Mencari Qyu sendiri tanpa melibatkan Rei mungkin itu lebih baik.
Hari ini setelah pulang kantor aku langsung mencari Qyu di area supermarket tempatku berbelanja waktu itu.
Pulang kantor kemarin aku tak sempat mencarinya karena terlalu lelah. Aku juga tidak kembali ke rumah Rei, karena kupikir dia sudah mendapatkan perawatan dari dokter yang mungkin temannya itu.
"Huffft" Kuhela napas berat. Sudah malam begini namun Qyu belum juga ketemu. Mungkin pencarianku hari ini harus berakhir tanpa hasil.
* * *
Sudah hampir seminggu aku mencari Qyu, tapi hasilnya tetap nihil. Sepertinya Rei juga tak melakukan pencarian seperti yang dijanjikannya. Karena iklan yang dipasangnya di internet sudah tidak ada, dan selembaran yang ditempelnya di sepanjang jalan area supermarket dan apartemennya juga sudah tidak ada. Mungkin janjinya waktu itu hanya karena kasihan melihatku tak berdaya.
Lagi-lagi aku harus menerima perlakuan baik orang lain hanya karena kasihan.Aku tersenyum getir melanjutkan langkahku menuju sebuah cafe.
Ini sudah malam tapi aku belum makan seharian. Aku terlalu mengkhawatirkan Qyu sampai cacing-cacing dalam perutku tak kuperhatikan.
Sehabis makan aku berniat melanjutkan pencarian, karena kupikir toh besok libur kerja.
Makanan sudah ada di depanku, tapi pandanganku malah terfokus ke sudut ruangan cafe. Seorang pria duduk berhadapan dengan seorang wanita, pria itu Rei. Sedangkan si wanita aku tak begitu mengenalnya karena posisi duduknya yang membelakangiku. Dari jarakku yang lumayan jauh, sepertinya mereka sedang terlibat obrolan serius. Karena sesekali Rei tampak manggut-manggut dengan senyum yang tak pernah pudar dari wajahnya.
Lalu, siapa wanita itu?
Mungkin kekasih barunya.Syukurlah dia sudah mendapatkan objek baru untuk mainannya. Pantas saja dia tak pernah menemuiku lagi.
Senyum getir kembali terpasang di wajahku yang kini mengalihkan fokus ke makanan yang ada di depanku.
Baru saja satu suapan meluncur mulus ke mulutku, aku sudah disuguhkan pemandangan yang membuat mataku nyaris keluar.
Wanita yang tadi duduk di hadapan Rei, kini tengah berjalan menuju toilet.
Bukan karena kecantikannya aku jadi begini, melainkan karena wanita itu adalah orang yang paling kuhindari.
Dia disini, bersama Rei.
Sendok yang tadi kupegang kini terlempar kembali ke asalnya. Kusimpan selembar uang seratus ribu dekat piring, dan keluar cafe dengan langkah cepat. Berharap tidak ada satupun dari mereka yang melihatku.
Kenapa dia bersama Rei?
Apa hubungannya dengan Rei?Pertanyaan-pertanyaan itu terus saja mengganggu pikiranku.
Mungkin karena dia kekasih Rei, dan saat dia datang ke apartemen Rei bukan untuk mencariku tapi untuk menemui Rei.
Hanya kemungkinan itu yang bisa menghentikan pertanyaan yang terus saja mengganggu pikiranku.
Tapi kenapa justru kemungkinan itu membuat hatiku merasakan sakit.
Apa karena dia adalah kekasih Rei? Atau mungkin karena ternyata dia datang bukan untuk mencariku?Kemungkinan dibalas kemungkinan.
Aaahhh kenapa pula aku harus memikirkan hal tak penting seperti itu.
Tujuan utamaku saat ini hanya Qyu, Qyu dan Qyu.
Tanpa kusadari langkah kakiku malah menuntunku ke gedung apartemen tempat Rei tinggal.