu mengajak Qyu ke taman tempat favoritnya.
Karena disinilah aku mendapatkan Qyu kembali, walau terkadang aku menyesal telah merenggut paksa Qyu darinya. Tapi aku tak bisa menyerahkan Qyu padanya, karena aku sudah terlanjur menyayanginya.
Itu kata Rei setiap membawa Qyu ke taman ini.Harus kuakui hubunganku dengan Rei menjadi lebih baik, dia tak seburuk yang kukira.
Rei selalu bersikap baik padaku, itu karena dia tak tahu siapa aku sebenarnya.Dan suatu keberuntungan karena Rei tak pernah lagi menemuiku di kantor. Dari cerita yang kudengar darinya sendiri, dia sedang sibuk mengerjakan proyek yang harus diselesaikannya. Mungkin itulah sebabnya dia tak pernah menggangguku lagi di kantor. Walaupun sebenarnya dia merindukanku -sebagai Keira-
Aku bukan geer, tapi itulah yang dikatakannya padaku -sebagai pembantunya-Kuhempaskan tubuhku ke atas sofa dengan kantong belanjaan di bawah kakiku.
Tadi pagi Rei menyuruhku belanja keperluan dapur yang sudah menipis.
Jadi tadi sepulang nya dari kantor aku langsung mengajak Qyu berbelanja di supermarket terdekat.
Tungu dulu... Qyu
Dimana Qyu?
"Qyu dimana kau?"
Aku berteriak mencari di setiap ruangan. Tapi hasilnya tetap nihil, Qyu tak ada.
Tadi aku membawa Qyu ke supermarket, karena belanjaanku terlalu banyak jadi aku biarkan Qyu mengikutiku dari belakang.
Apa Itu artinya Qyu tidak mengikutiku sampai ke apartemen?
Rasa takut mulai menghampiriku.
Aku harus menyusulnya ke supermarket. Namun sebelumnya aku menelpon Rei terlebih dahulu.
* * *
Reinand POV
Mungkin kalian pikir aku sudah gila. Tersenyum tanpa henti seperti ini.
Aku disini, di depan meja kerjaku. Tapi pikiranku melayang-layang sesukanya, membayangkan semua kegiatan-kegiatan yang telah kulalui bersama Kei walau masih dalam tahap pura-pura sebagai pembantuku, itu tak masalah asal orangnya adalah Kei.
Hari-hariku kini diisi olehnya, setiap pagi datang membuatkanku sarapan dan memaksanya menemaniku makan. Lalu membuatkanku makan malam dan kembali memaksanya menemaniku makan sebelum dia pulang. Akhirnya aku bisa tidur dengan nyenyak setelah puas menatap wajahnya, walau sebenarnya aku tak pernah merasa puas dan selalu menginginkannya lebih. Tidur bersama misalnya.
Oke aku tahu ini berlebihan, itulah yang selalu ada dipikiranku saat ini. Bukankah dari awal sudah kubilang, aku menginginkannya atau lebih tepatnya menginginkan tubuhnya.