Author POV
Flashback
Sejak kedua orang tuanya bercerai, Keira yang saat itu masih duduk di bangku SMA terpaksa menetap bersama ayahnya di Surabaya. Sedangkan ibunya kembali ke negeri kelahirannya.
Setelah Keira menyelesaikan sekolahnya, dia memutuskan untuk menyusul ibunya bersama sahabat kecilnya yang memang berniat akan melanjutkan kuliah di Australia.
Sudah 8 tahun lebih Keira tinggal bersama ibunya.
Namun Keira tak tahu keputusannya menetap di negeri kelahiran ibunya itu salah atau benar.
Di satu sisi Keira yakin disinilah ia akan menemukan kebahagiaannya, karena disini dia memiliki William. Orang yang selalu membuatnya bahagia.
Tapi di sisi lain, dia tidak kuat jika harus tetap berada di sini. Menyaksikan bagaimana ibunya mendapat perlakuan tak wajar dari ayah tirinya yang selalu mabuk-mabukan dan berselingkuh di depan istrinya sendiri. Yah ibunya sudah menikah lagi dengan seorang kriminal.
Keira tidak habis pikir kenapa ibunya sampai jatuh hati pada pria bejat seperti ayah tirinya.Sebenarnya dia sudah tidak kuat melihat penderitaan ibunya, tapi dia sadar ibunya terlalu mencintai pria itu. Dan Keira hanya akan menangis di pelukan Via sahabatnya ataupun Will kekasihnya. Mereka berdualah sumber kekuatannya.
Hari itu Keira baru pulang dari kantornya, awalnya dia berniat menemui Wilk di apartemennya. Namun dia membatalkan niatnya karena harus lembur hingga larut malam. Will sudah tau itu, dia tak mempermasalahkannya. Will memang pria pengertian, Keira merasa beruntung karena memilikinya.
Keira melangkah menuju pintu, ketika terdengar suara barang pecah.
"Huffhh" Keira mendesah berat
Lagi-lagi pertengkaran, Keira tahu itu adalah pertengkaran ibunya dan ayah tirinya. Mereka selalu saja bertengkar hingga berakhir dengan penyiksaan pada ibunya. Seandainya bukan karena ibunya, Keira sudah tak Ingin tinggal di rumah ini. Rumah yang sudah seperti neraka baginya.
Keira merasa enggan memasuki rumah itu. Mungkin lebih baik jika malam ini dia menginap saja di apartemen Will dari pada harus menyaksikan ibunya disiksa ayah tirinya. Tapi dia tak mau mengganggu istirahat Will, ini sudah terlalu malam.
"Awww" terdengar suara jeritan dari dalam rumah membuat Keira mempercepat langkahnya, itu pasti suara ibunya.
"Kalau kau masih ingin bersamaku jangan pernah menggangguku" teriak Peter pada istrinya yang tersudut di bawah lemari, memegangi wajahnya yang sudah membengkak.
"Aku hanya menanyakan kemana kau akan pergi" jawab istrinya dengan suara yang sudah tak menentu karena bercampur dengan tangis.
"Sudah kubilang itu bukan urusanmu" teriak Peter membuat seluruh isi rumah terasa bergetar.
Keira hanya bisa menyaksikan itu semua tanpa bisa berbuat apa-apa. Karena jika dia ikut campur, justru dialah yang akan menjadi sasaran berikutnya.
"Dasar pembawa sial" bentak Peter mengambil stick golf yang di dekatnya dan tanpa perasaan langsung memukulkannya ke tubuh istrinya
"Aaaawww"
"Stop" Keira berlari menerjang Peter semampunya membuat Peter sempoyongan, dia pasti mabuk.
Keira merentangkan kedua tangannya di depan tubuh ibunya yang tak berdaya, menjadikan tubuhnya sendiri sebagai perisai."Dasar laki-laki bajingan, kenapa kau terus-terusan menyiksa ibuku?" Teriak Keira tanpa rasa takut. Ini adalah pertama kalinya dia melawan ayah tirinya. Selama ini dia selalu menahan diri karena ibunya yang melarang, tapi tidak untuk kali ini biarlah dia menjadi anak durhaka yang menentang perintah ibunya.