Berpisah dengan Qyu membuat semua luka yang sudah kukubur dalam-dalam kembali mencuat ke permukaan. Hujan badai itu kembali datang. Tidak, aku tidak ingin mengalaminya lagi. Kehidupan itu sudah lama kutinggalkan, mereka tidak akan mengganggu hidupku yang sekarang. Mereka sudah lama pergi, mereka tak akan pernah kembali.
Rasa takut dan rasa sakit itu kembali menghantuiku membuat tubuhku bergetar hebat mengeluarkan keringat dingin.
Aku butuh pil itu.Aku mengambil sebuah topples kecil yang ada di atas nakas dengan tangan bergetar membuka tutupnya dan mengeluarkan isinya sebanyak yang kubutuhkan dan menelannya tanpa bantuan setetes airpun.
Perlahan tubuhku mulai tenang, tubuhku kembali menghangat sebelum akhirnya aku merasakan lelah yang luar biasa hingga aku tertidur.
* * *
Karena terlalu terpuruk gara-gara kehilangan Qyu, membuatku melupakan pekerjaan yang sudah tiga hari kutinggalkan.
Hari ini aku memutuskan untuk kembali masuk kerja. Aku akan berusaha merebut Qyu kembali ke tanganku.
Rei memang berhasil merenggut Qyu dariku, tapi takkan kubiarkan dia memilikinya. Qyu hanya milikku.Aku kembali bekerja seperti biasanya, tanpa menunjukkan rasa kehilanganku. Aku tak ingin siapapun mengetahuinya. Memangnya apa yang akan mereka lakukan jika mengetahuinya?
Mungkin mereka hanya akan mencemoohku atau berpura-pura memberiku semangat tanpa melakukan apapun.Aku benci setiap melihat orang menatapku kasihan. Aku tak perlu dikasihani jika itu hanya kedok. Seperti tatapan pria dan selingkuhannya itu padaku, setiap aku berbagi masalahku dengan mereka, menatapku kasihan dan terus menyemangatiku padahal Itu hanya kedok. Mereka menusukku dari belakang. Ahh sudahlah lupakan.
"Mau membuat kesepakatan nona?" Tanya sebuah suara menyadarkanku bahwa aku sedang berada di bawah gedung menatap ke atas, tepat ke sebuah kaca besar dimana aku pernah berada di sana. Itu ruangan CEO.
"Ingin memasuki ruanganku lagi nona?" Tanya suara itu lagi.
Siapa lagi kalau bukan pria itu. Dalam hidupku hanya dia yang selalu memanggilku nona.
"Apa ruanganmu seistimewa itu?" Tanyaku pada Rei yang berdiri di sampingku
"Kurasa begitu" jawabnya bangga
"Jadi kesepakatan apa yang ingin kau buat?" Tanyaku tanpa basa-basi, dia pasti tau apa yang kumaksud. Dia sendiri yang bilang aku bisa menukar Qyu dengan sesuatu yang lebih berharga, hanya saja aku tak tahu apa itu.
"Kau menginginkan kucingmu sama seperti aku menginginkanmu" ucapnya yakin
Plakkk
Tanganku sudah melayang ke pipinya."Kau sudah menamparku dua kali" ucap Rei mengelus-elus pipinya
"Apa kau mau yang ketiga kali?" Tanyaku dengan senyum mengejek
"Wow, kemana perginya gadis yang bersimpuh sambil menangis di bawah kakiku?" Tanyanya sinis
Dia sedang mengujiku, aku tidak akan terpengaruh. Aku akan mendapatkan Qyu tanpa harus menjatuhkan harga diriku di depannya, itu hanya akan membuatnya merasa menang.
Aku tahu dia tidak benar-benar menginginkan Qyu, dia hanya ingin menjadikan Qyu sebagai alat untuk mendapatkanku. Ide yang sangat jenius boy, tapi kau tak tahu lawanmu jauh lebih jenius."Mungkin kau sedang berhadapan dengan gadis yang berbeda" jawabku sedatar mungkin
"Kau sudah tak menginginkan kucingmu?" Tanya Rei
"Aku tidak bilang begitu" jawabku
"Mungkin sebaiknya kujual saja kucing itu, harganya pasti jauh lebih mahal dibandingkan dengan saat aku membelinya dulu" ujar Rei terlihat berpikir