15

393 52 13
                                    

Nicole's POV

Menghela nafas, aku menunduk menghindari atensi makhluk didepan ku, kak Bara masih menunggu jawabanku, dia masih belum memundurkan tubuhnya dari hadapanku.

"Jadi bagaimana? Hm?" Bisiknya membuatku meremang.

Aku mengangkat kepala.
"Tadi aku sudah bilang kan, aku mencintai pria lain dan nggak bakal berubah," jawabku jelas.

Dia tersenyum tipis.
"Yakin? Nggak bakal berubah?" Ucapnya terdengar mengejek membuatku mendadak emosi.

"Iya, nggak bakal berubah Kak," tegasku membuatnya tertawa. Sialan, dia pikir aku bercanda?

Dia tersenyum miring.
"Kamu masih manusia, perasaan manusia bisa berubah-ubah, saya akan membuat perasaanmu akan berubah."

"Nggak bakal bisa."

"Oke terserah kamu mau mencintai siapapun tapi yang pasti dengar saya," dia menjeda menatapku sebentar "tiada siapapun yang bisa dapatin kamu kecuali saya," lanjutnya membuat kakiku melemas ingin jatuh pingsan.

"I-itu nggak bakal terjadi,"ucapku mempertahankan suaraku agar tidak gagap.

Dia memegang kedua bahuku lalu menunduk berbisik di samping kepalaku, "itu akan terjadi honey,"

Aku menggeleng lalu berbalik, berjalan cepat ke arah motornya Dea meninggalkan Kak Bara yang tertawa kecil. Dea langsung menghampiriku dengan muka masih cekikan tidak jelas.

"Nggak ada yang lucu jadi berhenti cekikan nggak jelas kayak begitu,"

Tawa Dea langsung pecah melihat wajah suramku.
"Sumpah Nic, muka lo tadi lucu banget liat lo diintimidasi Kak Bara, btw gue juga deg-degan tadi kirain dia mau cipok-in lo." Aku langsung menghantam bahu Dea.

"Pala lo cipok-an! Dahlah mending kita balik, duh pasti Kak Lucas udah siap amunisi buat habisin gue," gerutuku lemas.

"Terus si Kak Bara?" Beo Dea.

Aku memutar bola mataku.
"Nggak tau, nggak peduli. Dia mau kemana juga terserah dia. Cabut yuk lah!"

Kita langsung naik motor dan pergi dari Rumah Sakit, hanya suara angin yang menghiasi perjalanan kami, aku terlalu mengantuk untuk berbicara ditambah lagi aku harus memikirkan alasan yang bagus untuk menghadapi kak Lucas dan jujur aku harus beberapa kali menarik nafas untuk menenangkan jantungku karena masih deg-degan karena kak Bara. Memegang dadaku yang makin menggila mengingat bagaimana adegan tadi, menggeleng kepala aku berusaha menepis wajah Kak Bara dari isi kepalaku.

Aku hampir terpekik melihat ke samping dan mendapati Kak Bara dengan motor entah Harley Davidson, Ducati atau Kawasaki ninja aku hanya menebak asal.

"Gila itu Kak Bara bukan yang disamping kita, " ucap Dea heboh sedangkan aku hanya diam mengalihkan kepalaku dari Kak Bara.

"Buset itu motor apa? Kayak motor mahal gitu, oemji gue harus poto terus pamer ke papa. Gue tebak itu motor di atas seratus juta."

Aku memutar bola mata malas.
"Dia mau pake motor kek kuda kek babi kek gue nggak peduli." Padahal tadi otakku berpikir keras merk pasti motor itu.

"Halah sok-sokan kagak peduli padahal tadi udah hampir semaput karena Kak Bara kan." Aku langsung mencubit perut Dea membuat dia memekik, suaranya terlalu besar mudah-mudahan kak Bara tidak dengar suara Dea.

"Njr sakit setan! Lo mau gue turunin disini biar merangkak sendiri ke rumah," ancamnya sambil meringis.

Tidak sampai 30 menit kami sampai dirumahku, ternyata Kak Bara beneran ikut aku dan Dea sampai rumah dan sekarang kami bertiga sudah berhadapan dengan Kak Lucas yang menatap marah diriku yang hanya menunduk sedangkan kak Bara sedang menahan tawa karena melihatku mati kutu.

EtherealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang