Reyvan, Are You Oke?

948 152 15
                                    

Sania sedang menangis di depan ICU sendirian, perasaan dan fikiriannya campur aduk, ia tidak harus apa sekarang di dalam sana sang kekasih sedang terbaring tak sadar kan diri dan ponsel nya pun hilang sehingga tidak bisa memberi kabar keluarga yang berada di Jakarta mengenai kondisi mereka saat ini.

"Reyvan" lirih Sania di dalam tangis nya, dada nya terasa sangat sesak memikirkan kondisi sang kekasih yang sedang kritis

"Sania..." Sania pun menoleh kan kepalanya saat mendengar suara banyak orang yang memanggil nama nya

"Gimana keadaan Reyvan?" tanya mamah nya Reyvan yang sangat panik

"Rey masih di dalem mah, dia masih ditanganin sama dokter" jawab Sania seraya memeluk mamah nya Reyvan, tangis kedua nya pun pecah dan semakin erat berpelukan

"Kak san" panggil Alina

"iya?" sahut Sania yang kemudian melepas pelukan itu

"tapi kakak gapapa kan? Kakak baik-baik aja kan?" tanya Alina yang mengkhawatirkan keadaan Sania

"iya nak, gimana kondisi kamu?" tanya mamah nya Reyvan yang ikut khawatir

"Sania gapapa kok, cuma lecet dan memar aja sedikit" jawab Sania

"Syukurlha kalau kamu ga kenapa-napa" sahut papah nya Reyvan

"kok bisa kayak gini si San? Coba ceritain ke mamah gimana kronologi nya" ujar Mamah Sania

"jadi pas pesawat udah mau sampai di Bali tiba-tiba aja turbulensi Mah karena cuaca saat itu bener-bener buruk" Sania menjelaskan kronologi itu kepada semua orang yang ada disana

"itu lha akibat nya ngejalin hubungan yang ga dapet restu dari orang tua, udah mamah bilang kamu lebih pantes berdampingan dengan Ansel" ucap mamah nya sania

"Mah, Reyvan ada di dalem sana itu karena dia ngelindungin aku! Dia rela ngorbanin nyawa nya asal aku selamat dan sekarang buktinya apa? Aku berdiri disini di depan mamah, Papah dan kak Glen itu berkat siapa? Berkat Reyvan yang udah ngejaga aku Mah" sahut Sania yang tak terima dengan perkataan mamah nya

"tuh mamah sama papah denger sendiri kan kalau Reyvan itu ga seburuk yang mamah dan papah kira" timpal Glen

Para tim medis didalam sana masih berusaha menyelamatkan nyawa Reyvan yang kini berangsur sadar, sepanjang waktu Reyvan tidak henti nya memanggil nama Sania hal itu membuat tim medis tersentuh dengan ikatan cinta mereka berdua

"Sania... Sania" lirih Reyvan yang sudah sedikit sadar

"Sania, kamu pulang sekarang" ajak Papah ku dengan memaksa

"ga mau pah, aku mau disini sampai Reyvan sadar" tolak Sania

"Pulang San" pinta Papah lagi

"ga mau pah, san ga mau" tolak Sania

Seorang dokter pun keluar dari ruang ICU

"Dokter, gimana keadaan Reyvan dok?" tanya Sania dengan khawatir iya pun melepas kan genggaman tangan Papah nya dan segera berlari kehadapan Dokter

"Dokter anak saya gimana keadaan nya dok?" tanya mamah nya Reyvan

"Semua nya tenang, keadaan Reyvan saat ini sudah sangat membaik dia sudah sadar walau belum 100% dan masih harus dalam perawatan dan pengawasan kami" Ucap dokter yang membuat kami semua merasa lega

"udah bisa di jenguk dok?" tanya Glen

"boleh, silahkan" setelah di persilahkan oleh Dokter kami semua pun masuk ke dalam ruangan

Sania berjalan dengan sangat lemas menghampiri sang kekasih yang terbaring lemah. Sosok Reyvan yang biasanya ceria, gagah dan selalu menjadi pelindung Sania kini sedang terbaring tak berdaya jangan kan untuk menghibur Sania dan melindungi seperti biasanya bahkan untuk menggerakkan jari pun ia merasa kesusahan

"Reyvan, ini Sania" bisik Sania di telinga Reyvan

"bangun yuk Rey, nanti kita main hujan lagi" Sambung Sania

"Rey, maafin aku ya aku ga bisa jagain kamu, aku terlalu takut sampai aku ga merhatiin keselamatan kamu" Ucap Sania dengan penuh rasa bersalah

"Sania, udah sayang ini bukan salah kamu" ucap Mamah nya Reyvan dengan mengelus lembut kepala Sania agar Sania merasa lebih tenang

"Sania, ayoo kita pulang!" tarik Papah dengan paksa

"Pah, aku mau jagain Reyvan pah" Sania masih berusaha menolak Papah nya

"Ayok pulang, kendaraan untuk ke jakarta udah papah siapin" Sambung papah lagi

"Reyvan, Rey kamu bisa denger aku kan?" rintih Sania yang masih berusaha melepas tarikan itu

"Sania!" bentak mamah ku

"aku mau pamit dulu sama Reyvan!" ucap Sania seraya melepas tarikan itu yang dibantu oleh Glen

"Rey, kamu denger aku kan? Maafin aku ya, aku ga bisa nemenin kamu. Aku harap kamu cepet sadar dan sehat, aku tunggu kamu di Jakarta ya Rey" bisik Sania diiringi tangisan nya

"Cepet Sania!!" tarik papah ku lagi

"Reyvan!!!" teriak Sania seraya melepas genggaman tangan nya pada Reyvan diiringi air mata yang jatuh tepat di punggung tangan Reyvan

"Reyvan!!" rintih Sania seraya keluar dari ruangan

Reyvan ternyata mendengar semuanya tetapi ia hanya bisa meneteskan air mata karena kesadaran nya yang belum 100% sehingga ia tidak bisa merespon bahkan menahan Sania agar tidak pergi dari sisi nya

"Alina, Kakak pulang duluan ya jagain Reyvan" ucap kak Glen kepada Alina

"Mah, Pah maafin orang tua aku ya" ucap Glen kepada orang tua Reyvan

"Iya Glen, semoga kamu dan Sania saling menjaga ya" balas Papah nya Reyvan

"aku pulang duluan ya Pah, Mah. Assalamualaikum" pamit Glen dengan berat hati

"Waalaikumsalam" jawab mereka semua

-----

"hai san!" sapa seorang lelaki saat Sania baru saja tiba di depan pintu rumah

"hai ansel! Makasih ya udah jagain rumah tante" sahut mamah dengan ramah

Sania dan Glen tidak menghiraukan itu mereka berdua segera berjalan menuju kamar untuk beristirahat

"Sania!" ucap Ansel seraya mengejar Sania

"tunggu dulu" Sambung nya lagi setelah berhasil menggapai pergelangan tangan Sania

"jangan sedih terus dong, gapapa kalau liburan di Bali ga jadi kan besok bisa nonton bioskop sama aku atau kita..." ucap Ansel

"Apa?! Nonton bioskop lo bilang?" sahut Sania dengan nada tinggi

"pacar gue masih koma dan lo ajak gue nonton bioskop?! Kemana hati lo ansel!" Sambung Sania dengan nada gemetar menahan tangis nya, ia pun segera berlari menuju kamar nya yang berada dilantai atas

"San! San aku cuma mau ngehibur kamu" teriak Ansel yang berusaha menjelaskan

"Laki-laki gatau malu" lirih Glen

"Glen!!" bentak papah, Glen pun segera menyusul langkah adik nya

----

"San... San... Sania" lirih Reyvan yang sudah hampir sadar

Alina yang mendengar rintihan sang kakak pun tak kuasa menahan tangis nya, ia bisa merasakan jika sang kakak merindukan kekasih nya itu tapi kenyataan tidak mengizinkan mereka untuk bersama, bahkan setelah kakak nya menunjukkan ketulusan pun tidak berpengaruh terhadap restu yang mereka perjuangkan...

RESTU (SEGERA TERBIT!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang