5

785 90 12
                                    

Author's pov

Bara menyumbat telinganya dengan earbuds, meredam suara Wawan yang sejak tadi heboh karena bertemu dengan Nicole tadi disekolah.

"Ugh, tadi damagenya si Nicole keren banget. Beuh, apalagi senyumnya... kacau sih, Seandainya kalo Wawan belum meninggal udah Wawan pacarin si Nicole." Jangan kaget, si wawan ini bukan manusia, yups dia hantu. Fyi Bara memang bisa 'melihat' sejak kecil, bawaan dari neneknya yang memang juga bisa 'melihat'.

Dan bagaimana bisa dia bertemu dengan Wawan, 15 tahun lalu si Bara kecil menemukan Wawan sedang mengganggu anjing komplek di rumah lamanya, akhirnya si Bara kecil mengajak Wawan ke rumahnya pasalnya suara gonggongan anjing tersebut sangat menganggu seisi komplek. Untung saja waktu itu Wawan tidak menunjukkan wujud mengerikannya membuat si Bara kecil dengan senang hati menampungnya di rumah namun dengan syarat tidak boleh iseng, jahil karena orang rumahnya lumayan penakut. Tapi sekarang Bara tidak tau ternyata Wawan juga bisa centil ketika bertemu dengan Nicole.

"Bisa diem nggak lo? Mau gue panggil Oma Maya? " Ancam Bara berhasil membuat Wawan terdiam dengan cemberut, karena dia sangat takut dengan Nenek-nya Bara itu, Wawan sendiri adalah hantu berumur 21 tahun, dia terlihat unik dengan dengan rambut ikal yang mengembang serta kulit pucat, sebenarnya dia meninggal karena tenggelam dan alasan kenapa dia masih 'nyangkut' disini karena ternyata dia dibunuh alias di tenggalamin. Poor Wawan.

"Tapi seriusan deh Bos, tadi itu Wawan mau protes pas Bos minta nomor ponsel Nicole ke temannya, kalo Wawan jadi Bos sih bakal langsung minta ke orangnya, " celetuk Wawan berhasil menyentil harga diri seorang Abraham Elano.

Wawan seketika bergedik mendapati tatapan tajam Bara yang seakan menawarkan kematian kedua untuknya.
" Keluar lo dari kamar gue kalo nggak mau gue sucikan," desis Bara dengan tatapan tajamnya. Jika ini dunia komik mungkin kedua mata Bara sudah muncul api. Tak sampai 5 detik Wawan langsung menembus tembok kamar Bara, menghilang entah ke ruangan mana.

Namun tidak sampai semenit, pintu kamarnya dibuka dengan kasar.
"Woi Bara api!" Bara memejamkan matanya, tidak setan tidak manusia sama-sama membuatnya ingin mengubur diri. Ia sudah bisa menebak siapa yang menghantam pintu kamarnya dengan tenaga kuda.

"Itu pintu gue di ketuk ya bukan di hantam pake tenaga kuda lo," Dera hanya nyengir mendengar ucapan adiknya.

"Bar, beliin gue roti jepang dong," ucap Dera.

"Roti jepang paan? Lo ngidam? Lo Hamil?" Tanya Bara heboh dihadiahi tampolan keras Dera.

"Ahss, Shit. Jauh-jauh lo dari gue, sodaraan sama lo serasa sodaraan sama Godzilla," ringis Bara mengelus kepalanya sambil memberi jarak dengan kakaknya.

"Roti jepang itu pembalut pe'ak, lo hidup di zaman mana sih? Zaman Meganthropus?" Balas Dera nampak gemas dengan adiknya. Gemas dalam arti ingin menghantam otak Bara dengan centong nasi.

"Sejak kapan pembalut berubah jadi roti jepang?" Balas Bara tidak mau kalah.

Dera hanya memutar bola mata frustasi dengan adiknya, "Halah, mending lo beliin gue pembalut, mau bocor nih."

"Nggak, minta sana sama kembaran lo," usir Bara sebelum menghilang di balik selimutnya untuk tidur.

"Si Dira lagi telponan ama si Sepri, nggak bisa di ganggu."

"Gue juga nggak mau diganggu," balas Bara dari dalam selimut.

"Ish, gue lompat-lompat di ranjang lo sampai ngalir nih ya, " ancam Dera berhasil membuat Bara bangkit dengan wajah kusut.

"Keluar dari kamar gue, nanti gue beliin."

"Uhhh, macaci adikku yang imot. Muach. " Bara bergedik ngeri dengan ekspresi kakaknya, bukankah beberapa menit sebelumnya ia menjadi Godzilla lepas.

EtherealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang