Nicole's POV
Sambil melipat tangan aku melemparkan tatapan intimidasi ke Dea yang sudah tertunduk lesu, aku sedang mengadilinya perkara bagaimana bisa kak Raga nyasar di rumah sakit kemarin dan sialnya ketemu sama kak Bara sampai ribut tidak jelas dan rahasia apa Dea sembunyikan sampai rela mengorbankan temannya ini;aku.
Aku mengangkat kaki menopangnya diatas kursi disamping Dea, menutup akses Dea untuk kabur, kali ini aku rela menahan lapar hanya untuk menginterogasi makhluk ini.
"Rahasia apa yang lo sembunyiin dari gue? Hah?" Tanyaku mendadak seperti kakel tukang buli.
Dea cemberut.
"Lo nggak boleh ketawa ya." Aku langsung menahan sudut bibir untuk tidak tertawa sudah terbayang se-memalukan apa rahasia Dea sampai takut diceritain."Gue nggak ketawa," ucapku menahan senyum geli.
"Kan! Belum cerita aja lo udah ketawa. "
Aku memutar bola malas, " buruan cerita, gue maafin lo kalo ceritain."
"Janji nggak ketawa ya,"ucap Dea.
"Iye iye jubedah."
Dea menarik nafas sebelum bercerita, "em jadi gini, minggu lalu pas lo masih di NTT gue kan mau ngisi bensin di Pertamina antrean lumayan rame trus di belakang gue ternyata ada kak Raga dan ini part paling anjim banget pas giliran gue ngisi ternyata uang gue kepisah lima ribu di saku celana luar, lima ribu lainnya di saku celana dalam, eh jangan salah paham ye maksud gue kayak celana pendek gitu. Gue lupa pindahin uangnya ke saku celana luar, jadi lo bayangin dengan sisa urat malu gue, gue rogoh itu uang di celana bagian dalam di tengah keramaian pertamina, terus kak Raga yang liat langsung ngakak. Sial padahal sebelum gue rogoh uang pengen banget kabur tapi keburu mang Pertamina-nya udah ngisi mau nggak mau ya kudu rogoh uang sampai pedalaman. Njr malunya to the bone apalagi sama kak Raga, jadi ya gitu dia pakai itu sebagai bahan ancaman buat kasih tau keberadaan lo semalam."
Tawaku langsung pecah, pantesan Dea ngotot tidak mau memberitahukan ku ternyata memang memalukan.
"Kan.... Lo ketawa! Jahat banget! Kalo sampai ni rahasia ke bongkar lo gue bantai sampai titik darah penghabisan." Ancamannya tak membuat tawaku berhenti malah tambah parah.
Dia mencebik jengkel, "berhenti ketawa sebelum gue masukin nih sepatu ke mulut lo."
Aku menutup mulut menahan ketawa, tapi bayangan kejadian Dea di Pertamina berhasil membuat tawaku kembali pecah.
"Si anying malah tambah parah, eh sekarang gue yang interogasi lo."
Aku langsung berhenti ketawa.
"Interogasi paan?"Dea tersenyum menggoda.
"Kemarin kak Bara ngomong apa sama lo sampai bikin lo mati kutu, kuy ceritain."Aku tertawa kecil, si Dea pasti kejang-kejang kalau dengar ucapan kak Bara malam itu.
"Nggak deh, nanti lo sesek napas." Tolakku membuat Dea berdecih.
"Dih nggak fair banget, temen macam apa lo! Kak Bara nembak lo ya?" Aku melotot, kok bisa tau?
Dea langsung tersenyum kemenangan melihat ekspresi terkejut ku.
"Nahkan bener, pantas lo hampir semaput ternyata ditembak toh.""Lo cenayang ya?" Tuduhku tak terima dia bisa menebak.
Dea tertawa sombong sambil mengibaskan rambutnya. "Hahaha Deidara gitu loh!" Oh sial, ketawaku langsung pecah mendengar nama asli Dea, please-lah zaman sekarang masih ada ya manusia yang namanya se-ekstrentik Deidara Faranita aka Dea. Bagaimana bisa orang tua Dea menamai anaknya salah satu tokoh antagonis Akatsuki di serial Naruto. Kalau pun nama dari Naruto kenapa tidak karakter protagonis macam Hinata atau sakura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ethereal
Novela Juvenil"Oke terserah kamu mau mencintai siapapun tapi yang pasti dengar saya," dia menjeda menatapku sebentar "tiada siapapun yang bisa dapatin kamu kecuali saya," lanjutnya membuat kakiku melemas ingin jatuh pingsan. _____________ Bara seorang Programmer...