"Lu wangi, gue suka." Evander mengeratkan pelukannya dengan mata terpejam.Tubuh Alena gemetar, gadis itu merasakan gugup yang luar biasa.
"Ada apa? Lu takut? Tenang sajalah, gue nggak semenakutkan yang lu pikirin." Evander mengusap bahu Alena pelan. "Gue harap tetap begini," sambungnya mencium pucuk rambut Alena, spontan Alena membeku.
Ada apa ini? Tidak! Ini pasti mimpi! Mengapa Evander terlihat berbeda? Tubuh Alena bergetar hebat, pipi gadis itu terasa panas di saat Evander mendaratkan kecupan berkali -kaki di bagian kening.
Alena gugup dan was-was. Mengapa tangan kekar Evander melingkar di pinggangnya?
"Evander ...," panggil Alena memberanikan diri.
"Kenapa, Alena?" Suara itu terdengar lembut.
Benarkah itu? Hati Alena tenang dengan suara yang baru saja ia dengar. Suara yang biasanya menyebutnya jalang kini menyebut nama Alena.
Alena terdiam, gadis itu tak tahu harus berkata apa. Ia terus meremas ujung selimut yang menutupi tubuh mereka.
"Lu tahu? Gue kurung lu di sini demi satu hal." Evander mengelus wajah Alena pelan.
Alena menatap wajah Evander gugup. "Apa itu, Evander?"
Evander mendengkus. "Dari awal gue kenal, gue biasa aja. "
"Akan tetapi, di saat gue liat lu lemah, suka dibully, dan tersakiti dalam keluarga. Bahkan mendapat kekerasan dari seorang Ayah." Ucapan Evander terhenti, sementara Alena menatap lesu kala mendengar ucapan Evander. Ya, itu adalah Alena.
"Kenapa gue harus cinta?" tanya Evander tiba-tiba, membuat Alena menatap Evander dengan mata membola.
"Kenapa gue harus cinta sama Alena?" Ulangnya lagi, Alena menggeleng tidak percaya. Matanya kini terlihat basah.
"Lihat gue!" Evander menarik dagu gadis itu. Alena mencoba menunduk, tetapi pria itu menahan dan tidak memberi izin.
"Kenapa aku mencintaimu, Alena?" bisik Evander di telinga gadis itu. Aku?
"Maafkan aku, Evander." Entah angin apa, Alena meminta maaf. Atas dasar apa? Siapa yang membahas kesalahan?
"Gue sayang sama lu, Alena." Evander menatap Alena lesu, pria itu tersenyum tulus. Untuk pertama kalinya Alena menyaksikan senyuman Evander!
Evander kembali mengeratkan pelukannya. Alena ingin memberontak, tetapi ia tidak berani. Jangankan untuk kabur, bersuara saja Alena tidak berani.
Evander menyandarkan kepala di bahu Alena. Pria itu meraih jemari mungil Alena, kemudiam mencium punggung tangan gadis itu. Desiran darah di tubuhnya semakin deras, Alena terdiam membeku dengan segala aksi Evander.
"Gue pengen melampiaskan setiap rasa kesal gue. Gue pengen narik lu dan hanya gue yang boleh bertindak kasar."Evander menenggelamkan wajahnya di leher Alena, membuat gadis itu sedikit risih.
Evander menjauh, ia terkekeh kecil. Kekehan itu terlihat mengerikan.
"Alena gadis pertama yang dekat dengan Dion. Seorang gadis yang mampu membuat Dion bersikap kasar demi membelanya." Evander menyandarkan ke kepalanya ke kepala ranjang.
Pria itu memejamkan mata, rahangnya mengeras. Bahkan kedua tangannya menampakkan kepalaan yang menakutkan. Apa sebenarnya maksud pria itu? Mengapa ia sulit diartikan? Ini bukanlah Evander yang sebelumnya.
"Bagaimana pun caranya, gue harus bisa hancurin hal yang membuat Dion nyaman dan bangga. Dia harus hancur, dia tidak boleh selalu bahagia."
Alena berkeringat hebat, menahan takut dan gugup pada dirinya. Setiap kalimat Evander terdengar mengerikan, Alena tidak tahu ia harus apa. Menghancurkan kebahagiaan Dion? Itukah tujuan Evander? Lantas, haruskah Alena yang menjadi pelampiasan?
![](https://img.wattpad.com/cover/277758126-288-k57125.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALENA (END)
Novela JuvenilHidup dengan segala kepahitan dan rasa sakit. Itulah kisah dari seorang gadis berusia 17 tahun-Alena-seorang remaja putri dengan teka-teki kehidupan yang sulit. Mengharapkan kasih sayang yang mustahil untuk ia dapatkan. Dirinya senantiasa disakiti...