38

245 43 4
                                    

Nicole's POV

Tanpa sadar aku menahan nafas merasakan tubuhnya duduk diranjang yang aku tiduri. Aku masih berusaha memejamkan mata walau ingin sekali melihatnya.

Hanya ada suara detikan jam dinding, kak Bara hanya terdiam tanpa pergerakan apapun membuatku ingin sekali mengintip.

"Saya tahu kamu belum tidur, buka mata aja. "

Mataku langsung terbuka lalu nyengir tak berdosa, kak Bara hanya menipiskan bibirnya dengan dahi berkerut seakan sedang membaca isi pikiranku.

"Kok diem? " tanyaku berusaha memecah keheningan.

"Rencananya saya pengen marah sama kamu tapi tunggu sembuh aja, " ucapnya datar membuatku hanya meringis karena memang merasa salah.

"Sakit banget? " Pertanyaannya membuatku ingin berkaca-kaca didukung dengan kedua mataku yang memanas akibat demam.

Aku mengangguk cepat bibir manyun membuat kak Bara terkekeh, tiba-tiba saja ia melepas sepatu beserta kaos kakinya, lalu menggulung kemeja ke siku  raut wajahku langsung kaku karena ternyata dia ikut naik ke ranjang.

"Eh! "

Dia lanjut meraih tubuhku untuk di peluknya membuatku benar-benar ingin mati sekarang. Rasanya suhu tubuh hangatku langsung membeku dalam dekapannya.

Dia membawa wajah meronaku  menghadapnya, dia mendengus tersenyum geli melihat wajahku. Pasti wajahku seperti zombie.

"Saya nggak suka kamu sakit begini. "

"Yah siapa sih yang suka sakit? " balasku memutar bola mata malas.

"Udah makan? "

"Udah pak."

"Udah minum obat? "

"Udah pak."

Dia tersenyum tipis lalu merapatkan tubuh kami seakan ingin memindahkan suhu panasku ke tubuhnya.

Tiba-tiba dia berbisik ditelingaku membuatku seketika merinding.

"Kamu tau nggak? "

"Apa? "

"Saya denger sesuatu.. "lanjutnya dengan suara seraknya seakan ingin menakutiku.

"Apaan sih, jangan ngarang. Disini nggak ada aneh-aneh, "ucapku menepis padahal tubuhku ikut merapat ke arahnya sambil meremas kemejanya.

"Ternyata itu suara jantung kamu. "

Aku langsung mendorong tubuhnya membuatnya tertawa lebar, dia kembali meraih tubuhku dalam dekapannya.

"Gimana kalo kak Lucas liat kita begini? " aku berusaha menakutinya.

"Ya paling kita dinikahin. "ucapan entengnya membuatku langsung mencubit lengannya.

" Ih serius kak! "

Dia malah membawah kepalaku ke dadanya, memangku dagunya di atas kepalaku, dia mengambil tanganku untuk memeluk tubuhnya dan terakhir ia mulai mengusap rambutku.

"Jangan ribut lagi, sekarang tidur ya sayang."

Nyatanya aku nggak bisa tidur sekarang, tubuhku benar-benar tidak nyaman untuk tidur, rasanya sakit ini bisa membuatku insomnia.

"Kak.. "

"Hm."

"Kamu kangen nggak sama aku? "

Dia terdiam lama sebelum menjawab, "Kangen banget sayang, rasanya pelukan ini nggak cukup. "

Mendengar ucapan kak Bara yang bernada pengen lebih membuatku perlahan menjauh dari tubuhnya sambil mencicit, "kita... belum nikah kak."

Kak Bara yang langsung mengerti maksudku kembali terkekeh lalu merapatkan tubuhku padanya.

EtherealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang