#capter 34

8 6 2
                                    

     Revan terduduk diatas brankar sambil mengamati balutan putih yang menutupi luka yang ditorehkan oleh Syanti, ia bergumam" aku suka nama ini tapi tidak dengan yang mengukirnya,"

Ceklek

      Pintu ruangan tersebut terbuka menperlihatkan Revin dan Toni yang sudah sadarkan diri menghampiri Revan.

"Bagaimana keadaanmu?"tanya Revin yang langsung duduk dikursi yang tersedia disana.

"seperti yang kamu liat."jawab Revan yang masih melihat balutan putih ditangannya.

"Bagaimana dengan wanita gila itu?"Sambung Revan dengan nada datar.

"Saya sudah menyuruh anak buah saya mengurusnya bos, seperti yang bos suruh, dia sekarang dirumah sakit jiwa terpencil dengan lingkungan yang kumuh." Terang Toni.

"Bagus, biar dia ngerasain penderitaan yang setimpal dengan perbuatannya."ucap Revan.

"Kamu tidak ada niatan berterima kasih padaku?" Celutuk Revin memandangi Revan dengan muka datar.

"Untuk apa aku berterima kasih padamu, ini ngak seberapa dengan sikap yang kau lakukan pada Chika dulu." balas Revan.

"Katanya kau sudah memaafkanku?" 

"Aku memang sudah memaafkanmu, tapi lukanya masih membekas dihatiku." Balas Revan dengan nada mendrama. 

Plak...

"Au."Rintih Revan sambil memegang bahunya.

"Makanya jangan banyak nonton drama, kalimatmu sangat adhdgjh," ucap Revin setelah menimpuk Revin tanpa rasa bersalah.

     Toni dan Revan yang melihat itu mengangga tak percaya karena ternyata Revin bisa bercanda juga meski dengan versi dia yang berbeda yaitu muka datar.

"Udah, nanti masok lalat." sambung Revin lagi.

Revan tersenyum sambil membatin"keberadaanmu emang berpengaruh besar disekitarku Chika, terima kasih dan semoga kau tenang dialam sana."

"Oh ya bos saya ada kabar tentang keluarga Bu yanti, ternyata keberadaan mereka hilang dikarenakan mereka sudah pindah ke negara tetangga dan saya baru dapat info dari anak buah saya yang pontang panting mencari  informasi tentang ini, jadi bos...." Toni memberhentikan ucapannya namun tiba-tiba.

Bhuk....

"Aduh," Rintih Toni saat Revan melemparkannnya bantal yang tersedia diatas brankar.

"Ngak ada ubahnya ni anak, jangan becanda saat kerja bisa ngak, nanti gaji kamu saya potong." Ancam Revan membuat Revin tersenyum melihat dua manusia yang saling bersahabat itu bercanda.

Revin tiba-tiba jadi merindukan Chika selaku adik iparnya yang pernah membuat harinya menyenangkan dimana ia selalu hidup dengan suatu tindakan yang serius dan fokus tanpa ada yang boleh bercanda.

"Buat pasportku besok Toni, kita berangkat ke malaysia." Ucap Revan disela candanya dengan Toni.

      Revin dan Toni yang mendengarnya hanya saling memandangi satu sama lain seolah mereka berbicara lewat tatapan.

*****

Malaysia, Kuala Lumpur City.....

      Sampailah Revan di Bandar Udara Sultan Abdul Aziz Shah yang berada di bagian selangor, Ia melihat sekelilingnya begitu banyak orang disana dengan kesibukan yang berbeda-beda. Ia pergi sendiri tanpa ditemani oleh Toni dikarenakan ia butuh waktu sendiri.

       Setelah cukup memandangi sekitar, lalu berjalan menuju taksi jemputannya. Namun tiba-tiba ada seseorang yang langsung naik kemobil tersebut saat Revan membuka pintu untuk dirinya sendiri. Padahal pak sopir ingin membuka pintu untuk dirinya tapi ditahaan dengan bahasa isyarat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Unique MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang