4

744 100 7
                                    

Nicole's pov

"kaki lo masih sakit nggak?" Tanya Dea meringis melihat lututku.

"Nggak, tadi udah di kompres."

"Btw kok lo bisa jatuh sih?"

Mendadak terdiam, otakku langsung flashback ke kejadian di Kantin ketika dirinya tersandung, namun otakku lebih tertarik dengan rekaan bagian cowok itu menggendongnya ke UKS.

"Woi Cole! Kok diem anjr? Kesurupan hantu UKS lo?"

"Hadeh, tadi itu kaki gue kesandung meja kantin," jelasku.

"Terus siapa yang bawa lo ke UKS? lo ngesot?"

"Nggak, gue terbang. Ya, Orang Kantin yang gendong gue lah," jawabku mulai jengah dengan kekepoan Dea.

"Cowok?"

"Ia."

"Ganteng?"

Aku menahan nafas, harus banget ya menjawab pertanyaan unfaedah Dea.

"B aje." Ya, Saking biasa aja otakku terus terbayangi wajah cowok itu, bahkan harum pewangi bajunya masih membekas di setiap sisi rongga hidungku. Nggak tau itu molto atau downy yang pasti harumnya bukan parfum.

"Masa sih, trus reaksi kak Raga pas tau lo digendong sama cowok lain gimana?"

Aku pun menarik nafas sebelum menatap nanar Dea, "Kok gue bisa ya tahan temenan sama lo yang cerewet ini."

Dea hanya cemberut sambil mencibir, namun akhirnya tetap diem.

Tatapanku menyapu seluruh parkiran, ternyata udah lumayan sepi. Memang udah jam pulang sekolah sih, but... Sosok pria yang sedang bersandar santai disalah satu mobil membuat Nicole salah fokus.

Aku cepat-cepat merogoh saku mencari ponselnya, ia harus segera menelpon Lucas untuk menjemput. Kenapa dia jadi parnoan?

".... Cepet ya, gue tunggu di Lobby." aku menutup percakapan dengan Lucas.

Dahiku berkerut mendapati tatapan aneh Dea.
"Kenapa?" Tanyaku.

"Tumben banget langsung pulang, biasanya juga masih ngegembel sambil baca novel, sakit lo?" Tanya Dea tangannya  hampir menggapai dahiku sebelumku sentil jauh.

"Paan sih, gue nggak papa. Hanya pengen pulang cepet aja," tepisku berusaha terlihat normal.

Dea hanya manyun, berusaha mewajarkan sikapku. oh my god maaf ya Dea.

"Btw, ini hanya perasaan gue atau gimana, kok gue rasa tuh cowok liat lo terus ya?" Aku merutuki Dea yang peka dengan keberadaan cowok itu, sedikit menyesal membawanya ke parkiran.

"Masa sih? Naksir kali sama gue, nggak pernah liat cecan sih." Percayalah, perasaanku sekarang tak sesantai ucapanku.

Dea membalas Nicole dengan tatapan cengo, "Ini alas sepatu gue lumayan berat lho, rela gue buat tabok pala lo."

Aku hanya tertawa menanggapi Dea. well, setidaknya dia nggak aneh sama cowok itu.

Suara klakson mobil berhasil menghentikan tawaku.
"Eh si lucnut udah dateng, gue balik dulu ya, De," pamitku sambil berlari kecil ke arah mobil Lucas.

Author's POV

Dea tersenyum tipis melihat mobil yang sudah hilang dari pandangannya. Namun senyumnya tak bertahan lama, karena sosok cowok yang tadi mereka bicarakan sudah berjalan ke arahnya.

"Alamak, tuh laki kenapa ke arah gue?!" Batin Dea sudah kelabakan  hendak ingin pergi.

"Eh kamu! Berhenti sebentar!" Namun suara dari belakangnya lebih cepat dari langkahnya.

EtherealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang