Reinand POV
Bukankah pria yang menepati janjinya adalah seorang gentleman?
Apakah aku termasuk pria gentle karena menepati janjiku pada Keira?
Jika kalian menjawab iya, maka aku memilih tidak.
Aku bukanlah seorang gentleman karena telah menepati janjinya, melainkan seorang pria pengecut yang lari dari kenyataan yang terus kuingkari keberadaannya.
Seperti itulah yang dikatakan Will padaku saat kutemui di London waktu itu.
"Jika kau tidak bisa menjaganya, maka aku akan kembali memasuki kehidupannya dan merebut hatinya yang telah kau porak porandakan."
Will salah, hatikulah yang saat ini tengah porak poranda karenanya.
Sudah jelas dari awal aku hanya menginginkan tubuhnya, jadi hasratku bisa menghilang dengan mudahnya jika jauh darinya. Tapi apa yang terjadi?
Aku setengah mati menahan perasaan yang terus menyiksaku karena terlalu merindukannya. Bukan tubuhnya tetapi kehadirannya.Aku pasti sudah gila!!
Setahun waktuku jauh dari Keira hanya kuhabiskan dengan memikirkannya.
Jangan!!!
Jangan katakan aku mencintai wanita itu. Jangan bersikap seperti Will yang menilaiku sebagai pria pengecut. Jangan bersikap seperti Davi yang selalu berpikir aku sudah cukup dewasa untuk memahami perasaanku ini.Aku tak tahu apa yang terjadi padaku saat ini.
Sekembalinya dari London aku memutuskan untuk berusaha melupakan Keira, menghapus kehadirannya dalam hidupku dan bersikap seolah tak melihatnya meskipun dia ada di depan mataku.
Kembali pada diriku yang dulu adalah solusi terbaik untukku saat ini. Menjalani kencan dengan banyak wanita, bahkan tak segan membawa salah satu dari mereka ke kantor. Aku telah kembali pada image-ku yang dulu.
Tapi itu hanya tampak dari luar. Karena di dalam hatiku, aku tak lagi merasakan kesenangan yang dulu selalu kurasakan saat bersama teman kencanku. Karena pikiranku selalu dipenuhi satu nama Keira Amanda. Wanita yang diawal pertemuan kami menginterupsi kegiatanku bersama salah satu teman kencanku, kini telah menginterupsi kehidupanku. Menggenggam hatiku dengan begitu eratnya hingga terasa begitu sakit karena aku tak bisa menggenggam hatinya seperti yang telah ia lakukan.
Semakin aku berusaha menghindarinya semakin aku merindukannya. Sepertinya usahaku melupakannya akan sia-sia.
Bagaimana tidak?
Aku selalu menyuruhnya datang ke ruanganku dengan alasan pekerjaan yang tak begitu penting, hanya agar aku bisa melihatnya. Aku selalu tengah bermesraan dengan teman kencanku saat dia datang, itu semua aku lakukan karena aku berharap dia akan cemburu melihatku bersama wanita lain.
Sungguh harapan yang konyol.
Karena aku tahu semua itu tak berpengaruh sedikitpun padanya, dia hanya akan melihat kami sekilas lalu keluar ruangan tanpa menoleh sekalipun. Dan itupun terjadi saat aku sendirian berkutat dengan pekerjaan, dia hanya akan menyimpan barang keperluanku dan langsung keluar bahkan tanpa pamit.
Argh, ini membuatku frustasi.
Pekerjaan.
Hanya itulah yang bisa kujadikan pelarian untuk sedikit bisa mengalihkan pikiranku dari Keira. Bahkan aku tak menolak saat Angela memintaku mengurus pernikahannya, setidaknya itu bisa meminimalisir waktu kosongku yang pasti akan langsung terisi oleh pikiran tentang wanita itu.