39

228 41 5
                                    

Hati-hati typo!!
___________

"Hai! Tebak gue dimana!? Yups seperti yang kalian liat gue di rumah sakit. Hari ini aku bareng Dea lagi di ruangan kak Reksa, bestie gue yang ganteng itu lho." aku mengarahkan kamera ke arah Reksa yang hanya bisa melirik, "nah ini bintang kita hari ini, kondisi kak Reksa hanya bisa lirik sana sini aja gez, dia udah nggak bisa omong tapi kok gantengnya masih nempel ya? "

Dea meletakkan tasnya lalu berjalan memasuki frame bersamaku, "hai gue Dea! " sapa Dea yang muka sok imut membuatku langsung mengalihkan kamera secepetnya membuat Dea merenggut marah, "ih Nicole mah jahat! "

Mengabaikan Dea aku menyorot kak Riksa yang sedang main game di pojok  ruangan.

"Eh eh ada kak Riksa! Nah ini kakaknya kak Reksa, cakep juga gez. Kalo kalian berminat hubungin nomor di bawah ini ya! " Kak Riksa tertawa sekilas tersenyum lebar ke kamera sebelum kembali fokus ngegame.

"Udah ya guys vlognya, doain yang terbaik ya buat Kak Reksa biar cepet sembuh, biar kita bisa ngevlog di luar negeri gitu. Bye bye guysss!! "

Aku langsung mematikan kamera ponselku lalu menghampiri kak Reksa dengan senyum hangat.

"Kak ada yang sakit nggak? "tanyaku memegang tangan kurus pucatnya yang tertancap beberapa selang medis.

Dia mengedipkan 2 kali, mengiyakan pertanyaanku.

Kak Riksa yang tadi bermain game sekarang sudah bergabung bersamaku, dia tersenyum penuh arti padaku.

"Reksa sangat tersiksa, kepalanya sakit banget sampai terkadang obat-obatan udah nggak mempan lagi, saking tersiksanya sampai mau Eutanasia. "

Jantungku langsung mencelos mendengar perkataan kak Riksa, Eutanasia adalah puncak titik kesakitan seseorang, dimana pasien meminta disuntik mati tanpa menimbulkan rasa sakit. Dan sudah 2 tahun kak Reksa tersiksa dengan itu.

"Sel kanker dia udah nyebar ke sumsum tulang belakang. Ngeliat dia dulu aja yang sering muntah sampe pingsan aja bikin gue sakit hati, apalagi ngeliat dia benar-benar sekarat sekarang. Rasanya gue pengen mindahin semua sakitnya ke gue, "

Aku menggeleng-geleng, tak sanggup mendengar perkataan kak Riksa, kerongkonganku tercekat membuatku kesulitan berbicara.

"Lo tau nggak, waktu dia kenal lo Nic, udah banyak banget rencana masa depan yang ingin dia wujudkan sama lo. Salah satunya ajak lo nikah, wkwkwk. "

Rasa bersalah mulai merasuki ku kembali, menyadari aku begitu menyakiti sahabatku. Tangisku langsung pecah membuat kak Riksa  memelukku, menenangkan.

"Nggak usah ngerasa bersalah, kata dia mah asal lo bahagia aja, dia udah iklas lahir batin kok walau nggak bareng dia, lagian dia nggak bisa hidup lama juga, dia bener-benar pengen orang-orang tersayangnya bahagia sebelum dia pergi. "

Tangisku makin menjadi-jadi, hatiku ikutan nyeri membayangkan kak Reksa sahabat sejak kecilku akan meninggalkanku, siang malam aku terus berdoa meminta mukjizat ke Tuhan hingga pada akhirnya aku hanya berserah pada rencana-Nya.

______

Dahi Bara mengerut mendapatkan notifikasi whatsapp dari nomor asing. Dia memilih mengabaikan dan kembali fokus ke komputernya.

Yosi tiba-tiba mengetuk ruangan Bara membuat Bara mendengus kesal karena kehilangan fokus terus. Omong-omong Bara sudah di angkat sebagai Direktur El'game menggantikan ayahnya sudah diam manis di rumah walau terkadang sering muncul di kantor untuk mengontrol anak-anaknya, terlebih Bara.

"Bar, mereka udah antar fotonya, ini mau langsung di pasang aja atau tunggu jam istirahat aja? " tanya Yosi setelah masuk ke ruangan Bara.

Senyum Bara langsung muncul mendengar itu, bahkan ia sudah bangkit dan mulai memindai tembok ruangan barunya yang masih polos dengan excited. Minggu lalu Bara memang berniat menghiasi ruangannya dengan frame foto keluarganya serta dia dan Nicole.

EtherealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang