Hati-hati typo!
Jam 4 sore tepat aku dan Dea sudah keluar kelas, disaat yang sama ponsel ku berbunyi. Kak Bara menelpon.
"Buset gercep amat, baru juga keluar udah ditelpon aja, "celetuk Dea geleng-geleng kepala.
Aku malah berdesis malas mengangkat panggilan itu.
" Etdah itu panggilan di angkat jamila, malah di diemin,"omel Dea.
Aku berdecak sebelum akhirnya mengangkat.
"Kamu udah keluar? ""Emm, sebenarnya kak aku masih ada bimbel tambahan sampai jam 6, jadi kayaknya batal deh Sky Rink nya, "ucapku penuh tipu membuat Dea disamping melotot tak percaya, aku hanya menaruh telunjuk di bibir memberinya kode untuk diam.
"Oh nggak papa, lanjutin aja bimbel nya, saya liatin aja dari bawah sini sampai kamu kelar dengan segala bohongmu, "
"Hah? Dibawah?"
Reflek aku melihat ke bawah karena kelasku di lantai 2 dan benar saja kak Bara sedang berdiri disana dengan ponsel ditelinganya, sebelah tangannya dimasukan ke dalam saku jeansnya, jangan lupa tatapan datarnya seakan ingin memuntahkan lahar panasnya ke mukaku.
Mendadak aku kesulitan menelan saliva.
"Turun, "ucap kak Bara dari telpon tatapannya masih memaku padaku.
" Duh liat kak Bara mendadak gue pengen pipis, bye Nic gue ke toilet ya, " Dea langsung berjalan cepat alias ngebirit ke toilet.
"Turun honey.." Aku bergidik dengan nada suara yang mengintimidasi.
"I-iya aku turun, "jawabku gemetar sembari berjalan turun dengan langkah tak pasti. Duh, kenapa kak Bara selalu membuatku mati kutu seperti ini, serius aku tak pernah kalah dengan siapa pun bahkan dengan kak Raga yang notebene nya cowok toxic. Tapi kak Bara berhasil membuatku mendadak anak kucing ketemu monster, kak Bara selalu berhasil mendominasi diriku.
Akhirnya aku tiba didepan kak Bara, aku meringis macam orang dongo karena kak Bara melihat ku dari atas sampai bawah seakan ingin menelajangiku.
"Kenapa liat aku kayak gitu? "tanyaku karena jujur aku tersinggung. Apa dia ingin menilai seberapa bohay tubuhku?
" Saya hanya masih tidak percaya anak SMA macam kamu pintar banget kibulin orang, "ujar kak Bara berdecak.
Dengan memutar bola mata aku menjawab, " Ya, dan anak SMA ini nggak mau pergi ke Sky Rink bareng kamu, "tolakku terdengar songong.
Kak Bara menggeleng-geleng kepala, lalu tanpa disangka dia meraih pinggangku, membawaku keluar dari sekolah.
" Semakin kamu menolak keberadaan saya semakin besar saya ingin memilikimu, jadi teruslah begitu sampai kamu tidak bisa lepas dari saya, "bisiknya sembari dengan lihai membawaku keluar sekolah, 'lihai' maksudku melewati keramaian anak-anak yang juga baru keluar kelas, leherku cukup pegal karena harus menunduk menghindari tatapan para makhluk penghuni sekolah yang jelas penasaran siapa gerangan yang melewati mereka dengan tempelan macam perangko, tolong bold, underline, italic kalimat 'memeluk pinggangku' diantara kerumunan putih abu-abu. Pemandangan seperti itu menjadi makanan lezat untuk kaum lambe turah. Ouh shit, pasti julukan baru terbit untukku "Nicole si cewek ganjen" karena selalu berurusan dengan cowok yang berbeda.
Setelah sampai keluar aku langsung berusaha melepas diri dari kak Bara.
"Gila ya kamu kak? Bisa-bisanya kamu peluk aku lewatin kerumunan anak itu, besok pasti aku jadi headline lambe turah sekolah."
"Berhubung kamu pake rok, saya udah tukar motor saya sama sepupu saya, jadi kita pakai mobil, "kata kak Bara dengan santai membuka mobil untukku.
Aku berusaha menghirup nafas dengan baik, berusaha tenang agar tidak tersulut emosi, Jelas-jelas dia tidak menjawab pertanyaanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ethereal
Teen Fiction"Oke terserah kamu mau mencintai siapapun tapi yang pasti dengar saya," dia menjeda menatapku sebentar "tiada siapapun yang bisa dapatin kamu kecuali saya," lanjutnya membuat kakiku melemas ingin jatuh pingsan. _____________ Bara seorang Programmer...