24. Not What I Expected

499 88 110
                                    

Sore itu Bev pulang dengan Olie ke rumahnya, just like everything was perfect buat ayahnya. Tapi Olie mampir untuk menemui Ayah Bevy, sementara Bevy sendiri langsung naik ke kamarnya.

Sudah berulang kali Bev mondar-mandir memikirkan kira-kira apakah Olie berhasil menghadapi ayahnya untuk membatalkan pernikahan mereka. Lalu terdengarlah ketukan pintu dengan suara.

"Bev? Boleh aku masuk?" Bev segera berlari ke pintu lalu membukakan pintu itu.

"Masuklah, Olie" lalu Olie masuk ke dalam kamar yang sudah beberapa kali ia datangi.

Kali ini, ia mengamati dengan seksama detil dalam kamar ini, kamar yang wanginya sama seperti Bev, yang harus ia simpam dalam memorinya karena ia tidak akan ke sini lagi.

"Aku sudah mengatakannya pada ayahmu. Everything is great. Aku bilang aku punya wanita lain dan tidak bisa menikahimu. Lalu menjelaskan juga bisnis tetap akan berjalan sebagaimana semestinya walau kau tidak akan menjadi istirku" Bev senang bukan kepalang.

"Thank you so much, Olie!" Baru Bev ingin memeluk Olie tapi lelaki itu menolak.

"Tidak perlu memelukku, Bev. Aku tulus melakukan hal itu untuk kebahagiaanmu dan Bianca yang memang sedari awal tidak bisa ku penuhi dalam relung hatimu. Tapi jika sekali ini kau memelukku lagi, aku takut menjadi egois dan enggan melepasmu untuk kedua kali. Jadi, jemputlah kebahagiaanmu, Bev. Aku melepaskanmu" kata Olie dengan senyum.

Bev mulai menangis. Ia menyesal kenapa Olie harus sebaik ini? Kesannya, seperti hanya dia yang jahat di sini. Olie dengan semua pesona dan kebaikan hatinya, membuat Bevy tidak enak karena telah menyakiti dirinya.

"Hiks, Olie. Maafkan aku, hiks. Maaf karena aku tidak bisa membalas cintamu yang begitu tulus untukku dan juga pada Bianca, hiks. A-aku jahat sekali ya padamu? Hiks!" Bev terduduk di pinggiran kasurnya.

"Hei, jangan menangis. Kau tidak jahat. Sama sekali hal ini bukan salahmu. Karena hati kan memang tidak bisa dipaksakan, Bev" kata Olie berjongkok di depan Bevy lalu menghapus air mata wanita yang selalu mengisi hati dan pikirannya dalam beberapa bulan terakhir.

"Jadi, kau tidak marah?" Tanya Bev masih dengan mata berarinya.

"Sama sekali tidak. Kalau begitu, kau beristirahatlah, pasti lelah seharian berada di luar, tadi. Aku pulang dulu, ya?" Pamit Olie setelah membantu Bev tidur di bawah selimutnya.

"Hm, selamat tinggal Olie. Berjanjilah setelah ini kau akan tetap menjadi Livy si teman baik ku" kata Bev sebelum Olie menutup pintu kamarnya.

"Aku berjanji" kata Olie dengan senyum lalu menutup pintu kamar itu.

Bev mengintip kepergian Olie dari jendela kamarnya dan memasukkan dirinya seutuhkan ke dalam selimut setelah memastikan Olie benar-benar sudah pergi dari pekarangan rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bev mengintip kepergian Olie dari jendela kamarnya dan memasukkan dirinya seutuhkan ke dalam selimut setelah memastikan Olie benar-benar sudah pergi dari pekarangan rumahnya.

Bad Boy Next Door: 🤍 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang