Chapter 30

1K 46 7
                                    

Hari pertama kembali ke kantor, aku diperlakukan seperti orang yang istimewa. Semua rekan satu divisi menodongku dengan berbagai pertanyaan tentang apa saja yang kulakukan semasa cutiku. Dulu, mungkin aku akan merasa risih dengan pertanyaan-pertanyaan mereka. Tapi sekarang, aku menikmati setiap pertanyaan yang terlontar dari rekan-rekanku. Aku bahagia melihat mereka begitu antusias mendengarkan ceritaku yang tak semuanya kuceritakan.

Aku tak lagi menghindar dari rekan-rekan kerjaku dan mulai menikmati setiap hari-hariku di kantor. Ternyata memiliki teman itu jauh lebih menyenangkan dari pada harus hidup sendiri.

Tapi ada satu yang kurang. Sudah satu minggu aku kembali ke kantor, namun tak pernah sekalipun aku melihat Rei. Dia juga tak pernah menghubungi atau menemuiku sejak malam itu. Sebenarnya itu hal yang wajar jika mengingat aku bukanlah siapa-siapa Rei. Tapi, tak datang ke kantor. Itu adalah hal yang ganjil. Awalnya aku bisa menepisnya dengan berpikir mungkin saja Rei terlalu sibuk atau mungkin aku memang belum sempat melihatnya karena memang dari awal bukan hal yang mudah bagi karyawan menemui CEO perusahaan ini.

Semua asumsiku langsung terpatahkan saat kudengar beberapa orang di kantin tengah membicarakan sosok wanita yang menggantikan posisi Rei.

Setelah mencari informasi lebih jauh lagi, barulah aku tahu wanita yang mereka bicarakan adalah Tante Viviane. Sedangkan Rei, dia tak pernah lagi datang ke kantor beberapa hari sebelum aku kembali ke kantor. Beberapa orang berasumsi Rei kembali ke negeri orang tuanya. Ada pula yang berasumsi Rei ada di negeri ini hanya saja dia lebih memilih berpoya-poya dari pada harus mengurus perusahaan.

Sedangkan aku?
Aku tak berani berasumsi. Aku terlalu kecewa dengan cara Rei yang menghilang begitu saja.

Sudahlah, memangnya siapa aku?
Aku hanyalah segelintir orang yang ada dalam hidupnya yang bisa dia lupakan hanya dengan menjentikkan jari.

   ***

Ini pertama kalinya aku hadir diacara kantor. Pak Alex mengadakan makan-makan di sebuah cafe. Dulu, mungkin aku akan menghindar dengan seribu alasan. Tap kali ini, aku langsung mengiyakan ajakannya.

Jam 9 malam acara baru selesai. Gio menawarkan untuk mengantarku tapi aku menolaknya dengan halus. Aku tak ingin mengganggu aksi pendekatannya dengan Vanya.

Disinilah aku sekarang. Berdiri di pinggir jalan berharap ada taksi lewat. Sudah beberapa kali aku melambaikan tangan pada taksi yang kebetulan lewat tapi tak ada satupun yang kosong. Aku memutuskan untuk berjalan menuju halte bis saat sebuah mobil hitam berhenti tepat di depanku.

Seorang pria dengan kemeja rapih turun dari mobil. Berjalan ke arahku lalu tersenyum simpul. "Senang bertemu denganmu lagi Kei. Bagaimana kabarmu?"

"Baik. Bagaimana denganmu Dav?" Tanyaku pada pria yang kini berdiri di sebelahku.

"Aku selalu baik."

"Baguslah."

Setelah berbasa-basi, pria yang baru kukenal beberapa minggu ini mengajakku ke cafe. Awalnya aku menolak tapi dia tetap memaksa, mengingatkanku pada seseorang yang selalu memaksaku dan tak pernah menerima penolakan. Siapa lagi kalau bukan sahabat pria ini yang sekarang tak kuketahui keberadaannya.

Kini aku dan Davi berada di cafe yang lumayan jauh dari tempatku menunggu taksi tadi, namun cukup dekat dengan apartemen seseorang dimana aku pernah bekerja membersihkan apartemen tersebut selama beberapa bulan. Apartemen milik . . . Ah lupakan.

"Kenapa kau tak pesan makanan?" Tanya Davi melihat ke arah secangkir kopi di depanku.

"Sudah kubilang Dav, aku baru pulang dari acara kantor. Aku tak kekurangan makanan disana, jadi aku sudah kenyang sekarang." Jawabku sedikit kesal.

You're My PetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang