28

253 42 4
                                    

Hati-hati typo gez!!

__________

Author's POV

Ardyanto Megantara adalah pria berumur 52 tahun mempunyai istri bernama Laras Ayudia serta memiliki seorang putra bernama Lucas Adiaksa dan seorang putri bernama Nicole Adinata. Kisah kehidupan keluarga mereka cukup bahagia, namun semuanya berubah ketika Laras melahirkan anaknya yang dua, Nicole namun ia mengalami pendarahan hebat dan meninggal dunia. Hal itu sukses membuat Ardy seperti orang depresi karena kehilangan belahan jiwanya. Ia sempat melupakan kedua anaknya yang diurus orang tuanya, namun perkataan Laras sebelum meninggal terngiang di kepalanya.

"Pah, ini Nicole anak kita yang kedua, kamu jaga dia dengan baik ya, besarkan agar menjadi gadis yang pintar dan cantik, dia bakal menjadi pengganti aku kelak nanti karena sekarang sepertinya aku harus pergi. "

Perkataan itulah yang membuat Ardy mau membesarkan Nicole dan membuatnya seperti Laras, dia menuntut sikap, kemampuan dan gaya pakaian Nicole harus sama seperti Laras, membuat mental Nicole tertekan karena tuntutan Papanya terlalu berlebihan, bahkan tanpa sadar itu merusak mental Nicole dari kecil, dia selalu panic attack jika berbuat kesalahan yang sepele, papanya akan sangat marah besar hingga bisa bermain fisik terhadap Nicole. Emosi Ardy sering berubah-ubah, terkadang bisa sangat lembut namun seketika bisa berubah sadis. Dia kadang berhalusinasi melihat Nicole seperti Laras, membuat Nicole ketakutan. Itu berlanjut sampai Nicole remaja dan akhirnya dia berani kabur ke Indonesia dengan alibi ingin tinggal bersama Lucas, namun mimpi buruk kembali muncul dengan kehadiran Ardy beserta kegilaannya.

Dan sinilah Ardy, berada di ruang tv rumah Lucas dia menatap kosong Nicole yang terbaring tak sadarkan diri di lantai dengan sudut bibir yang masih mengalir darah segar, ekspresinya tampak datar tanpa rasa bersalah namun beberapa detik kemudian dia menangis histeris melihat wajah Laras yang terbentuk di wajah Nicole.

Dia langsung jatuh tersimpuh disamping Nicole lalu mengangkat kepala Nicole dan memeluknya sambil terisak histeris.
"Laras, kamu kenapa tutup mata? Hayok buka matamu, aku disini memeluk tubuh kamu, Laras sadar hei! Kamu nggak capek tidur terus, apa kamu nggak capek lihat aku yang nunggu kamu pulang? Laras! " Ardy terus teriak histeris memeluk Nicole, tiba-tiba panggilan masuk dari Lucas di hp Nicole, Ardy pun mengangkat panggilan tersebut.

"Lucas... Mama kamu pingsan disini.. " ujar Papa disela isaknya.

"Hah? "

"Cepat pulang, mama kamu pingsan disini. "

"I-iya pa, aku telepon ambulans ya ke rumah, " Jawab Lucas diseberang sana yang akhirnya sadar jika Papanya sedang tidak baik-baik dan yang pasti Nicole juga tidak baik-baik.

_________

Nicole's POV

Aku menatap kosong gelas berisi air dalam genggamanku, lalu menghembuskan nafas lelah.

"Cole, kenapa nggak kasih tau dari awal, kalo lo begini guna gue jadi teman lo apa? Kenapa nggak minta gue temenin lo di rumah, seandainya gue ada nemenin pasti nggak bakal separah ini, " ucap Dea dengan suara bergetar.

"Gue nggak papa kok, hanya lecet dikit aja. "

"Hanya sedikit?!" Beo Dea melotot
"Bibir lo robek, pipi lo bengkak, leher lo merah,  bahkan punggung lo biru. Itu lo bilang sedikit? " ucap Dea tampak frustasi dengan keadaan gue.

Sedetik kemudian dia terisak membuatku mendadak bingung.

"De.. " panggilku dengan nada sungkan.

Dea makin terisak mendengar panggilanku.
"Gue minta maaf ya nic, gue nggak bisa pahamin apa yang lo alami, gue nggak tau betapa beratnya apa yang lo alami, gue nggak bisa bantu lo apa-apa kecuali nemenin lo. Maafin gue... " ucap Dea dengan tangisan yang tak bisa berhenti.

"Ih jangan nangis dong, nanti gue jadi ikutan nangis nih, gue nggak papa kok. " Aku berusaha menenangkan.

Dea malah tambah nangis.
"Hua, gue nggak bisa berhenti nangis kalo liat lo luka-luka gini diruang rumah sakit ini. Gue merasa gagal jadi temen lo tau nggak, biar moment gini bikin jijik tapi jujur gue sakit hati banget lo ngalamin ini. Maap ya, asal lo tau gue tadi pas liat bokap lo pengen rasanya hantam sepatu gue ke kepalanya."

Aku tersenyum tipis menanggapi emosional Dea.
"Btw waktu lo datang bokap gue gimana? "tanya ku

"Pas gue sama pihak media datang, bokap lo kayak nangis-nangis gitu, tapi ekspresinya langsung berubah kosong gitu, asli gue merinding banget, entah bokap lo kesurupan apa mentalnya terganggu yang pasti lo harus hindarin bokap lo, bukan mau ngajarin lo durhaka apa gimana tapi untuk sekarang kita harus bawa bokap lo ke psikiater. Eh btw bokap lo nggak masuk ke ambulans dan ikut ke rumah sakit, dia malah pergi ke lain, nggak tau gue kemana. "

"Oh ya dia nangis-nangis? "tanya ku memastikan karena aku tak pernah berekspektasi Papa akan menangis.

Dea mengangguk mantap

"Waktu itu lo denger bokap gue manggil gue apa? "tanyaku lagi.

Dengan mata masih basah Dea berkerut bingung.

"Eh iya bokap lo nggak manggil nama lo, dia manggil lo Laras, Laras teh saha? "

"Nyokap gue. "

"Trus nyokap lo kemana? "

"Udah meninggal. "

".... "

Tangisan Dea kembali pecah membuatku bingung lagi, akhirnya aku hanya mendiami nya sampai tenang.

"Kok lo cengeng banget sih? Tumben banget, " serius bukan mau menjatuhkan harga diri Dea tapi dia bukan tipe emosional begini.

"Yah gimana nggak nangis, lo itu misterius bin terlalu tertutup sampai gue nggak bisa bantu lo, kalo lo ada masalah apa cerita sama gue. Gue bukan tipe teman fake di luar sana, gue tulus temenan sama lo. Lo percaya kan sama gue? "

Aku tersenyum tipis, terharu dengan Dea. Dia yang selalu ada ketika aku membutuhkan pertolongan walau dia nggak tau apa yang terjadi.

"Eh ini perasaan gue apa gimana, kok gue nggak pernah liat kak Bara ya? Dia bahkan nggak tau lo di rumah sakit, gue coba telepon aja kali ya? "

Aku melotot " Ih j-jangan! Gila kali lo, dia itu orang sibuk takutnya dia lagi kerja di kantor toh gue juga nggak papa kan, "cegahku panik sendiri.

Dea malah memicing curiga.
" Lo ada masalah ya sama kak Bara? Gelagat lo kek panik gitu. "

Sial Dea terlalu peka.

"Lah masalah apa? Yah emang kan dia pasti sibuk, nggak enak kan telpon dia buat ngasih tau keadaan gue yang fine-fine aja, "ujarku meyakinkan.

" Halah, gue telepon dia pas jam kerja pas lo pingsan di sekolah aja dia langsung capcus datang, masa lo yang luka-luka gini nggak datang, "Dea masih nggak mau kalah.

"Dih daripada telpon kak Bara mending telpon kak Lucas. "

_______

Padahal ini seribu kata ko singkat banget yak-_-

Duh jadi greget Bara muncul😭 tapi kudu tahan, nggak boleh kebablasan.

Hadeh dahlah, . Jangan lupa vomment kalo kalian nikmatin cerita ini.

Hari ini tanggal 29 Januari 2022, selamat hari sabtu 🌆

EtherealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang