3

983 116 9
                                    

Author's POV

'tolong usir Bara dari situ, suruh dia ke kantor segera. '

Andre berdecak membaca pesan masuk dari ponselnya. Ia mengangkat kepala dan mendapati Bara sedang menghembuskan asap rokok dengan tenang sambil kedua kakinya dinaikan ke atas meja. Cih, kurang ajar sekali.

"Bar, kamu nggak kasian sama bapakmu. Dia udah tua banget, udah nggak mungkin untuk ngurus perusahaan. Dan Kamu masih kayak bocah suka kabur nggak jelas. Mendingan balik deh ke kantor sebelum kamu ditendang dari kartu keluarga."

Bara menghembuskan asap terakhirnya sebelum menekan puntung rokok ke dalam asbak hingga mati.

"Ngapain sih? Toh kerjaan aku udah abis. "

"Cih, yaudah terserah yang mulia. Asal jangan kaget, bapak lo muncul ngusir lo dari sini." Tiba-tiba Robby -anaknya om Andre- muncul dengan segelas kopi ditangannya.

Bara hanya memutar kursinya mengabaikan ucapan Robby, ia lebih memilih memperhatikan isi ruangan terlalu keren untuk seukuran kantor polisi. Nggak heran sih, omnya merupakan salah satu orang berpengaruh dalam lingkungannya. Terlihat dari beberapa frame dan piagam penghargaan berisi berjejer rapi.
Btw Robby -anaknya om Andre- juga seorang polisi dari beberapa tahun lalu. Umurnya pun juga tidak jauh dari Bara. 23 tahun.

"Pa, liat nggak cewek kemarin ngamuk di kantor depan? Gilak nggak sih, tampang pas ngamuk aja cantik padahal pake kacamata. "

Bara yang sejak tadi sibuk memandangi seisi ruangan, mendadak tertarik dengan pembicaraan Robby. Om Andre hanya menggeleng-geleng kepala heran.

"Jangan aneh-aneh, lihat bening dikit langsung heboh," cibir om Andre

Robby hanya manyun menjijikkan,"Eh Bar, lo kan yang tangani tuh cewek. Dia sempat nggak nulis nomor ponsel di buku telepon?" Tanya Robby

Bara terdiam sebentar sebelum mengangguk tipis, "ambil aja di laci kantor depan."

"Wishhh, menang banyak lo Bar, ngomong langsung sama cecan.'' Bara hanya memutar bola mata, " Yaudah gue ambil dulu yaa" Robby langsung menghilang di balik pintu.

"Ckck, padahal waktu om muda dulu nggak se-playboy Robby. "

Bara tertawa kecil. "Mungkin Robby hanya bawaan sakit hati gara-gara Dela. Anak om itu hanya cari pelarian aja, siapa tau beneran dapet jodoh."

Om Andre hanya berdecak geli.
"Emang kamu udah ada cewek?" Tanya om Andre.

Bara terdiam sejenak sebelum menjawab, "belum sih," ringisnya sambil menggaruk pelipis.

Om Andre hanya mengangguk paham sambil tersenyum tipis.
"Bar, setidaknya kalo males sama kerjaan di kantor, paling nggak cari pacar trus kenalin ke mama papa kamu, biar mereka bahagia dikit. Mereka khawatir kamu nggak laku,"
ujar om Andre sebelum menyeruput kopi yang tadi dibawah anaknya Robby.

"Tenang aja om, ponakan om yang tamvan ini hanya terlalu sempurna untuk dimiliki. Toh syukur-syukur aku nggak bikin anak orang bunting," canda Bara.

Om Andre hanya terkekeh.
"Bar, besok pagi kita ada sosialisasi di sekolahan, mau ikut nggak? Siapa tau dapat jodoh disana," ucap om Andre sambil tersenyum geli.

"Aku nggak tau om, tergantung dari kerjaan. Kalo sempat mungkin aku nyusul."

________

"Nicole setanku! kangen banget gue sama lo" Nicole yang baru tiba di meja kursinya mendadak geli dengan tingkah Dea yang muncul dari luar pintu kelas dan langsung bergelayut di lengan Nicole.

EtherealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang