17. Kurungan Evander

76 12 0
                                    


Satu Minggu telah berlalu, menjalani hidup dengan dasar syarat dan aturan Evander.  Alena tidak disakiti, tetapi hanya saja setiap hal yang ia lakukan harus berdasarkan Kairos atau perintah Evander. Jika Alena tidak menurut, ia akan mendapatkan siksaan, bahkan nyawa sang Ayah juga menjadi taruhan.

Alena tidak tahu mengapa, Evander seakan tidak ada banyak waktu akhir-akhir ini. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan untuk mengingatkan dan memberi ancaman pada Alena melalui Jora.

Dijaga ketat oleh anggota Kairos, tetapi jika hanya bersama  Jora Alena tidak terlalu ditahan. Alena merasa Jora benar-benar telah menjadi seorang teman, walau gadis itu cuek dan bodo amat, tetapi dengan cara mengerti sedikit saja keadaan Alena, membuat Alena merasa itu adalah hati yang memiliki rasa persahabatan.

"Kalau lu ingin kabur, silahkan! Bunuh juga anggota Kairos, kecuali gue! Karena bue bakal punya banyak cara untuk memantau aksi lu," ucap Jora dua hari lalu. Kalimat itu sempat membuat otak Alena berputar keras kebingungan, bahkan hingga saat ini.

"Gue nggak larang lu mau bebas dan pergi dari sini. Akan tetapi, lu harus punya cara dan strategi, bukan hanya berdasarkan melarikan diri dan bergantung pada bantuan orang lain." Jora menatap Alena datar. "Kalau perlu bunuh saja,"sambungnya yang diakhiri lelehan kecil.

Alena menatap kebingungan, langkahnya perlahan mundur.

Jora berdecak melihat tingkah  Alena."Jangan dibawa serius, terkadang hidup butuh bercanda."

"Sampai bercanda membuat luka dan menghilangkan nyawa." Lagi Jora bersuara, kali ini kalimat itu membuat Alena terkejut. Kalimat Jora seakan terdengar mengerikan dan aneh.

Alena tidak tahu mengapa, jika menatap wajah Jora  perasaannya tidak tentu. Ia melihat wajah Jora penuh dengan kemisteriusan yang sulit ditebak. Satu sifat dan sikap yang ditebak saja, akan berubah, berbeda, dan tidak sama lagi dengan hari esoknya. Hidup Jora bagaikan teka-teki yang sulit dipecahkan.

Satu hal lagi yang menjadikan teka-teki paling sulit hadir dibenaknya. Mengapa wajah Jora dan Dion terlihat mirip?

Alena mengusap wajahnya pelan. Mengakhiri ingatannya mengenai Jora. Gadis itu mengembus napas asal, lalu kembali memperhatikan diri di cermin.

"Sudah satu Minggu, kehidupan yang baru kujalani tidak terlalu buruk." Alena menatap wajahnya di sana.

Alena rindu Rijal, rindu rumah, rindu kamar, dan rindu masa-masa kuatnya dengan balutan selimut.

Kerinduan itu bukan berarti menandakan Alena mendambakan kesakitan, mengharapkan kembalinya luka di masa itu. Akan tetapi, ia benar-benar sangat ingin selalu berada di samping sang Ayah. Menemaninya walau sesakit apapun yang akan menghampiri.

Akhir-akhir ini Alena sangat jarang bertemu dengan Evander. Pria itu tidak seperti biasanya, batang hidungnya tidak pernah hadir menemui Alena. Tidak tahu apa yang terjadi, Alena hanya tahu geng Kairos sedang fokus menyiapkan sesuatu hal untuk memberikan satu perungatan pada Mafia paling berbahaya—Endres—Geng Eglar.

Hari-harinya hanya berada pada kamar yang Evander berikan, terkurung bagai tahanan. Bebas hanya jika berada pada kukungan anggota Kairos. Harinya ia habiskan dengan pena dan buku dairy di sana. Hanya ada Jora yang setia selalu di sampingnya—yabg disuruh Evander agar mengantisipasi setiap aktivitas Alena agar tidak berani kabur.

***

"Gue lihat akhir-akhir ini lu banyak perubahan. Apa ada yang terjadi?" Dion menatap Alena meminta penjelasan. Setelah keduanya berada di area parkir.

Gadis itu menggeleng pelan. "Apa yang berubah, Kak?"

Dion mendengkus. "Entahlah, sejak kejadian pingsan karena ulah Marsya. Gue lihat lu lebih banyak tertutup sama gue. Apa lu sembunyikan sesuatu?"

ALENA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang