#Capter 33

4 8 0
                                    

Krak...

Krak...

Kruk...

     Suara benda yang saling bertabrakan dan terdengar seperti seseorang mengacaknya.
Revan tersadar dari pingsannya, mengggumpulkan seluruh tenaga untuk sekedar membuka mata, ia melihat sekeliling ruangan dan mendapati Toni diikat diatas brankar sedangkan dirinya diikat pada dinding rumah dimana tangan dan kakinya terlentang sambil terborgol. Ia melihat Syanti seperti sedang menata alat medis.

"Syanti, " panggil Revan dengan nada dingin.

"Ups, sudah sadar ya? "balas Syanti dengan pertanyaan.

" Apa yang akan kau  lakukan pada Toni? " tanya Revan saat melihat Toni tertidur diatas brankar.

"Aku rencananya pengen jahit mulut dia, cuma kamu slalu jadi penghalang rencanaku. " jawab Syanti dingin.

"Dia tidak salah apa-apa disini, jika kamu ingin menjadikannya kelinci percobaanmu, biar aku yang gantikan jadi bisakah kau melepaskannya?"

"Ah ngak seru, buat apa aku jadiin kamu kelinci percobaan? aku ngak mau kamu jadi orang pertama menikmati kesadisanku. Kamu cocoknya jadi lelaki pertama yang melihat betapa begisnya aku mempermainkan sahabatmu. " Terang Syanti dengan ekspresi bak psikopat.

"Sebelum kau menjahit mulut Toni, aku ingin terlebih dahulu mendengar alasanmu melakukan tindakan keji terhadap Chika. " Ucap Revan mengulur waktu.

     Ia sengaja mengatakan hal itu, untuk memutar otaknya agar bekerja lebih cepat di situasi genting seperti ini. Syanti terlihat berpikir sejenak, lalu ia berjalan kearah Revan dan berjongkok sambil berkata "Baiklah."

"Karena aku ngak suka kefokusanku menjahit terganggu gara aku bicara,jadi mari denger dogengku sebelum aku membunuh kalian berdua." sambungnya.

     Syanti beralih menuju meja instrumen, mengambil pisau bedah dan berjalan ketempat Revan lagi, sambil tersenyum ia berkata" hmm harus kumulai darimana ya?" sambil tersenyum penuh makna.

     Revan hanya bisa pasrah dengan apa yang dilakukan Syanti padanya, ia tau apa yang akan dilakukan wanita sakit mental ini padanya.

"Aku akan mulai bagaimana keluarga cemara itu awal mengadopsiku." sambungnya lagi dengan sedikit wajah sendu terlihat samar pada wajah Syanti.

Flasback on.....

"Chika! ini kak Syanti, mulai skarang jadi kakak kamu, kamu suka hadiah ulantahun yang kami berikan?"Tanya Yanti pada anak perempuan satu-satunya.

     Chika yang masih berumur 13 tahun dengan sumringah mengangguk, ia mendekati Syaanti dan memeluknya.

"Ayok kak kita main bola,"Ucapnya 

     Reno dan Rasya selaku abang Chika saling menatap seolah saling berkata" hasil didikanmu,". Namun Yanti hanya tersenyum menanggapi cara anak perempuannya mengajak Syanti bermain bola disaat anak perempuan seharusnya bermain masak-masak atau permainan anak perempuan lainnya.

"Chikaaa! ajak kakakmu main masak-masak atau barbie, kalo main bola itu permainan anak laki-laki." nasehat Yanti.

"Mak, bagaimana Chika ajak kak Syanti main masak-masak atau main barbie? dirumahkan adanya bola basket sama robot avenger,"sanggah Chika dengan muka cemberut.

      Yanti yang mendengar itu menepuk jidatnya, ia baru ingat mempunyai dua anak lelaki dan hanya punya satu anak perempuan. Ia juga baru sadar ternyata ia sendiri yang slalu membiasakan Chika bermain dengan bola dan permainan anak laki lainnya. Hal itu juga disebabkan oleh Reno dan Rasya yang slalu membawa adiknya Chika ketempat tongkrongan mereka yang kebiasaan mereka bermain sepak bola dan bola basket.

A Unique MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang