#capter 28

13 8 0
                                    

          Haripun telah berganti Revan selalu setia menunggu Chika bangun dari tidurnya, bahkan sahabatnya dan Revin serta Riana menyuruhnya untuk istirahat  akan tetapi Revan bersikeras menunggu Chika sampai membuka matanya. Revin terkadang tergugah hatinya untuk mundur mengejar Chika akan tetapi dia merasa keberatan akan hal itu disebabkan Chika wanita pertama yang membuatnya merasakan warna kehidupannya sebulan belakangan menjadi lebih menyenangkan untuk dikenang.

     Riana sendiri merasakan kehilangan sahabatnya sendiri,karena mau gimanapun Chika pernah menjadi sahabatnya yang paling setia diantara yang lain. Dia pergi meninggalkan ruang tempat Chika berbaring meninggalkan Revan yang setia menunggu Chika membuka mata diikuti Revin juga yang meninggalkan ruang tersebut.

      Riana pergi ketaman rumah sakit sambil menangis dalam diam  tanpa bersuara pandangan nya seolah kosong sampai sebuah sentuhan dibahunya membuat ia tersadar akan lamunannya.

"Abang Revin?" Pekik Riana 

"Kau kenapa Riana?" Tanya Revin tanpa memperdulikan keterkejutan Riana

   Pertanyaan itu seketika membuat Riana memecahkan tangisnya , Revin yang tau adeknya seperti itu langsung memasukan kepala Riana kedalam dekapannya atau bisa lebih jelas dikatakan lebih ke ketiak Revin.

"Abaaaang?" Geram Riana

"Yaudah jan nangis nanti dikira orang abang apain kamu lagi"

Riana jadi cemberut sambil melipat kedua tangannya

"Okey , abang salah maaf. Sebelum itu abang mau bertanya kamu kenapa?"

Mendengar pertanyaan Revin terlihat Riana bersedih kembali sambil bersandar dibahu abangnya, Revin sendiri dengan sigap memberi bahu kepada adiknya itu.

"Abang, Riana menurut abang gimana?kekanakanakan ngk?"

Revin bingung dengan pertanyaan adiknya namun ia langsung menjawab "Bagi abang kamu tetap anak-anak yang gemesin dan adik abang yang paling abang  sayang "Jawab Revin apa adanya 

"Abang... Bukan itu yang ingin Riana dengar dari abang" Kesal Riana

"Trus apa juga Riana sayaaaaang?" 

"Riana nanya sikap Riana kekanakan ngk?"

"Bagi abang Riana wanita yang dewasa." Ucap Revin membalikkan pendapatnya takut salah lagi.

"Abang boong. "sergah Riana yang entah kenapa air matanya jatuh begitu saja.

    Disini Revin bingung harus berkata apa lagi karena ia merasa bersalah dengan apa yang menjadi pendapatnya.

"Jujur bang sebenarnya cerita tentang Chika yang Riana dulu pernah Riana ceritakan ke abang sebenarnya hanya karangan semata. Riana kan dulu pernah cerita kalau chika tu cewek yang selalu  cari perhatian almarhum mama, sok pintar, sok bisa apa aja sampai tak memberi celah untuk Riana yang bahkan Riana juga pernah bilang kalau dia menjadi orang ketiga antara Riana dan lelaki yang Riana sukai. Itu semua hanyalah kebohongan semata dan akal-akalan Riana agar kalian membenci dia karena Riana sudah tau penyakit ibu dan apa yang akan ibu wasiatkan nanti pas dirinya meninggalkan dunia ini. "Terang Riana dengan tanpa sadar matanya sudah berkaca-kaca dan Revin yang mendengarnya sempat sedikit shock.

Ingatan Riana kembali ke dua tahun sebelumnya tentang awal mula pertemuannya dengan Chika.

Flashback off

      Disebuah mobil Avanza hitam yang didalamnya terlihat dua wanita cantik yang duduk manis diijok penumpang yang dimana dikemudikan oleh seorang lelaki yang diyakini sopir sewaan mereka. Seorang wanita paruh baya terlihat masih cantik seolah berumur tigapuluh tujuh tahun menelpon seseorang.

A Unique MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang